15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA
A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya
1. Pengertian Perceraian
Dalam ajaran agama Islam pernikahan itu berguna untuk membina suatu kehidupan rumah tangga yang bahagia. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam
pasal 1 UU Perkawinan dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. Pada
dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki agama Islam, Namun
dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal yang menghendaki putusnya perkawinan itu dalam arti apabila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan, maka
kemudharatan akan terjadi dalam perkawinan tersebut. Di dalam mengaruingi bahtera rumah tangga terkadang sering terjadi
percecokan atau terjadi keributan-keributan kecil antara suami isteri. Percecokan tersebut terkadang sulit untuk didamaikan yang menyebabkan pihak isteri ataupun
suami menuntut untuk bercerai. Ajaran Islam dalam hal ini merupakan agama yang memberikan solusi atas setiap permasalahan-permasalahan yang
menerpanya. Sehingga problematika-problematika yang menimpa keluarga seseorang dapat terselesaikan.
16 Perceraian dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu yang dibolehkan oleh
agama Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai cara untuk mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan kebahagian namun harapan dalam tujuan perkawinan
tidak akan terwujud atau tercapai sehingga berujung pada perceraian. Perceraian adalah merupakan akibat dari suatu hubungan yang disebabkan
oleh adanya hubungan perkawinan. Keduanya antara perkawinan dan perceraian saling berhubungan di mana perceraian hanya dapat terjadi karena adanya sebuah
ikatan perkawinan. Dalam KHI, disebutkan pula bahwa putusnya perkawinan dapat terjadi karena perceraian dan dapat terjadi karena thalak atau gugatan
perceraian. Sebagaimana ketentuan dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 39 ayat 1 bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di
depan sidang Pengadilan yang bersangkutan berusaha dengan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Ini adalah aturan yang pantas dalam masyarakat yang berbudaya menuju masyarakat yang modern. Disamping menghindarkan persoalan-persoalan yang
sewenang-wenang terutama dari pihak suami, yang dengan sesuka hatinya tanpa prosedur apapun dapat melemparkan istri tanpa alasan hukum yang sah.
13
Perceraian dalam istilah fiqh disebut “talak” atau “furqah”. Talak berarti
membuka ikatan, membatalkan perjanjian. Sedangkan furqah berarti bercerai lawan dari berkumpul. Perkataan
“talaq” dan “furqah” dalam istilah fiqh mempunyai arti yang umum dan arti yang khusus. Arti yang umum adalah segala
13
M. Yahya Harahap SH, Hukum Perkawinan Nasional, Medan : CV. Zahir Trading, 1975, Cet. 1, h.133.
17 macam bentuk perceraian yang dijatuhkan oleh suami, yang telah ditetapkan oleh
hakim dan perceraian yang jatuh dengan sendirinya seperti perceraian yang disebabkan meninggalkan salah satu dari suami atau isteri, sedangkan arti khusus
adalah perceraian yang dijatuhkan oleh suami saja.
14
Kata thalaq dapat diartikan melepaskan atau meninggalkan. Dalam al- munawir kamus Arab-Indonesia, thalaq berarti meninggalkan seperti dalam
kalimat thalaqa zaujatahu.
15
Sedangkan menurut istilah thalaq adalah melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan suami-istri dengan
mengucapkan secara sukarela ucapan thalaq kepada istrinya dengan kata-kata yang jelas dan dengan sendiri.
16
Definisi talak menurut Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali memdefinisikan talak sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau
pelepasan ikatan perkawinan di masa yang akan datang. Yang dimaksud “secara
langsung” adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan suami. Sedangkan yang di maksud
“di masa akan datang” adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh sesuatu
hal.
17
14
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, cet. Ke-2, h.156.
15
A. W. Munawir, Al-munawir: Kamus Arab- Indonesia, Surabaya : pustaka Progresif, 1997, cet. Ke-14, h. 861.
16
Ahmad Shidik, Hukum Talak dalam Agama Islam, Surabaya : Putera Pelajar,2001, cet. 1, h.9.
17
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, “talak” Ensiklopedi Islam, Jakarta :PT. Ichtiar Baru an
Hoeve, 1994, cet. Ke-3, jilid 5, h. 53.
18 Mazhab Syafi’i mendefiniskan talak sebagai pelepasan akad nikah dengan
lafal talak atau yang semakna dengan lafal itu. Sedangkan Mazhab Maliki mendefinisikan talak sebagai suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya
kehalalan hubungan suami istri.
18
Prof. Subekti SH mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam
perkawinan itu.
19
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 38 tentang perkawinan, hanya menyebutkan sebab-sebab putusnya perkawinan yaitu:
a. Karena Perkawinan
b. Karena perceraian dan
c. Karena putusan pengadilan
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian dalam istilah fiqih disebut talak atau furqah. Talak berarti membuka
ikatan atau membatalkan perjanjian dan furqah berarti bercerai, talak merupakan pemutusan hubungan suami isteri serta hilanglah pula hak dan kewajiban sebagai
suami isteri. Meskipun dalam pengucapan talak menggunakan lafal-lafal tertentu, namun penekananya dimaksudkan bertujuan yang sama yaitu untuk berpisah
antara suami istri, dalam artian putusnya perkawinan.
18
Ibid.,
19
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 1995, cet. Ke-27, h. 42.
19
2. Dasar Hukum Perceraian