58
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PERKARA MAHKAMAH AGUNG NOMOR 349 KAG2006
TENTANG HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR
A. Posisi Perkara
Sebelum penulis memasuki kronologis perkara penulis ingin menjelaskan, jika dalam perkara ini Nomor 349 KAG2006 sudah berada di tingkat kasasi Mahkamah
Agung yang sebelumnya sudah dilakukan putusan oleh hakim dari Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dari putusan hakim tersebut pihak Tergugat tidak puas atas putusan
hakim, selanjutnya pihak Tergugat mengajukan banding dan kasasi kepada Pengadilan Agama atas putusan majelis hakim. Berikut ini adalah kronologis
perkaranya. Terjadi perkara cerai gugat dan sengketa hak asuh anak antara Tamara
Bleszinski binti Zbignew, Agama Islam, Alamat Tempat Tinggal Jl. Salihara No. 6 A Rt. 003 Rw. 01, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya Elsa Syarif SH.,MH yang berkantor di Jl. Kramat Sentiong 38 A Jakarta Pusat sebagai Termohon Kasasi dahulu
PenggugatTerbanding melawan Teuku Rafly Pasya bin Teuku Syahrul, Agama Islam, Alamat Tempat Tinggal Jl. Kemang Selatan No. 8 Komplek Kemang Jaya
Blok E 6, Kelurahan Bangka Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh Muh, Muslih SHI.,MH Advokat, berkantor di Jl. Ir. Juanda No.
95 Ciputat, Jakarta sebagai Pemohon Kasasi dahulu TergugatPembanding.
59 Sebelum terjadi perceraian, kedua belah pihak antara Pengugat dan Tergugat
telah melangsungkan pernikahan di Masjidil Haram Makah pada tanggal 1 Desember 1997 yang dicatatkan dalam Buku Pernikahan Khusus Perkawinan warga Negara
Indonesia, yang dilangsungkan di luar Negeri dengan Nomor. 01011998. Dan dari perkawinan sendiri telah dikaruniai satu orang anak laki-laki yang bernama Rassya
Isslamay Pasya yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 1999 sesuai dengan Kutipan Akta Kelahiran Nomor 845JS2002.
Sejak awal perkawinan mereka, ada sesuatu hal yang tidak cocok antara Tamara dan Rafli Penggugat dan Tergugat seperti masalah adat istiadat yang
berlaku di kediaman Tergugat, dan Tergugat sangat dominan terhadap Penggugat, sehingga kedudukan hubungan Penggugat dengan Tergugat bukan lagi sebagai
pasangan suami istri yang saling membantu dan menunjang satu dengan yang lainnya, melainkan merupakan hubungan Tergugat dan Penggugat seperti atasan dengan
bawahan karena Tergugat selalu minta dihormati tanpa melihat situasi dan kondisi yang ada. Oleh karena rasa cinta dari Penggugat dengan Tergugat, Penggugat yang
sebagai seorang muallaf mencoba mengerti bahwa hal tersebut memang sudah diatur dalam Agama Islam bahwa seorang istri harus menghormat suaminya. Akan tetapi
kondisi tersebut sangat membuat Penggugat sangat tertekan apalagi Penggugat tersebut sebagai tulang punggung keluarga yang harus berkerja mencari nafkah untuk
menghidupi rumah tangganya. Dengan kondisi rumah tangga yang demikian tidak ada perubahan dari Penggugat, melainkan Tergugat tidak pernah lagi memperhatikan
Penggugat, sehingga Penggugat mengalami kesendirian.
60 Bahwa sejak 3 tahun belakangan ini kondisi Pengugat dan Tergugat semakin
renggang disebabkan adanya pertengkaran yang terus menerus. Penggugat telah mengupayakan untuk damai dan rukun kembali dengan dibantu orang tua Penggugat
dan Tergugat ternyata tidak berhasil, sehingga Penggugat terpaksa meninggalkan rumah kediaman bersama pada bulan Maret 2005 dan pulang kerumah ibu Penggugat,
akan tetapi demi mempertahankan keutuhan rumah tangga Penggugat kembali ke rumah kediaman bersama dengan diantar orang tua Penggugat bulan April 2005.
Dari perkawinan Penggugat dan Tergugat telah lahir satu orang anak laki-laki bernama Rassya Isslamay Pasya yang pada saat itu berumur 6 tahun maka
berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Pasal 105 huruf a maka Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya yaitu
Penggugat, untuk menjaga perkembangan jiwa anak tersebut sangat dekat dengan Penggugat. Dan mengingat anak masih membutuhkan biaya untuk pendidikan, maka
Tergugat sebagai ayah dari anak tersebut wajib untuk memberikan nafkah hidup dan biaya pendidikan untuk masa depan dan kepentingan anak sesuai dengan kemampuan
Tergugat yaitu sebesar Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah setiap bulannya secara tunai sampai anak tersebut dewasa dan mandiri sesuai dengan Pasal 41 ayat 2 UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 105 huruf c.
61
B. Proses Putusan Hakim