BAB II KETENTUAN UMUM WASIAT
A. Pengertian
Wasiat menurut bahasa adalah Washiyyatussyai’a aw syiihi artinya aku
menyampaikan sesuatu.
1
Wasiat juga diartikan menjadikan harta untuk orang lain; washaitu bi kadzaa au aushaitu aku menjadikan sesuatu itu untuknya. Washaya
yang merupakan bentuk jamak dari kata washiyyah mencakup wasiat harta; sedangkan
iisha’, wishaayah, dan washiyyah dalam istilah ulama fiqh diartikan kepemilikan yang disandarkan pada keadaan atau masa setelah kematian seseorang
dengan cara tabarru’ atau hibah, baik sesuatu yang akan dimiliki tersebut berupa
benda berwujud atau hanya sebuah nilai guna barang. Dengan arti ini, istilah- istilah tersebut menjadi berbeda dengan kepemilikan-kepemilikan benda munjazah
yang langsung bisa dilaksanakan, seperti penjualan dan hibah, juga kepemilikan nilai guna seperti sewa-menyewa, dan yang disandarkan kepada keadaan selain
kematian seperti sewa-menyewa yang disandarkan kepada waktu mendatang, misalnya diawal bulan depan atau yang lainnya.
2
1
AW Munawir, Kamus Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, cet XXV, Surabaya, Pustaka Progresif, 20002, h. 1563
2
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid.X, Penerjemah. Abdul Hayyie al- Kattani, dkk, Cet.I, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 154
11
Menurut istilah wasiat berarti pesan, nasehat dan juga diartikan mensyari’atkan.
3
Wasiat menurut istilah syaria’at adalah hibah dari seseorang kepada orang lain berupa barang, hutang, manfaat dengan ketentuan pihak yang
diberi wasiat berhak memiliki pemberian tersebut setelah kematian pemberi wasiat.
4
Orang yang menyampaikan pesan diwaktu dia masih hidup untuk dilaksanakan sesudah wafat.
5
Menurut syafi’iyyah wasiat adalah suatu pemberian secara suka rela yang pelaksanaannya dilakukan setelah si pewasiat meninggal baik disebutkan maupun
tidak waktu pelaksanaannya wasiat tidak ada perbedaan yakni tetap pelaksanaannya dilakukan setelah si pewasiat meninggal dunia. Menurut ulama
hanabilah wasiat adalah perintah untuk mentasarufkan sesuatu setelah orang yang berwasiat meninggal, seperti wasiatnya seseorang kepada orang lain untuk
merawat anaknya yang masih kecil atau mengawini putrinya atau memisahkan 13 dari hartanya.
6
Sedang kitab Undang-undang Wasiat Mesir Nomor 71 Tahun 1946 men
ta’rifkannya secara umum yang dapat mencakup seluruh bentuk-bentuk dan
3
Sidik Tono, Kedudukan Wasiat dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, Editor.M.Roem Syibly, Cet.I, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012, h. 43
4
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, Cet 1, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009, h. 588
5
Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam,Jakarta: Bulan Bintang, 2007, h. 19
6
Abdur rahman, Al-Zairy, Fiqh Ala Madzahibi Al- Arba’ah, jilid III ,Libanon Bairut: Dar-
al-kitab al-alamiyyah,1990,h. 277