Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan

Tabel 1 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topiktema yang diangkat oleh suatu teks Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks 6 Berikut akan dijelaskan satu per satu elemen wacana Teun A. Van Dijk yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini: Tabel 2 STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN Struktur Makro Tematik Tematopik yang dikedepankan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Topik Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dari urutan novel dikemas dalam teks yang utuh Skema Struktur Mikro 1. Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam Novel Rumah Tanpa Latar, Detail, dan Maksud 6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LkiS, 2006, h. 227 Jendela

2. Sintaksis

Bagaimana kalimat bentuk, susunan yang dipilih

3. Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam Novel Rumah Tanpa Jendela

4. Retoris

Bagaimana dan dengan cara apa penekanan cerita dilakukan 7 Bentuk Kalimat Koherensi, dan Kata Ganti Leksikon Grafis, Metafora 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, sedangkan objek penelitiannya adalah konstruksi wacana dari segi atau dimensi teks sosial, kognisi sosial, dan konteks sosial. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh datanya penulis melakukan studi dokumentasi karena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Dokumen yang dikumpulkan semuanya berkaitan dengan penelitian. 7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LkiS, 2006, h. 228-229 Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet dan yang lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 4. Teknik Analisis Data Dalam penelitian analisis wacana ini, data-data akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Data-data tersebut merupakan data yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisa wacana. Dalam analisis wacana, proses penafsiran dari peneliti merupakan hal utama dalam menganalisis datanya karena dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah novel Rumah Tanpa Jendela. Setelah melakukan penafsiran, selanjutnya melakukan penyajian data yang berbentuk sekumpulan informasi yang kemudian data tersebut kemungkinan akan dijadikan sebagai acuan dalam penarikan kesimpulan dan pemberian saran.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Tinjauan Teori. Bab ini memuat tentang Ruang Lingkup Novel yang terdiri dari Pengertian Novel, Unsur Intrinsik Novel, serta Novel Sebagai Media Dakwah. Konsep Dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah, Tujuan, Metode, Media dakwah. Konsep Analisis Wacana yang terdiri dari Pengertian Analisis Wacana dan Kerangka Analisis Wacana. BAB III : Gambaran Umum. Bab ini memuat tentang Riwayat Hidup Asma Nadia, Karya-Karya Asma Nadia, dan Sinopsis Novel Rumah Tanpa Jendela. BAB IV : Temuan Data dan Pembahasan. Bab ini memuat Wacana Pesan Dakwah yang ditampilkan Oleh Asma Nadia di Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela, Analisis Novel Rumah Tanpa Jendela Dilihat dari Kognisi Sosial, Analisis Novel Rumah Tanpa Jendela Dilihat dari Konteks Sosial. BAB V : Penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas, peneliti juga memberikan saran-saran dari permasalahan yang dibahas. 12 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Novel Sebagai Karya Fiksi

1. Pengertian Novel

Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. 1 Novel biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen, umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ismail Kusmayadi, menjelaskan dalam bukunya “Think smart bahasa Indonesia” bahwa Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh. 2 Menurut abdullah Ambary, Novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya. 3 Sedangkan Menurut Zainuddin yang dikutip dari bukunya “Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia” Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar 1 DepDiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2002, edisi ke-3 h. 778. 2 Ismail Kusmayadi , Think Smart Bahasa Indonesia, Bandung: Media Grafindo Pratama 2006, h. 45. 3 Abdullah Ambary, Inti Sari Sastra Indonesia, Bandung: Djantika, 1983, h. 16 kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaaan kata yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik. 4 Novel memiliki istilah sendiri yang sama dengan istilah Roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah Roman berasal dari Genre Romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, Perancis, dan bagian- bagian Eropa daratan yang lain. 5 Novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat ruang tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seorang tokoh dalam masyarakat berupa dan berkembang dalam waktu. Khasnya, novel mencapai keutuhannya secara inklusi inclution, yaitu bahwa novelis mengukuhkan keseluruhannya dengan kendali tema karyanya. Novel adalah genre sastra dari Eropa yang muncul di lingkungan kaum Borjuis di Inggris dalam abad 18. Novel merupakan produk terpelajar, bermartabat, tergolong highclass kaya, memiliki banyak waktu ruang untuk berfikir dan resapi kandungan makna isinya. Novel merupakan salah satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti : plot, tokoh, setting, dan 4 Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan sastra Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, h. 99 5 Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta:Penerbit Gramedia,1986, cet. ke-1, h. 29 lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya kompleksitas. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara istilah banyak para ahli mengartikan novel sebagai suatu karya yang menceritakan tentang kehidupan baik secara fiksi yang mengandung suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan penulisnya.

2. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Dengan adanya perpaduan unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung yang berbeda mempengaruhi. Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur- unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. 6 Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel prosa yaitu: 1. Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat 6 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 23