2. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”,
atau ada berapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh
seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk kepada
kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam
sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
10
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk
konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.
11
Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas
10
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 164-165
11
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 176
keterlibatan tokoh-tokoh
di dalam
peristiwa-peristiwa yang
membangun cerita.
12
b. Tokoh Protagonis, Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan
pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
13
c. Tokoh Antagonis yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh
protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.
14
d. Tokoh Tritagonis yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku
protagonis dengan antagonis. e.
Tokoh Pembantu dan tambahan yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu,
mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai pemenang atu penengah jika terjadi konflik.
3. Setting atau Latar
Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip oleh Burhan nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diveritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang
12
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, Bandung: Katarsis, 2003, h. 16
13
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995 h. 178
14
Ibid, h. 180
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
15
4. Point Of View
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan
dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai.
16
Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
percakapan sandiwara atau cerita, atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.
17
B. Novel Sebagai Media Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi lughatan kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
da’a, yad’u, da’watun. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka kata
da’watun berarti ajakan, seruan, panggilan.
18
Dakwah dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada Islam.
Menurut Toto Tasmara yang dikutip dari bukunya “Komunikasi
Dakwah” Dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan
15
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 81
16
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, Bandung: Katarsis, 2003 h. 16
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 204
18
Ahmad Ghulusy, Al- Da’wah al-Islamiyah Kairo: Dar al-Kitab, 1987, h. 9
tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
19
Sedangkan secara Terminologi Istilah, dakwah memiliki beberapa pengertian atau definisi yang berbeda. Berikut ini definisi
dakwah menurut beberapa tokoh dengan sudut pandangnya masing- masing:
1 Arifin mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan padanya tanpa adanya unsur paksaan.
20
2 Toha Yahya Omar mendefinisikan dakwah sebagai usaha mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.
21
3 Hamzah Yaqub dalam bukunya publisistik Islam, memberikan
pengertian dakwah sebagai usaha mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah SWT dan
Rasul-Nya.
22
19
Drs. H. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 31
20
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 6
21
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah Jakarta: PT. Widjaja, 1971, h. 1
22
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 19