Sintaksis Stilistik Teks Dakwah

1. Tema Dakwah Tema dakwah pada bagian ini adalah Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya. Firman Allah ا عس اإ ًاسفن ها فلكي ا, bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya Al-Baqarah: 286 adalah penjelasan yang menguatkan prinsip tersebut. Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Karena itu harus berbanding lurus dengan kemampuan. Imam Qurtuby berkata, “Allah menggariskan bahwa Dia tidak akan membebani hambanya –sejak ayat ini diturunkan – dengan amalan-amalan hati atau anggota badan, sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Dengan demikian umat Islam terangkat kesulitannya. Artinya, Allah tidak membebani apa-apa yang terlintas dalam perasaan dan tercetus dalam hati.” Banyak orang memahami ayat ini dengan mengatakan, kemampuan yang dimaksud dalam ayat ini adalah batasan kemampuan seseorang. Oleh karena itu, kemampuan dapat berubah-ubah tergantung dengan motivasi. Ada orang yang tidak mampu, ada orang yang mampu. Tentu saja pendapat ini keliru. Sebab, para sahabat mencontohkan secara nyata kepada kita bahwa mereka berkomitmen dengan seluruh kapasitas kemampuan mereka. 2. Segi Skematik Judul pada bagian ini adalah Perjalanan Mimpi Teman Kecil Rara, cerita ini diawali dengan rasa syukur Rara atas kasih sayang yang diberikan oleh keluarganya kepada Rara. Hal ini disebabkan Rara tidakpernah merasakan kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya. Hal ini dikarenakan teman-teman Rara banyak sekali yang mengalami tindak kekerasan, tapi mereka semua tetap bersikap biasa saja. Cerita pada bagian ini berisikan tentang rasa syukur Rara kepada Allah SWT. Rasa syukur atas segala sesuatu yang sudah Allah berikan kepada Rara, mulai dari keluarga yang sayang dengannya, teman-teman yang selalu ada untuknya bermain, dan rumah yang meskipun tidak ada jendelanya. Inti cerita pada bagian ini terletak pada kalimat: “Yang ia tahu, Bapak dan Ibu meski terlihat mengerjakan sesuatu, cukup sayang padanya. Tidak ada kumpulan peristiwa kekerasan yang tercatat dimemorinya. Bapak dan ibu tidak pernah memukulnya .” 26 Cerita ini ditutup dengan canda riang Rara dan teman-temannya yang bermain ditengah-tengah tumpukan sampah dan batu nisan kuburan-kuburan yang ada disekitar rumah Rara, tapi bagi Rara dan teman-temannya, bagaikan taman bermain dengan rumah-rumah berjendela besar yang indah, serta lampu-lampu hias yang mengajaknya bernyanyi. Kesimpulan bagian ini yaitu Rara dan teman-temannya selalu bisa melewati ujian yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 26 Asma Nadia, Rumah Tanpa Jendela Jakarta: PT. Kompas Gramedia Nusantara, 2011, h. 10