lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya kompleksitas.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara istilah banyak para ahli mengartikan novel sebagai suatu karya yang menceritakan
tentang kehidupan baik secara fiksi yang mengandung suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan penulisnya.
2. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Dengan adanya perpaduan unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel terwujud. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung yang berbeda mempengaruhi. Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-
unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya.
6
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel prosa yaitu: 1.
Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang
yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang
kaitan antara peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat
6
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 23
berarti kejelasan cerita, kesederhanaan plot berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit
dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.
7
Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah.
8
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan
bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh atau: menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara
berurutan cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah konflik meningkat, klimaks, dan akhir
penyelesaian. Kedua, plot regresif atau alur sorot balik flash back, yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak
dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Namun tidak ada
novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot- balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai
plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat dinamakan plot-campuran.
9
7
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 110
8
Ibid, h. 120
9
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 153-156
2. Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”,
atau ada berapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh
seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk kepada
kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam
sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
10
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk
konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.
11
Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas
10
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 164-165
11
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 176