Analisis Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender

mendapatkan sanksi dari pemerintah kota lhokseumawe sendiri dalam program- program yang terkait dalam pengarusutamaan gender. 43 Dalam manfaat sumber daya yang dijalankan di Kota Lhokseumawe menurut lembaga swadaya masyarakat seperti di bidang ekonomi,usaha UKM sendiri belum sepenuhnya terpenuhi bagi ibu-ibu rumah tangga, dimana kita lihat pada Negara-negara berkembang lainnya, Industri yang diberikan oleh pemerintah dinegara luar itu sangat baik untuk dan bisa mensejahterakan masyakarat. Di bandingkan dengan Aceh khususnya Kota Lhokseumawe sendiri belum bisa memenuhi syarat yang baik untuk bisa memajukan industuri-industri rumah yang baik. 44

3.4 Analisis Politik Anggaran Berbasis Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender yang dilaksanakan di Lhokseumawe mempunyai beberapa tujuan yaitu meningkatkan kesadaran pemahaman dan komitmen para pengambilan keputusan tentang pentingnya keadilan dan kesataraan gender,pengintegrasian permasalahan, aspirasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan di berbagai sektor pembangunan dalam mewujudkan kualitas pembangunan daerah yang berkeadilan gender, serta meningkatkan peran kelembagaan pengarusutamaan gender untuk mempercepat pelaksanaan perencanaan dan penganggaran responsif gender. 43 Hasil wawancara 2 44 Hasil wawancara 5 Keterpihakan anggaran pendapatan dan belanja daerah kepada masyarakat kota Lhokseumawe bisa di wujudkan melalui fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Anggaran yang mempunyai keterpihakan kepada masyarakat supaya terlepas dari kemiskinan. Dimana anggaran pendapatan belanja daerah merupakan hal yang paling penting dalam kebijakan ekonomi yang di miliki masyarakat Indonesia khususnya untuk meningkatkan ekonomi di daerah Kota Lhokseumawe sendiri. Irene Rubbin alhi politik anggaran mengatakan bahwa anggara publik tidak berbeda dengan anggaran lainnya, yakni dalam membuat pengeluaran,keseimbangan dan proses keputusan. Akan tetapi anggara memiliki tipikal yang berbeda seperti bersifat terbuka dan melibatkan aktor-aktor dalam penyusunan dengan memiliki tujuan yang berbeda- beda. Dalam proses anggaran yang dimulai perencanaan dan penyusunan seperti dalam program pengarusutamaan gender, yang tidak terlepas dalam anggaran yang responsif gender. Anggaran tersebut ada proses penyusunan dalam program-program pengarusutamaan gender untuk meningkatkan sumberdaya dan pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Dalam anggaran tersebut adanya proses politik dan kepentingan-kepentingan, baik itu kelompok kepentingan yang memiliki pengaruh terhadap keputusan politik anggaran. Dalam pendekatan politik anggaran ialah fungsi DPR sangat penting dalam membahas anggaran, pada program pengarusutamaan gender khusus anggaran untuk gender sebenarnya di bahas dalam Inpres nomor 9 tahun 2000 namun pada kenyataannya anggaran pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe ini belum di khususkan untuk gender, jadi anggaran untuk gender hanya terdapat pada dinas-dinas terkait seperti dinas pemberdayaan perempuan. Di badingkan dengan daerah lain yang ada di Indonesia khususnya Banda Aceh sudah ada anggaran yang berdasarkan gender melalui adanya peraturan daerah atau qanun di Kota Banda aceh. Namun di Kota Lhokseumawe sendiri anggaran yang di keluarkan menurut program-program yang dibuat oleh dinas pemberdayaan perempuan yang mengenai tentang pengarusutamaan gender melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Di Kota Lhokseumawe. Pengarusutamaan gender merupakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, Dalam pengarustamaan gender ini tidak terlepas dalam teori gender yang menyatakan peran antara laki-laki dan perempuan yang lebih bersifat perilaku yang konstruksi secara sosial maupun kultural dan berlangsung berubah dari waktu ke waktu dan tidak bersifat universal yang artinya masyarakat yang satu dengan yang lain mempunyai pengertian yang berbeda-beda dalam memahami gender. Analisis gender di dalam program pengarusutamaan gender sudah tercantum di peraturan Gubernur Aceh. Analisis yang sudah tercantum tersebut ialah yang dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan permasalahan isu kesenjangan gender. Selanjutnya, analis gender di dalam pengarustamaan gender ini untuk mengetahui faktor-faktor dan penyebab kesenjangan gender baik internal maupun eksternal yang di fokuskan pada level program dan kegiatan. Fakih Mansour mengatakan bahwa gender itu berbeda dengan sex, dimana sex menunjukkan pada perbeda jenis kelamin yang secara biologis melekat pada diri perempuan dan laki-laki sedangkan gender ialah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam politik anggaran berbasis pengarusutamaan gender ini merupakan strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan dan keadilan gender adanya perubahan baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Dengan tujuan untuk bisa meningkatkan dan mewujudkan kualitas hidup perempuan dan laki- laki dengan adanya keadilan gender di Kota Lhokseumawe. Menurut Inpres nomor 9 tentang pengarusutamaan gender ini bisa kita lihat tentang adanya keadilan gender antara laki-laki dan perempuan dalam segi pembangunan maupun sumberdaya lainnya. Di Kota Lhokseumawe sendiri dalam keadilan gender belum terlihat secara baik, dikarenakan masih adanya sistem patriaki yang bahwa laki-laki lebih unggul di bandingkan dengan perempuan. Dalam program-program yang telah di susun untuk program gender khususnya untuk program pengarustamaan gender merupakan langkah awal untuk bisa merealisasikan kesetaraan laki-laki dan perempuan di Kota Lhokseumawe, dimana dengan adanya peningkatan peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan dan perlindungan anak dan keluarga sejahtera yang bernilai islam dan berspektif gender di masyarakat Kota Lhokseumawe, terselenggarakannya penguatan kelembangaan pengarusutamaan gender dan perlindungan anak dan keluarga sejahtera di Kota Lhokseumawe serta mewujudkan keadilan dan peningkatan ekonomi bagi kaum perempuan dalam pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dan mitra kerja untuk menyukseskan pembangunan dan kegiatan yang berkaitan dengan gender di Kota Lhokseumawe. hal ini merupakan agar program pengarusutamaan gender d Kota Lhokseumawe bisa menjadi program khusus dan berjalan dengan baik seperti di daerah-daerah lain untuk mengurangi kesenjangan sosial terhadap laki-laki dan perempuan. Bahwa apabila dalam kesetaraan gender ini harus ada perbedaan status, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Seperti meningkatnya kuota 30 di dalam parlemen untuk menandakan sudah terlihatnya kesetaraan gender di Indonesia, namun pada nyatanya perempuan yang duduk di parlemen atau lembaga legislatif itu sedikit di bandingkan dengan laki- laki. Dalam teori gender adanya kesetaraan dan keadilan gender menurut para ahli dan politisi Edward Wilson dari Harvard University yang membagikan teori gender ini menjadi tiga3 kelompok besar yaitu teori nurture, teori nature dan teori equilibrium. Pada teori nurture ialah adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil kontruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstruksi dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada teori nature adanya perbedaan perempuan dan laki- laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda sedangkan pada teori equilibrium ialah terdapat paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan yaitu menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Oleh sebab itu dalam teori gender ini ialah perbedaan konsep gender secara sosial yang telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. dimana dengan adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi, bahkan ruang tempat manusia beraktivitas. Kebijakan pemerintah Kota Lhokseumawe dalam bentuk kebijakan program pengarustamaan gender yang bertujuan untuk memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Seperti yang dinyatakan oleh James Anderson: Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Pemerintah Kota Lhokseumawe telah menetapkan sebuah kebijakan publik mengenai Pengarustamaan gender. Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus dari kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa yang dikatakan David Easton sebagai “penguasa” dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja, dan semacamnya. Menurut Easton, mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan. Aktor-aktor yang terlibat didalam pembuatan program pengarustamaan gender adalah pihak pemerintah Kota Lhokseumawe terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan yang membawahi program tersebut. Adapun aktor lainnya yaitu anggota DPRK Lhokseumawe yang mengawasi anggaran dari program pengarusutamaan gender tersebut. Lembaga Swadya Masyarakat LSM juga mnjadi salah satu aktor untuk memantau jalannya program ini walaupun program tersebut belum menjadi peraturan daerah atau qanun di Kota Lhokseumawe. Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori. Pertama, tuntutan-tuntutan kebijakan policy decisions adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Diketahui bahwa tuntutan yang muncul terhadap pengarusutamaan gender di Kota Lhokseumawe berasal dari Inpres no.9 Tahun 2000 dan Peraturan Kemendagri no. 135 Tahun 2003 yang kemudian diturunkan ke Provinsi untuk diterapkan di daerah-daerah Kota ataupun Kabupaten yang bertujuan untuk memastikan apakah perempuan dan laki- laki memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Hasil analisis dengan menggunakan teori kebijakan publik dapat diketahui bahwa kebijakan tentang pengarusutamaan gender merupakan bentuk kebijakan yang baik karena mempunyai tujuan, tindakan, bersifat positif, dan telah melalui setiap kategorinya mulai dari tuntutan, keputusan, pernyataan, hasil, dan dampaknya bagi masyarakat. Seharusnya program kebijakan ini sudah dapat dijadikan peraturan daerah gara mampu menjadi penentu arah tindakan yang dilakukan oleh para aktor politik. Namun faktanya dalam upaya pencapaian program diketahui belum berhasil karena belum adanya peraturan daerah ataupun qanun yang mengikat mengenai program tersebut. BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan