7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran
American  Marketing  Association  AMA  mendefinisikan  pemasaran sebagai  proses  perencanaan  dan  pelaksanaan  konsepsi,  penetapan  harga,
promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individual dan organisasional Fandy Tjiptono, 2006:
2. Pemasaran  adalah  proses  sosial  dan  manajerial  dimana  pribadi  dan
organisasi  memperoleh  apa  yang  mereka  butuhkan  dan  inginkan  melalui penciptaan  dan  pertukaran  nilai  dengan  orang  lain.  Kotler  dan  Armstrong,
2008 : 6 Karena  itu  kita  mendefinisikan  pemasaran  marketing  sebagai  proses
dimana  perusahaan  menciptakan  nilai  bagi  pelanggan  dan  membangun hubungan  yang  kuat  dengan  pelanggan,  dengan  tujuan  menangkap  nilai  dari
pelanggan sebagai imbalannya. Kotler dan Armstrong, 2008 : 6 Pemasaran  berasal  dari  kenyataan  bahwa  manusia  mempunyai  kebutuhan
dan  keinginan,  sehingga  timbullah  berbagai  macam  produk  yang  dihasilkan untuk memenuhi segala macam kebutuhan manusia.
8
B. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen  pemasaran  marketing  management  adalah  analisis, perencanaan,  implementasi,  dan  pengendalian  dari  program-  program  yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara  pertukaran yang menguntungkan  dengan  pembeli  sasaran  untuk  mencapai  tujuan  perusahaan.
Kotler dan Armstrong, 2001 :18
C. Pemasaran Jasa
1. Pengertian Jasa
Dalam  Rambat  dan  Hamdani  2006:5  Jasa  sering  dipandang sebagai  suatu  fenomena  yang  rumit.  Kata  jasa  Service  itu  sendiri
mempunyai  banyak  arti,  mulai  dari  pelayanan  pribadi  personal  service sampai  jasa  sebagai  suatu  produk.  Sejauh  ini  sudah  banyak  pakar
pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Dalam  Rambat  dan  Hamdani  2006:  6  di  definisikan  beberapa
pengertian jasa, Berikut ini beberapa di antaranya ; Service  is  an  activity  or  a  series  of  actifities  which  take  place  in
interactive with a contact person or physical machine and which provides consumer satisfaction Lehtinen, 1983
A  service  is  any  activity  of  benefit  that  one  party  can  offer  to another that is essentially intangible and does not result in the ownership
of  anything.  Its  production  may  or  may  not  be  tied  to  a  physical  product Kotler, 1988
9 A Service is an activity or service or series of activities of more or
ingtangible  nature  than  normally,  but  not  necessarily,  take  place  in interaction between the costomer and service employees and  or physical
resources  or  good  and  or  system  of  the  sevice  provider,  which  provided as solution to customer problem Gronroos, 1990
Selanjutnya, Valerie A. Zethaml dan Mary Jo Bitner 1996 dalam Rambat  dan  Hamdani  2006:5  memberikan  batasan  tentang  jasa  sebagai
berikut : Service  is  all  economic  activities  whose  output  is  not  a  physical
product  or  construction  is  generally  consumed  at  the  time  it  is  product, and  provides  added  value  in  froms  such  as  convenience,  amusement,
comfort or health Jadi, pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya  bukan  berbentuk  produk  fisik  atau  konstruksi,  yang  umumnya dihasilkan  dan  di  konsumsi  secara  bersama-bersamaan  serta  memberikan
nilai tambah misanya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan konsumen.
Tidak jauh beda dengan definisi diatas kotler 1994 dalam Rambat dan Hamdani 2006 : 7  mendefinsikan jasa sebagai berikut :
Setiap  tindakan  atau  kegiatan  yang  dapat  ditawarkan  oleh  satu pihak  kepada  pihak  lain,  pada  dasarnya  tidak  berwujud  dan  tidak
mengakibatkan  kepemilikan  apapun.  Produk  jasa  bisa  berkaitan  dengan produk fisik atau sebaliknya.
10 Sementara  perusahaan  yang  memberikan  operasi  jasa  adalah
perusahaan  yang memberikan konsumen produk jasa baik  yang berwujud atau tidak, seperti transportasi, hiburan, restoran, dan pendidikan.
Dari  berbagai  definisi  diatas,  tampak  bahwa  didalam  jasa  selalu ada  aspek  interaksi  antara  pihak  konsumen  dengan  dan  pihak  produsen
jasa,  meskipun  pihak-pihak  yang  terlibat  tidak  selalu  menyadari.  Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang berwujud.
2. Karakteristik Jasa
Produk  jasa  memiliki  karakteristik  yang  berbeda  dengan  produk barang fisik. Dan berdampak pada cara memasarkannya. Fandy Tjiptono
2006  :  19-23  menerangkan  secara  garis  besar,  karakteristik  tersebut terdiri  atas  5  elemen  yaitu  :      Intangibility,  Inseparability,  Variability
Heterogenity, Perishability,dan Lack of ownership. a.  Intangibity tidak berwujud.
Jasa  tidak  dapat  dilihat,  dirasa,  diraba,  didengar,  atau  dicium sebelum  jasa  itu  di  beli.  Nilai  penting  dari  hal  ini  adalah  nilai  tak
berwujud  yang  dialami  konsumen  dalam  bentuk  kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan Lumpiyoadi dan Hamdani, 2006 :6.
Bagi  para  pelanggan,  ketidakpastian  dalam  pembelian  jasa relatif  tinggi,  karena  terbatasnya  search  qualities,  yakni  karakteristik
fisik  yang  dapat  di  evaluasi  pembeli  sebelum  pembelian  dilakukan. Bila  barang  dapat  dimiliki,  maka  jasa  hanya  dapat  dikonsumsi  tetapi
tidak dapat dimiliki. Meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan
11 didukung  oleh  produk  fisik  misalnya  pesawat  terbang  dalam  jasa
transportasi esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah performance yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
Gambar 2.1 Model Intangibilitas Jasa
Sumber : Fandy Tjiptono 2006 :19 b.  Inseparability tidak terpisahkan
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual , lalu dikonsumsi. Sedangkan  jasa  umumnya  di  jual  terlebih  dahulu,  baru  kemudian
diproduksi  dan  dikonsumsi  pada  waktu  dan  tempat  yang  sama. Interaksi  antara  penyedia  jasa  dan  pelanggan  merupakan  ciri  khusus
dalam  pemasaran  jasa.  Keduanya  mempengaruhi  hasil  outcome  dari
INTANGIBILITAS  JASA
Menyebabkan konsumen : 1.  Sulit mengevaluasi berbagai alternatif  penawaran jasa,
2.  Mempersepsikan tingkat resiko yang tinggi, 3.  Menekankan pentingnya sumber informasi informal
4.  Menggunakan harga sebagai dasar penilaian kualitas
Membutuhkan respon manajemen berupa : 1.  Reduksi kompleksitas jasa,
2.  Penekanan tangible clues, 3.  Fasilitasi rekomendasi dari mulut ke mulut, dan
4.  Fokus pada kualitas
12 jasa  tersebut.  Dalam  hubungan  penyedia  jasa  dan  pelanggan  ini,
efektivitas  individu  yang  menyampaikan  jasa    contact  personal merupakan unsur penting. Fandy Tjiptono, 2006 : 20
Gambar 2.2 Model Inseparabilitas Jasa
Sumber : Fandy Tjiptono 2006 : 21 c.
Variability Heterogenity  inconsistency Jasa  bersifat  sangat  variabel  karena  merupakan  non-
standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung  kepada  siapa,  kapan,  dan  dimana  jasa  tersebut  diproduksi.
berbeda  dengan  mesin,  orang  biasanya  tidak  bisa  diprediksi  dan cenderung  tidak  konsisten  dalam  hal  sikap  dan  perilaku.  Menurut
INSEPARABILITAS JASA
Menyebabkan konsumen : 1.  Menjadi co-producers jasa
2.  Seringkali menjadi co-consumers suatu jasa dengan konsumen lainnya, dan
3.  Sering harus melakukan perjalanan untuk mencapai lokasi produksi jasa.
Membutuhkan respons manajemen berupa : 1.  Upaya memisahkan produksi dan konsumsi
2.  Manajemen interaksi konsumen dan produsen, dan
3.  Penyempuraan sistem penyampaian jasa.
13 Bovee,  Houston    Thill  1995  dalam  Tjiptono  2006  :  21,  terdapat
tiga  faktor  yang  menyebabkan  variabilitas  kualitas  jasa;  yaitu  1 kerjasama  atau  partisipasi  pelanggan  selama  penyampaian  jasa  :  2
moral  motivasi  karyawan  dalam  melayani  pelanggan;  dan  3  beban kerja  perusahaan.  Kesemuanya  ini  menyebabkan  organisasi  jadi  sulit
mengembangkan citra merek  yang konsisten sepanjang waktu. Fandy Tjiptono, 2006 : 21
d.  Perishability mudah lenyap Perishability  berarti,  jasa  tidak  tahan  lama  dan  tidak  dapat
disimpan.  Artinya  jasa  yang  dihasilkan  akan  dimanfaatkan  pada  saat konsumsi  jasa  tersebut  berlangsung.  Dengan  demikian  maka
pemanfaatan  jasa  yang  tidak  mengenal  penyimpanan  ini  memerlukan suatu  kondisi  permintaan  jasa  yang  sedang  terjadi.  Jika  terdapat
permintaan  maka  jasa  tersebut  akan  ditawarkan  dan  permintaan selanjutnya merupakan penawaran dari jasa berikutnya.
e.  Lack of ownership tiada kepemilikan Lack  of  ownership  merupakan  perbedaan  dasar  antara  barang
dan jasa. Pada pembelian barang , konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan  dan  manfaat  produk  yang  dibelinya.  Mereka  bisa
mengkonsumsi,  menyimpan,  atau  menjualnya.  Di  lain  pihak  pada pembelian  jasa,    pelanggan  mungkin  hanya  memiliki  akses  personal
atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas.Pembayaran biasanya
14 di tujukan untuk pemakaian, akses  atau penyewaan item-item tertentu
berkaitan dengan jasa yang ditawarkan. Fandy Tjiptono, 2006 : 22
Tabel 2.1 Karakteristik Jasa dan Implikasi Manajemen
KARAKTERISTIK IMPLIKASI MANAJEMEN
Intangibility   Produk bersifat abstrak : lebih berupa tindakan atau pengalaman
  Kesulitan dalam evaluasi alternatif penawaran jasa : persepsi konsumen terhadap resiko
  Tidak dapat dipajang : diferensiasi sukar dilakukan
  Tidak ada hak paten : hambatan masuk entry barriers rendah
Inseparability   Konsumen terlibat dalam produksi :  kontak dan interaksi
penting sekali   Pelanggan lain juga terlibat : masalah pengendalian
  Karyawan mencerminkan dan mewujudkan bisnis jasa : relasi pribadi
  Lingkungan jasa : mendiferensiasikan bisnis   Kesulitan dalam produksi massal : pertumbuhan membutuhkan
jaringan kerjasama. Heterogenity
  Standarisasi sukar dilakukan : sangat tergantung kepada sumber daya manusia yang terlibat
  Kualitas sulit di kendalikan Perishability
  Tidak dapat disimpan : tidak ada sediaan   Masalah beban periode puncak
  Sulit menentukan harga jasa : masalah penetapan harga Lack of ownership
  Pelanggan tidak dapat memiliki jasa : jasa disewakan Sumber : Fandy Tjiptono 2006 :23
15
D. Kualitas Pelayanan Service Quality
1.  Pengertian Kualitas Kualitas jasa jauh lebih sukar didefinisikan, dijabarkan, dan diukur
bila  dibandingkan  dengan  kualitas  barang.  Bila  ukuran  kualitas  dan pengendalian  kualitas  telah  lama  di  kembangkan  dan  diterapkan  untuk
barang-barang berwujud tangible goods, maka untuk jasa berbagai upaya justru sedang di kembangkan untuk merumuskan ukuran
–ukuran semacam itu. Fandy Tjiptono, 2006 : 259
Pada  prinsipnya,  definisi  kualitas  jasa  berfokus  pada  upaya pemenuhan  kebutuhan  dan  keinginan  pelanggan,  serta  ketepatan
penyampaiannya  untuk  mengimbangi  harapan  pelanggan.  Fandy Tjiptono, 2006 :259
Menurut Wyckof dalam Lovelock, 1988, yang dikutip oleh Fandy Tjiptono 2006 : 260, bahwa kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan
excellence  yang  diharapkan  dan  pengendalian  atas  keunggulan  tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Goetsh dan Davis 1994 bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis  yang  berhubungan  dengan  produk,  jasa,  manusia,  proses  dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. The  American  Society  for  Quality  Control  mengartikan  kualitas
sebagai  totalitas  fitur  dan  karakteristik  produk  atau  jasa  yang  memiliki kemampuan  untuk  memuaskan  kebutuhan  yang  dinyatakan  maupun
implisit. Hal ini berarti fitur produk atau jasa juga ikut menentukan mutu
16 yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Produsen dinyatakan telah
“ menyampaikan” mutu jika produk atau jasa yang ditawarkannya sesuai atau melampaui ekspektasi pelanggan Kotler, 2000
2.  Kualitas Jasa Kualitas  total  suatu  jasa  terdiri  atas  tiga  komponen  utama
Gronroos dalam Hutt Spech, 2004 dalam Arif, 2007 :118 yaitu : a.  Technical  Quality,  yaitu  komponen  yang  berkaitan  dengan  kualitas
output keluaran jasa yang diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, et al., technical quality dapat diperinci lagi sebagai berikut.
1  Search  quality,  yaitu  kualitas  yang  dapat  di  evaluasi  pelanggan sebelum membeli, misalnya harga.
2  Experience quality, yaitu suatu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan  setelah  membeli  atau  mengkonsumsi  jasa.  Contohnya,
ketepatan waktu, kecepatan, pelayanan, dan kerapian hasil. 3  Credence  quality,  yaitu  kualitas  yang  sukar  dievaluasi  pelanggan
meskipun telah mengonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas operasi jantung.
b.  Functional  Quality,  yaitu  komponen  yang  berkaitan  dengan  kualitas cara penyampaian suatu jasa.
c.  Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus suatu perusahaan.
17 Persepsi konsumen mengenai kualitas jasa adalah membandingkan
harapan mereka atas suatu pelayanan dengan kenyataan pengalaman yang mereka  dapatkan  atas  pelayanan  tersebut  menurut  Zemke,  Ron  and  Dick
1989.
Gambar 2.3 Kualitas Jasa Menurut Definisi
Sumber : Zemke, Ron and Schaff, Dick 1989 dalam Arif 2007 : 121 3.  Dimensi Kualitas Jasa
Valerie A. Ziethaml, A. Parasuraman, dan Leorard L. Berry dalam bukunya  Delivering  Quality  Service  Balancing  Customer  Perceotuonas
and  Expectation  1990  dalam  Arif  2007  :  125  mengemukakan  hasil penelitiannya  bahwa  ada  sepuluh  kriteria  atau  dimensi  variabel  yang
dapat digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu Ten Dimention of SERVQUAL SERVice QUALity.
a.  Fasilitas fisik tangible yang dirasakan yaitu bukti fisik dari jasa bisa berupa  fasilitas  fisik,  peralatan  yang  dipergunakan,  representasi  fisik
dari  jasa  misalnya  kartu  kredit  plastik,  meliputi  hal-hal  berikut  : kenyamanan ruangan, ketersediaan fasilitas penunjang.
Jasa yang disampaikan
Harapan Pelanggan Kualitas Jasa
18 b.  Reliabilitas  reliability  keterandalan  mencakup  dua  hal  pokok  yaitu,
konsistensi  kerja  performance  dan  kemampuan  untuk  dipercaya dependability. Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara
tepat sejak awal right the first time. Selain itu juga bahwa perusahaan yang  bersangkutan  memenuhi  janjinya,  misalnya  menyampaikan
jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati, c.  Responsivitas  responsiveness  ketanggapan  yaitu  kemauan  atau
kesiapan  para  karyawan  untuk  memberikan  jasa  yang  dibutuhkan pelanggan,  meliputi  hal-hal  berikut.  Ketanggapan  petugas  dalam
menangani  masalah,  ketersediaan  petugas  menjawab  pertanyaan, ketersediaan petugas keamanan satpam membantu konsumen.
d.  Kompetensi  competency  kemampuan  artinya  setiap  orang  dalam suatu  perusahaan  memiliki  keterampilan  dan  pengetahuan  yang
dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu, e.  Tata karma courtesy kesopanan meliputi sikap sopan santun, respek,
perhatian, dan keramahan yang dimiliki pra contact personnel seperti resepsionis, operator telepon, dan lain-lain
f.  Kredibilitas credibility yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibel mencakup  nama  perusahaaan,  reputasi  perusahaan,  karakteristik
pribadi,  contact  personnel,  dan  interaksi  dengan  pelanggan  meliputi tiga  hal  berikut,  status  kepemilikan  perusahaan,  kinerja  manajemen
perusahaan, reputasi manajemen perusahaan.
19 g.  Keamanan  security  yaitu  aman  dari  bahaya,  resiko,  atau  keragu-
raguan. h.
Akses access, yaitu kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi  fasilitas jasa  yang mudah dijangkau , waktu  menunggu
tidak  terlalu  lama,  saluran  komunikasi  perusahaan  mudah  dihubungi, dan lain-lain.
i. Komunikasi  communication  artinya  memberikan  informasi  kepada
pelanggan  dalam  bahasa  yang  dapat  mereka  pahami,  serta  selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
j. Perhatian  pada  pelanggan  understanding  the  customer,  yaitu  usaha
untuk memahami kebutuhan. Parasuraman,  Zeithamal,  dan  Berry  dalam  Lupiyoadi  2006:182
menyatakan      bahwa:  sepuluh  dimensi  tersebut  disederhanakan  menjadi  lima dimensi  yang perlu diperhatikan untuk menyatakan pengukuran kualitas jasa,
sebagai berikut: 1.  Berwujud  Tangible,  yaitu  kemampuan  suatu  perusahaan  dalam
menunjukkan  eksistensinya  kepada  pihak  eksternal.  Penampilan  dan kemampuan  karyawan  serta  sarana  dan  prasarana  fisik  perusahaan  yang
dapat  diandalkan.  Hal  ini  ini  meliputi  peralatan  modern,  fasilitas, karyawan  yang  melayani  dengan  professional,  serta  ruangan  yang  selalu
dalam keadaan bersih. 2.  Keandalan  Reliability,  kemampuan  perusahaan  untuk  memberikan
pelayanan  sesuai  dengan  yang  dijanjikan  secara  akurat  dan  terpercaya.
20 Seperti  petugas  dapat  diandalkan  dalam  menangani  masalah  pasien,
konsistensi kerja, menginformasikan kepastian waktu pelayanan, 3.  Ketanggapan  Responsiveness,  suatu  kebijakan  untuk  membantu  dan
memberikan  pelayanan  yang  cepat  responsif,  ketersediaan  membantu pasien, siap merespon permintaan pasien,
4.  Empati  Empathy,  yaitu  memberikan  perhatian  yang  tulus  dan  bersifat individu  atau  pribadi  yang  diberikan  kepada  pelanggan  dengan  berupaya
memahami  keinginan  konsumen.  Dimana  suatu  Rumah  Sakit  harus mengutamakan  kepentingan  pasien,  serta  memberikan  waktu  pelayanan
yang cukup kepada pasien. 5.  Jaminan dan kepastian Assurance,  yaitu pengetahuan, kesopansantunan,
dan  kemampuan  para  pegawai  perusahaan  untuk  menumbuhkan  rasa percaya para pelanggan  kepada perusahaan. Hal  ini meliputi  memberikan
pelayanan  yang  baik  tanpa  membedakan  status  sosial,  mampu  menjawab pertanyaan  pasien,  mampu  menumbuhkan  rasa  percaya  diri  pasien  serta
mampu membuat pasien merasa aman.
E. Kepuasan Pelanggan Customer  Satisfaction