20 Seperti  petugas  dapat  diandalkan  dalam  menangani  masalah  pasien,
konsistensi kerja, menginformasikan kepastian waktu pelayanan, 3.  Ketanggapan  Responsiveness,  suatu  kebijakan  untuk  membantu  dan
memberikan  pelayanan  yang  cepat  responsif,  ketersediaan  membantu pasien, siap merespon permintaan pasien,
4.  Empati  Empathy,  yaitu  memberikan  perhatian  yang  tulus  dan  bersifat individu  atau  pribadi  yang  diberikan  kepada  pelanggan  dengan  berupaya
memahami  keinginan  konsumen.  Dimana  suatu  Rumah  Sakit  harus mengutamakan  kepentingan  pasien,  serta  memberikan  waktu  pelayanan
yang cukup kepada pasien. 5.  Jaminan dan kepastian Assurance,  yaitu pengetahuan, kesopansantunan,
dan  kemampuan  para  pegawai  perusahaan  untuk  menumbuhkan  rasa percaya para pelanggan  kepada perusahaan. Hal  ini meliputi  memberikan
pelayanan  yang  baik  tanpa  membedakan  status  sosial,  mampu  menjawab pertanyaan  pasien,  mampu  menumbuhkan  rasa  percaya  diri  pasien  serta
mampu membuat pasien merasa aman.
E. Kepuasan Pelanggan Customer  Satisfaction
1.  Pengertian Kepuasan Pelanggan Customer Satisfaction Kata „kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis”
artinya  cukup  baik,  memadai  dan”facio”  melakukan  atau  membuat. Secara  sederhana  kepuasan  dapat  diartikan  sebagai  “upaya  pemenuhan
sesuatu‟ atau membuat sesuatu memadai‟. Namun, ditinjau dari perspektif
21 perilaku  konsumen,  istilah  „kepuasan  pelanggan‟  lantas  menjadi  sesuatu
yang  kompleks.  Bahkan  sampai  saat  ini  belum  dicapai  kesepakatan  atau konsensus mengenai konsep kepuasan pelanggan, yakni „apakah kepuasan
merupakan  respon  emosional  ataukah evaluasi  kognitif‟  Edward,  1998;
Giese    Cote,  2000;  Peterson    Wilson,  1992;Yi,  1990  dalam  Fandy Tjiptono, 2006:349
Howard Sheth
1969 dalam
Tjiptono 2006:349
mengungkapkan  bahwa  kepuasan  pelanggan  adalah  situasi  kognitif pembeli  berkenaan  dengan  kesepadanan  atau  ketidak  sepadanan  antara
hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan. Swan,  et  al  1980  dalam  Tjiptono  2006:349  mendefinisikan  kepuasan
pelanggan  sebagai  evaluasi  secara  sadar  atau  penilaian  kognitif menyangkut  apakah  kinerja  produk  relatif  bagus  atau  jelek  atau  apakah
produk  bersangkutan  cocok  atau  tidak  cocok  dengan  tujuan pemakaiannya.  Oliver  1981  dalam  Tjiptono  2006:349  mengemukakan
bahwa  kepuasan  pelanggan  merupakan  evaluasi  terhadap  surprise  yang inheren  atau  melekat  pada  pemerolehan  produk  dan  atau  pengalaman
konsumsi.  Churchill    Surprenant  1982  dalam  Tjiptono  2006:  349 merumuskan kepuasan pelanggan sebagai hasil pembelian dan pemakaian
yang  didapatkan  dari  perbandingan  antara  reward  dan  biaya  pembelian dengan konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya.
Westbrook    Really  1983  dalam  Tjiptono  2006:349 berpendapat  bahwa  kepuasan  pelanggan  merupakan  respons  emosional
22 terhadap  pengalaman
–  pengalaman  berkaitan  dengan  produk  atau  jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku seperti perilaku
berbelanja dan perilaku pembeli, serta pasar secara keseluruhan. Respons emosional  dipicu  oleh  proses  evaluasi  kognitif  yang  membandingkan
persepsi  atau  keyakinan  terhadap  objek,  tindakan  atau  kondisi  tertentu dengan nilai-nilai atau kebutuhan, keinginan, dan hasrat individual.
Day  1984  dalam  Tjiptono  2006  :349  mendefinisikan  kepuasan pelanggan  sebagai  penilaian  evaluasi  purnabeli  menyangkut  pemilihan
pembelian  spesifik.  Cadotte,  et.al  1987  dalam  Tjiptono  2006:349 mengkonseptualisasikan  kepuasan  pelanggan  sebagai  perasaan  yang
timbul  sebagai  hasil  evaluasi  terhadap  pemakaian  produk  atau  jasa. Westbrook  1987  dalam  Tjiptono  2006:349  menyatakan  bahwa
kepuasan pelanggan adalah penilaian evaluasi global terhadap pemakaian konsumsi  produk.  Tse    Wilton  1988  dalam  Tjiptono  mendefinisikan
kepuasan    ketidakpuasan  pelanggan  sebagai  respons  pelanggan  terhadap evaluasi  ketidaksesuaian  disconfirmation  yang  dipersepsikan  antara
harapan awal sebelum pembelian atau kinerja lainnya dan kinerja aktual produk  yang  dipersepsikan  setelah  pemakaian  atau  konsumsi  produk
bersangkutan. Wilkie  1990  dalam  Tjiptono  2006:349  mendefinisikan
kepuasan  pelanggan  sebagai  tanggapan  emosional  pada  evaluasi  terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Sementara itu, Engel, et al.
1990  dalam  Tjiptono  2006:349    menyatakan  bahwa  kepuasan pelanggan  merupakan  evaluasi  purnabeli  dimana  alternatif  yang  dipilih
23 sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan  timbul  apabila  hasil  outcome  tidak  memenuhi  harapan. Menurut  Fornell  1992,  kepuasan  merupakan  evaluasi  purnabeli
keseluruhan  yang  membandingkan  persepsi  terhadap  kinerja  produk dengan ekspektasi prapembelian.
Mowen  1995  dalam  Tjiptono  2006:349  merumuskan  kepuasan pelanggan  sebagai  sikap  keseluruhan  terhadap  suatu  barang  atau  jasa
setelah  perolehan  acquisition  dan  pemakaiannya.  Dengan  kata  lain, kepuasan  pelanggan  merupakan  penilaian  evaluatif  purnabeli  yang
dihasilkan dari seleksi pembelian spesifik. Dalam buku teks standar Marketing Manajemen yang ditulis Kotler
2000  dan  banyak  dijadikan  acuan,  sang  mahaguru  pemasaran menandaskan  bahwa  kepuasan  pelanggan  adalah  tingkat  perasaan
seseorang  setelah  membandingkan  kinerja  atau  hasil  yang  ia  rasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Berdasarkan studi
literatur menunjukkan bahwa salah satu definisi yang banyak diacu dalam literatur
pemasaran adalah definisi berdasarkan  disconfirmation paradigm Oliver, 1997.  Berdasarkan  paradigma  tersebut,  kepuasan  pelanggan  dirumuskan
sebagai  evaluasi  purnabeli,  dimana  persepsi  terhadap  kinerja  alternatif produk  atau  jasa  yang  dipilih  memenuhi  atau  melebihi  harapan  sebelum
pembelian.  Apabila  persepsi  terhadap  kinerja  tidak  bisa  memenuhi harapan,  maka  yang  terjadi  adalah  ketidakpuasan.  Dengan  demikian,
ketidakpuasan  dinilai  sebagai  bipolar  opposite  dari  kepuasan  Spreng,  et al., 1996 dalam Tjiptono, 2006  : 350
24 Pada
Prinsipnya, definisi
kepuasan pelanggan
dapat diklasifikasikan  kedalam  lima  kategori  pokok,  yakni  perspektif  defisit
normatif,  ekuitas    keadilan,  standar  normatif  ,  keadilan  prosedural,  dan atribusional  Hunt,  1991  dalam  Tjiptono  2006:  350.  Menurut  Geise
Cote 2000 dalam Tjiptono, 2006:350 ketiadaan konsensus mengenai definisi  kepuasan  pelanggan  bisa  membatasi  kontribusi  riset  kepuasan
pelanggan,  terutama  dalam  hal  penentuan  definisi  yang  sesuai  dengan konteks  spesifik,  pengembangan  ukuran  kepuasan  yang  sahih  dan    atau
pembandingan dan penginterpretasian hasil riset empiris. Berdasarkan  kajian  literatur  dan  hasil  wawancara  kelompok  dan
personal,  kedua  pakar  dari  Washington  State  University  ini  mengajukan kerangka  definisional  untuk  menyusun  definisi  kepuasan  pelanggan  yang
sifatnya  spesifik  kontekstual.  Kerangka  tersebut  mengidensifikasi  tiga komponen utama dalam definsi kepuasan pelanggan sebagai berikut :
a.  Tipe  Respons  baik  respons  emosional  afektif  maupun  kognitif  dan intensitas  respons  kuat  hingga  lemah,  biasanya  dicerminkan  lewat
istilah- istilah  seperti  “sangat  puas”,  “netral”,  “sangat  senang”,
“frustasi”, dan sebagainya. b.  Fokus  Respons,  berupa  produk,  konsumsi,  keputusan  pembelian,
wiraniaga, toko, dan sebagainya. c.  Timing  respons,  yaitu  setelah  konsumsi,  setelah  pilihan  pembelian,
berdasarkan pengalaman akumulasi, dan seterusnya.
25 Sementara  itu,  menurut  Craig-Less  1998  dalam  Tjiptono  2006:
351,  pemahaman  mengenai  perilaku  konsumen  dalam  konteks ketidakpuasan  jauh  lebih  mendalam  daripada  dalam  konteks  kepuasan
pelanggan. Pemahaman ini berasal dari dua bidang penelitian utama, yaitu riset  disonansi  dan  perilaku  komplain.  Disonansi  kognitif  dan
ketidakpuasan  merupakan  dua  konsep  yang  berbeda,  namun  saling berkaitan.  Konsep  disonansi  kognitif  yang  dikembangkan  Leon  Festinger
menyatakan  bahwa  setiap  orang  membutuhkan  keseimbangan    harmoni antara  fikiran  dan  tindakannya.  Bila  keseimbangan  tidak  tercapai,  akan
terjadi disonansi atau rasa tidak tenang. 2.  Manfaat Program Kepuasan Pelanggan
Dalam  Fandy  Tjiptono  2006:352  Terlepas  dari  perdebatan mengenai konsepnya, realisasi kepuasan pelanggan melalui perencanaan ,
pengimplementasian,  dan  pengendalian  program  khusus  berpotensi memberikan beberapa manfaat pokok, diantaranya sebagai berikut.
a.  Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah Persaingan dalam banyak industri ditandai dengan overcapacity
dan  oversupply.    Dalam  berbagai  kasus,  hal  ini  menyebabkan pemotongan  harga  menjadi  senjata  strategis  untuk  meraih  pangsa
pasar. Fokus
pada kepuasan
pelanggan merupakan
upaya mempertahankan  pelanggan  dalam  rangka  menghadapi  para  produsen
berbiaya  rendah.  Banyak  perusahaan  yang  menghadapi  cukup  banyak pelanggan  yang  bersedia  membayar  harga  lebih  mahal  untuk
26 pelayanan  dan  kualitas  yang  lebih  baik.  Konsumen  seperti  ini  tidak
akan mengorbankan tingkat kualitas yang bisa diterima hanya semata- mata untuk penghematan biaya tertentu yang tidak begitu signifikan.
b.  Manfaat ekonomi retensi pelanggan versus perpetual prospecting Berbagai  studi  menunjukkan  bahwa  mempertahankan  dan
memuaskan  pelanggan  saat  ini  jauh  lebih  murah  daripada  terus menerus  berupaya  menarik  atau  memprospek  pelanggan  baru.  Riset
yang  dilakukan  Wells  1993,  dalam  Tjiptono  2006352  misalnya, menunjukkan  bahwa  biaya  untuk  mempertahankan  pelanggan  lebih
murah empat sampai enam kali lipat daripada biaya mencari pelanggan baru. Ini karena komponen mencari pelanggan baru meliputi sejumlah
hal,  seperti  biaya  iklan,  biaya”mendidik”  pelanggan  agar  memahami sistem  dan  prosedur  layanan  perusahaan,  biaya  memahami  kebutuhan
dan  keinginan  spesifik  pelanggan  baru,  biaya  meyakinkan  pelanggan agar bersedia beralih dari pemasok sebelumnya dalam beberapa kasus,
ini  termasuk  memberikan  diskon  dan  penawaran  yang  lebih  menarik daripada pesaing, dan seterusnya.
c.  Nilai kumulatif dari relasi berkelanjutan Berdasarkan  konsep
“customer  lifetime  value”    upaya mempertahankan  loyalitas  pelanggan  terhadap  produk  dan  jasa
perusahaan  selama  periode  waktu  yang  lama  bisa  menghasilkan anuitas yang jauh lebih besar daripada pembelian individual.
27 d.
Daya Persuasif gethok tular word of mouth Dalam banyak industri terutama sektor jasa , pendapat opini
positif  dari  teman  dan  keluarga  jauh  lebih  persuasif  dan  kredibel  dari pada  iklan.  Oleh  sebab  itu,  banyak  perusahaan  yang  tidak  hanya
meneliti kepuasan total, namun juga menelaah sejauh mana pelanggan bersedia  merekomendasikan  produk  perusahaan  kepada  orang  lain.
Sebaliknya  word  of  mouth  negatif  bisa  merusak  reputasi  dan  citra perusahaan. Pelanggan  yang tidak puas bisa mempengaruhi sikap dan
penilaian  negatif  rekan  atau  keluarganya  terhadap  barang  atau  jasa perusahaan.  word  of  mouth  negatif  biasanya  tersebar  jauh  lebih  cepat
daripada word of mouth positif. Bahkan dikatakan bahwa gosip negatif bisa menyebar secepat virus. Apalagi ada kecenderungan bahwa lebih
besar  kemungkinan  seorang  pelanggan  yang  tidak  puas  menceritakan pengalaman  buruknya  kepada  orang  lain  daripada  pelanggan  puas
menyampaikan pengalaman positifnya. Belum lagi ada kecenderungan bahwa  orang  suka  melebih-lebihkan  cerita  pengalamannya.  Itulah
sebabnya  banyak  perusahaan  yang  mengadopsi  program  kepuasan pelanggan.
e.  Reduksi sensitifitas harga Pelanggan  yang  puas  dan  loyal  terhadap  sebuah  perusahaan
cenderung  lebih  jarang  menawar  harga  untuk  setiap  pembelian individualnya. Hal ini disebabkan oleh faktor kepercayaan trust telah
terbentuk.  Pelanggan  yakin  bahwa  perusahaan  langganannya  tidak
28 akan  bersikap  oportunistik  dan  memanfaatkan  mereka  untuk
kepentingan  sesaat.  Dalam  banyak  kasus,  kepuasan  pelanggan mengalihkan fokus pada harga ke pelayanan dan kualitas.
f.  Kepuasan    pelanggan  sebagai  indikator  kesuksesan  bisnis  dimasa depan
Pada  hakikatnya  kepuasan  pelanggan  merupakan  strategi jangka  panjang,  karena  dibutuhkan  waktu  cukup  lama  sebelum  bisa
membangun dan mendapatkan reputasi atas layanan prima. Seringkali, juga dituntut investasi besar pada serangkaian aktivitas yang ditujukan
untuk  membahagiakan  pelanggan  saat  ini  dan  masa  depan.  Program kepuasan pelanggan relatif mahal dan tidak mendatangkan laba dalam
jangka pendek. Akan tetapi, hasilnya bisa dituai dalam jangka panjang dan  manfaat  tersebut  dapat  bertahan  lama.  Oleh  karena  itu,  kepuasan
pelanggan merupakan indikator kesuksesan bisnis di masa depan yang mengukur  kecenderungan  reaksi  pelanggan  terhadap  perusahaan
dimasa yang akan datang. Ukuran-ukuran kinerja pasar lainnya seperti penjualan  dan  pangsa  pasar    merupakan  ukuran  kesuksesan  historis.
Ukuran – ukuran semacam itu hanya memberikan informasi mengenai
kinerja  perusahaan  dimasa  lampau,  namun  tidak  „berbicara  banyak‟ untuk  kinerja  masa  depan.  Jadi,  ukuran  kepuasan  pelanggan  lebih
prediktif untuk kinerja masa depan dari pada data akuntansi saat ini.
29 3.  Metode Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut  Kotler  2004  :45  dalam  Edwin,  2009  :  15  ada  empat buah
“tools” yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
a.  Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pada pelanggan customer- centered
memberikan  kesempatan  yang  luas  kepada  pelanggannya  untuk menyampaikan
saran dan
keluhan. Misalnya,
dengan cara
menyediakan  kotak  saran,  kartu  komentar,  customer  hot  line,  e-mail, atau  halaman  web.  Semua  informasi  yang  mengalir  tersebut
memberikan  perusahaan  banyak  ide-ide  bagus  dan  menbuat  mereka mampu beraksi secara cepat dalam menyelesaikan masalah pelanggan.
b. Ghost Shopping
Cara  lain  untuk  memperoleh  gambaran  mengenai  kepuasan pelanggan  adalah  dengan  cara  mempekerjakan  beberapa  orang  untuk
berperan  dan  bersikap  seperti  pembeli  potensial.  Selanjutnya,  mereka harus  melaporkan  temuan-temuannya.  Baik  yang  positif  maupun
negatif tentang produk perusahaan dan produk pesaing. Selain itu, para ghost Shopper juga mengamati cara penanganan setiap keluhan.
c. Lost Customer Analysis
Selalu  saja  ada  pelanggan  yang  berhenti  membeli  produk perusahaan atau pindah ke produk pesaing. Untuk itu harus di ketahui
dengan  pasti  apa  penyebabnya.  Oleh  karenanya,  perusahaan  harus menghubungi kembali pelanggan tersebut dan diadakan exit interview.
30 Selain  itu,  customer  loss  rate  juga  harus  dimonitor  secara  kontinyu
Peningkatan  customer  loss  rate  menunjukkan  kegagalan  perusahaan dalam memuaskan pelanggan.
d.  Survei Kepuasan Pelanggan Hasil  studi  menyatakan  bahwa  meskipun  pelanggan  merasa
tidak  puas,  tetapi  kurang  dari  5  dari  mereka  yang  melakukan komplain  mengeluh.  Tindakan  yang  umum  adalah  membeli  lebih
sedikit  atau  pindah  ke  produk  pesaing.  Dengan  kata  lain,  tingkatan komplain  bukan  merupakan  indikator  yang  baik  untuk  mengukur
kepuasan  pelanggan.  Perusahaan  yang  responsif  mengukur  secara langsung  kepuasan  pelanggan  dengan  cera  mengadakan  survei  secara
periodik Caranya  dengan  menggunakan  kuesioner  telepon.  Perusahaan
juga  meminta  tolong  pembeli  untuk  mengungkapkan  cara  pandang mereka terhadap kinerja pesaing.
4.  Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Dalam  Edwin,  2009:21  Kepuasan  pelanggan  sangat  tergantung
pada  pandangan  dan  harapan  pelanggan  atau  konsumen  itu  sendiri. Kebutuhan  dan  keinginan  yang  dirasakan  oleh  konsumen  tersebut  pada
saat  melakukan  pembelian  suatu  produk  atau  jasa,  pengalaman  masa  lalu saat menggunakan produk atau jasa tersebut, serta pengalaman dari rekan
–  rekan,  teman,  atau  kerabat  yang  telah  menggunakan  produk  atau  jasa tersebut,  atau  dari  periklanan,  dapat  dikatakan  sebagai  faktor-faktor  yang
31 dapat memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap pandangan dan
harapan  konsumen  ketika  melakukan  pembelian  atau  sebuah  produk  atau jasa. Kotler, 2004 : 48.
Berdasarkan  model  kepuasan  kualitatif  yang  dikembangkan  oleh Stauss  dan  Neuhaus  1997  dalam  Kotler,  2004  :57,  mereka
membedakan  tiga  tipe  kepuasan  pelanggan  berdasarkan  kombinasi  antara emosi-emosi  spesifik  terhadap  penyedia  jasa,  ekspektasi  menyangkut
kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan minat berperilaku untuk memilih  lagi  penyedia  jasa  bersangkutan.  Tipe-tipe  kepuasan  tersebut
adalah  demanding  satisfaction,  stable  satisfaction,  dan  resigned satisfaction.
a.  Demanding  customer  satisfaction.  Tipe  ini  merupakan  tipe  kepuasan yang  aktif.  Relasi  dengan  penyedia  jasa  diwarnai  emosi  positif,
terutama optimisme dan kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif di  masa  lalu,  pelanggan  dengan  tipe  kepuasan  ini  berharap  bahwa
penyedia  jasa  akan  mampu  memuaskan  ekspektasi  mereka  yang semakin  meningkat  dimasa  depan.  Selain  itu,  mereka  bersedia
meneruskan  relasi  yang  memuaskan  dengan  penyedia  jasa.  Kendati demikian, loyalitas akan sangat tergantung pada kemampuan penyedia
jasa  dalam  meningkatkan  kinerjanya  seiring  dengan  meningkatnya tuntutan pelanggan.
b.  Stable customer satisfaction. Pelanggan dalam hal ini memiliki tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap
32 penyedia jasa bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina
saat ini, mereka bersedia melanjutkan relasi dengan penyedia jasa. c.  Resigned customer satisfaction. Pelanggan dalam tipe ini juga merasa
puas.  Namun,  kepuasannya  bukan  disebabkan  oleh  pemenuhan ekspektasi,  namun  lebih  didasarkan  pada  kesan  bahwa  tidak  realistis
untuk  berharap  lebih.  Perilaku  konsumen  tipe  ini  cenderung  pasif. Mereka  tidak  bersedia  melakukan  berbagai  upaya  dalam  rangka
menuntut perbaikan situasi. Menurut Lumpiyoadi 2001 : 158 dalam Eka Wulan Sari, 2007 :
40 ada lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan yaitu :
a.  Kualitas Produk Pelanggan  akan  puas  bila  hasil  evaluasi  mereka  menunjukkan
bahwa  produk  yang  mereka  gunakan  berkualitas.  Contohnya  Rumah Sakit  yang  menggunakan  teknologi  yang  canggih  serta  dokter  yang
berpengalaman, b.  Kualitas Pelayanan
Pelanggan  akan  merasa  puas  bila  mendapatkan  pelayanan  yang baik  atau  sesuai  dengan  harapan.  Contohnya  memberikan  pelayanan
yang  sesuai  dengan  harapan,  memberikan  kesempatan  untuk menyampaikan  saran  dan  keluhan,  memberikan  pelayanan  pengaduan
dan antrian secara professional.
33 c.  Emosional
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang  lain  akan  kagum  bila  seseorang  menggunakan  produk  yang
bermerek  dan  cenderung  mempunyai  kepuasan  yang  lebih  tinggi. Misalnya  pasien  merasa  puas  dengan  pelayanan  yang  diberikan,  serta
merasa  bangga  berobat  di  Rumah  Sakit,  dan  pasien  dapat  menikmati pelayanan dengan baik.
d.  Harga Produk  yang  mempunyai  kualitas  yang  sama  tetapi  menerapkan
harga  yang  relatif  murah  akan  memberikan  nilai  yang  lebih  tinggi kepada pelanggannya. Misalnya Rumah Sakit menerapkan harga yang
relatif lebih murah, serta memberikan harga lebih murah dibandingkan dengan Rumah sakit lain.
e.  Biaya Pelanggan  yang  tidak  perlu  mengeluarkan  biaya  tambahan  atau
tidak  perlu  membuang  waktu  untuk  mendapatkan  suatu  produk  atau jasa  cenderung  puas  terhadap  produk  atau  jasa  tersebut.  Sebagai
contoh  pasien  tidak  pelu  membuang  waktu  untuk  mendapatkan pelayanan.
Menurut  Fandy  Tjiptono  2006  :  354,  pada  umumnya  kepuasan pelanggan meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama yaitu :
34 a.  Barang dan Jasa Berkualitas
Perusahaan  yang  ingin  menerapkan  program  kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima.
Paling  tidak,  standarnya  harus  menyamai  para  pesaing  utama  dalam industri.  Untuk  itu,  berlaku  prinsip
“quality  comes  first,  satisfaction programs  follow”.  Biasanya  perusahaan  yang  tingkat  kepuasan
pelanggannya  tinggi  menyediakan  tingkat  layanan  pelanggan  yang tinggi  pula.  Sering  kali  itu  merupakan  cara  mereka  menjustifikasi
harga yang lebih mahal. b.  Relationship Marketing
Kunci  pokok  dalam  setiap  program  loyalitas  adalah  upaya menjalin  relasi  jangka  panjang  dengan  para  pelanggan.  Asumsinya
adalah  bahwa  relasi  yang  kokoh  dan  saling  menguntungkan  antara penyedia jasa dan pelanggan dalam membangun bisnis ulangan repeat
business dan menciptakan loyalitas pelanggan. c.  Program promosi loyalitas
Program  promosi  loyalitas  banyak  diterapkan  untuk  menjalin relasi  antara  perusahaan  dan  pelanggan.  Biasanya,  program  ini
memberikan  semacam‟penghargaan‟  reward  khusus  seperti  bonus, diskon,  voucher,  dan  hadiah  yang  dikaitkan  dengan  frekuensi
pembelian  atau  pemakaian  produk    jasa  perusahaan  kepada pelanggan  kelas  kakap  atau  pelanggan  rutin  heavy  user  agar  tetap
loyal pada produk dari perusahaan bersangkutan.
35 d.  Fokus pada pelanggan terbaik  best customers
Sekalipun  program  promosi  loyalitas  beraneka  ragam bentuknya,  namun  semuanya  memiliki  kesamaan  pokok  dalam  hal
fokus  pada  pelanggan  yang  paling  berharga.  Program-program semacam itu berfokus pada 20 persen dari pelanggan yang secara rutin
mengkonsumsi  80  persen  dari  penjualan  sesuai  dengan  prinsip Pareto.  Namun  pelanggan  tersebut  bukan  sekedar  mereka  yang
termasuk  heavy  users.  Tentu  saja  mereka  berbelanja  banyak  ,  namun kriteria lainnya menyangkut pembayaran yang lancar dan tepat waktu,
tidak  terlalu  banyak  membutuhkan  layanan  tambahan  karena  mereka telah  paham  cara  berinteraksi  dengen  perusahaan,  dan  relatif  tidak
sensitif  terhadap  harga  lebih  menyukai  stabilitas  dari  pada  terus menerus  berganti  pemasok  untuk  mendapatkan  harga  termurah.
Inheren  didalam  konsep  fokus  pada  pelanggan  terbaik  adalah kesediaan untuk‟ melepas‟ bad customer Bhote, 1996: Schnaars, 1998
dalam Tjiptono, 2006 : 355 e.  Sistem penanganan komplain secara efektif
Penanganan  komplain  terkait  erat  dengan  kualitas  produk. Perusahaan  harus  memastikan  bahwa  barang  dan  jasa  yang
dihasilkannya benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Baru  setelah  itu,  jika  ada  masalah,  perusahaan  segera  berusaha
memperbaikinya  lewat  sistem  penanganan  komplain.  Jadi,  jaminan kualitas harus mendahului penanganan komplain.
36 Fakta  menunjukkan  bahwa  kebanyakan  pelanggan  mengalami
berbagai  macam  masalah,  setidaknya  berkaitan  dengan  konsumsi beberapa  jenis  produk,  waktu  penyampaian  atau  layanan  pelanggan.
Oleh  sebab  itu,  setiap  perusahaan  harus  memiliki  sistem  penanganan komplain  yang  efektif.  Sudah  bukan  zamannya  lagi  bagi  perusahaan
untuk  bersembunyi di  balik  pernyataan  “barang  yang  sudah  dibeli
tidak  dapat  dikembalikan    ditukar”  atau  jawaban  semacam  “sudah menjadi  kebijakan  perusahaan  untuk  tidak  memberikan  kompensasi
atas barang yang sudah dibeli”. f.
Unconditional guarantees Unconditional  guarantees  dibutuhkan  untuk  mendukung
keberhasilan  program  kepuasan  pelanggan.  Garansi  merupakan  janji eksplisit  yang  disampaikan  kepada  para  pelanggan  mengenai  tingkat
kinerja  yang  diharapkan  akan  mereka  terima.  Garansi  ini  bermanfaat dalam  mengurangi  resiko  pembelian  oleh  pelanggan,  memberikan
sinyal  mengenai  kualitas  produk,  dan  secara  tegas  menyatakan perusahaan bertanggung jawab atas produk jasa yang diberikannya.
g.  Program pay-for-performance Program  kepuasan  pelanggan  yang  tidak  bisa  terlaksana  tanpa
adanya  dukungan  sumber  daya  manusia  organisasi.  Sebagai  ujung tombak  perusahaan  yang  berinteraksi  dengan  para  pelanggan  dan
berkewajiban  memuaskan  mereka,  karyawan  juga  harus  dipuaskan kebutuhannya.  Dengan  kata  lain,  total  customer  satisfaction  harus
37 didukung  pula  dengan  total  quality  reward  yang  mengaitkan  sistem
penilaian  kinerja  dan  kompensasi  dengan  konstribusi  setiap  karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan.
F. Citra Merek Brand Image