Pendekatan Tradisional Pendekatan Modigliani dan Miller

1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. Menurut Suad Husnan 1996:303, keadaan perusahaan menjadi lebih baik setelah perusahaan menggunakan hutang karena nilai perusahaan meningkat atau biaya modal perusahaan menurun. Menurut Sartono dalam Januarino 2006:12, pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu. Resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik Ke biaya modal sendiri maupun Kd biaya hutang relatif konstan. Namun demikian serelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat 23 nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.

2. Pendekatan Modigliani dan Miller

Menurut Suad Husnan 1996:304, mengutip dari artikel Modigliani dan Miller MM, menyebutkan bahwa dimungkinkan munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang maupun yang menggunakan hutang, akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat resiko yang sama pula. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut : Ke = Keu + Keu - Kd BS Dimana : Ke = biaya modal sendiri Keu = biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak menggunakan hutang Kd = biaya hutang B = nilai pasar hutang S = nilai modal sendiri 24 Dengan demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang ataukah modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan Suad Husnan, 1996:306. Suad Husnan 1996:306-307, juga mengatakan bahwa dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi tidak relevan. Karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak bersifat tax deductible. Dengan kata lain apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang sedangkan yang satunya tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Penghematan membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka sudah tentu nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari pada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Januarino 2006:14, mengatakan bahwa pada prakteknya terdapat berbagai kritik berkenaan dengan pendekatan MM ini, antara lain : a. Pendekatan MM mengasumsikan bahwa tidak adanya biaya transaksi, maka poses arbitrase boleh dikatakan tanpa biaya, namun dalam realita bahwa komisi untuk para broker itu cukup tinggi Brigham et al.1999. 25 b. Pada awalnya MM mengasumsikan bahwa investor dan perusahaan memiliki akses yang sama terhadap lembaga keuangan. Akan tetapi para investor besar dimungkinkan memperoleh hutang dengan bunga yang lebih rendah sedangkan investor individu mungkin harus meminjam dengan tingkat bunga yang tinggi. c. MM juga mengasumsikan tidak ada konflik antar pihak dalam perusahaan atau agency problem yang dapat menimbulkan agency cost yang sangat besar Brigham et.al, 1999. d. Tidak adanya pertimbangan adanya financial distress yang mungkin dihadapi perusahaan Bigham et.al ,1999.

3. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income NI

Dokumen yang terkait

Dampak kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham perusahaan LQ 45 di BEI

6 22 119

Analisis tingkat sertifikat BI, inflasi, dan nilai kurs terhadap return saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG

2 35 106

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

0 5 126

The Impact of Liquidity, Profitability, Solvency and Firm Size on Capital Structure of Company Listed in LQ45 Period 2010-2014

0 4 131

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham di Beli (Studi Empiris Pada Emiten yang Terdaftar Dalam Index LQ 45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2)

0 4 108

Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan: (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 – 2013)

0 4 139

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE, DAN ASSET GROWTH TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 107

PENGARUH EARNINGS, OPERATING CASH FLOW DAN ASSET GROWTH TERHADAP STOCK RETURN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA INDEKS LQ 45 UNTUK PERIODE2009-2011

0 0 16

ANALISIS PENGARUH HARI PERDAGANGAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ-45 DAN NON LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE DAN ASSET GROWTH TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 1 20