Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian Pengertian Modal

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah profit, growth, dan asset structure berpengaruh signifikan terhadap struktur modal baik secara parsial dan simultan. b. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi struktur modal.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis hubungan profit, growth, dan asset structure terhadap struktur modal baik secara parsial dan simultan. b. Untuk menganalisis variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi struktur modal. Adapun kegunaan dari penelitian adalah : 1. Perusahaan Dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pendanaan yang paling efektif dan efisien sehingga dapat mengambil keputusan dalam hal penentuan struktur modal. 2. Investor Memberikan masukan dalam rangka pengambilan keputusan investasi kepada investor. 13 14 3. Peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang menentukan struktur modal. 4. Civitas Akademik Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman tentang struktur modal perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Struktur Modal

Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan suatu perusahaan yang digunakan dalam mendanai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri, A. Rodoni dan Indo Yama Nasaruddin, 2007. Menurut A. Rodoni dan Herni. A 2010:137-138, struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Menurut Robert C Higgins 2004:372, capital structure is the composition of the liabilities side of company’s balance sheet, the mix of funding sources a company uses to finance its operations. Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson 2000:583, capital structure is the combination of debt and equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of debt, internally generated equity, and new equity. 15 Hendra S Raharjaputra 2009:212, mengatakan bahwa struktur modal perusahaan merupakan campuran atau proporsi antara hutang jangka panjang dan ekuitas dalam rangka mendanai investasinya. Menurut Gitman 2009:561, mengatakan bahwa modal hutang dan modal sendiri adalah dasar untuk menyusun struktur modal perusahaan. Sama seperti halnya yang didefinisikan oleh Handono Mardiyanto 2009:258, bahwa struktur modal adalah sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas saham prefern dan saham biasa yang ditetapkan perusahaan. Keown dkk dalam Romanti 2008:7, mengatakan bahwa struktur keuangan adalah paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham sedangkan struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Warsono 2003:237, perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva tetap biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya dan modal pinjaman merupakan pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen. Menurut Sabar Warsini 2003:143, struktur modal merupakan sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari obligasi dan saham. 16 Menurut Brigham dan Houston 2006:42, apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan jumlah utang yang lebih besar. Dalam hal ini asset yang dapat dijadikan agunan berupa aktiva tetap fixed asset tangibility. Synthia 2006:1, mengatakan bahwa struktur modal adalah jumlah permanen perusahaan yang bersumber dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Ghosh et.al. dalam Fadila Firdaus 2006:4, struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan total debt dengan total aktiva total assets. Menurut Farah Margaretha 2004:119, struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri. Deta Damayanti 2009:8, mengatakan bahwa struktur modal merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari hutang dan modal sendiri yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Menurut Ikatan Akutansi Indonesia 1997:5, penentuan kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan struktur modal. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai proyek investasi tersebut. 17 Sama halnya seperti yang dijelaskan oleh Bambang Riyanto 2001:22, bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Deta Damayanti 2009:9, struktur modal merupakan campuran dari hutang jangka panjang dan ekuitas yang diatur oleh perusahaan. Jenis modal dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu modal hutang dan modal ekuitas. a. Modal Hutang Debt Capital Modal hutang adalah seluruh pinjaman dana jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktu pembayarannya tidak akan selesai dalam waktu 1 tahun. b. Modal Ekuitas Equity Capital Modal ekuitas terdiri dari dana jangka panjang yang disajikan oleh kepemilikan perusahaan, yaitu para pemegang saham. Berdasarkan dari pernyataan di atas, maka struktur modal merupakan komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai asset atau aktiva perusahaan. Anggie Putranto 2007:9, mengatakan struktur modal merupakan bagian yang paling kompleks dalam pengambilan keputusan keuangan. Hal ini dikarenakan struktur modal mempunyai hubungan erat dengan 18 beberapa variabel dari keputusan keuangan. Keputusan struktur modal yang tidak optimal atau tidak tepat dapat mengakibatkan biaya modal cost of capital yang tinggi, sedangkan keputusan struktur modal yang optimal atau tepat dapat menurunkan biaya modal cost of capital. Pembuatan keputusan struktur modal merupakan hal terpenting untuk organisasi perusahaan. Keputusan tersebut penting, karena perusahaan menginginkan memperoleh penghasilan yang maksimal. Sejumlah organisasi mengatakan bahwa suatu keputusan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang bersaing. Struktur modal perusahaan sebenarnya merupakan campuran surat-surat berharga yang jenisnya berbeda-beda. Biasanya perusahaan memilih alternatif struktur modal, karena perusahaan bisa menerbitkan sejumlah hutang dalam jumlah besar maupun hutang dalam jumlah kecil. Selain itu, perusahaan juga bisa menggunakan cara lain yaitu dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yang jenisnya berbeda-beda dalam jumlah tidak sedikit yang mana tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal dari pasar keseluruhan Romanti, 2008:8. Menurut Nani Nurein 2008:12, manajer keuangan harus membuat keputusan dasar yang berkenaan dengan struktur pendanaan perusahaan, yaitu: 1. Membuat struktur modal perusahaan menjadi optimal, struktur modal tersebut merupakan campuran sumber dana yang terdiri dari debt itu sendiri terdiri dari payable, accruals, short term debt 19 dan long term debt, term loans dan bonds, sedangkan equity diperoleh dari para investor dan pemilik perusahaan yang mana berasal dari retained earnings dan menjual pemilik perusahaan yang mana berasal dari retained earnings dan menjual common stock. Biasanya penentuan keputusan struktur modal berdasarkan cost of debt dan pendanaan dengan hutang diakui memang bermanfaat bukan hanya untuk keuntungan perusahaan dan keputusan struktur modal tidak fleksibel dalam memperoleh pendanaan equity. 2. Keputusan pendanaan struktur modal dalam menggunakan pendanaan hutang memiliki jangka waktu, karena dengan hutang tersebut membuat struktur modal suatu perusahaan menjadi optimal. Dengan kata lain, memberikan target jangka waktu hutang dan kapan perusahaan akan menggunakan pendanaan short term debt dan long term debt tergantung dari asset structure yang dimiliki. Menurut Brigham dan Houston 2001:17, keputusan struktur modal secara langsung juga berpengaruh terhadap besarnya resiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Yuke dan Hadri 2005:1, mengatakan bahwa keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja berpengaruh terhadap 20 profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap resiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Faktor-faktor resiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen merupakan faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal, khususnya pada struktur modal yang ditargetkan Brigham dan Houston 2001:6. Brigham dan Houston 2001:39, mengatakan secara lebih umum faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Dari pengertian di atas, struktur modal yang optimal dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal tersebut. Secara umum, tercapainya profit, growth, dan asset structure perusahaan tidak lepas dari beberapa faktor- faktor diatas, karena faktor-faktor tersebut dapat menjadi suatu gambaran perusahaan untuk menetapkan komposisi modal perusahaan yang optimal. Menurut Gitman 2009:582, struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mampu menyeimbangkan keuntungan perusahaan dan pembiayaan biaya hutang. 21 Brigham dan Houston 2001:5-6, mengatakan bahwa tingkat biaya modal rata-rata tertimbang hanya dapat dicapai apabila perusahaan telah menentukan struktur modalnya yang optimal. Struktur modal yang optimal suatu perusahaan harus berada pada keseimbangan antara resiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham. Struktur modal yang optimal merupakan penggabungan antara hutang dan modal sendiri yang mana digunakan oleh perusahaan untuk memaksimalkan harga saham Nani Nurein, 2008:14.

B. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli akan dijelaskan lebih mendetail pada bagian berikut ini, yaitu antara lain pendekatan Tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, pendekatan Laba Bersih atau Net Income NI, pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income NOI, Pecking Order dan Balanced Theory. Menurut Myers dalam Januarino 2006:11, mengklasifikasikan berbagai macam faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu perusahaan yang mengikuti balanced theory dan perusahaan yang mengikuti pecking order theory. 22

1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. Menurut Suad Husnan 1996:303, keadaan perusahaan menjadi lebih baik setelah perusahaan menggunakan hutang karena nilai perusahaan meningkat atau biaya modal perusahaan menurun. Menurut Sartono dalam Januarino 2006:12, pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu. Resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik Ke biaya modal sendiri maupun Kd biaya hutang relatif konstan. Namun demikian serelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat 23 nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.

2. Pendekatan Modigliani dan Miller

Menurut Suad Husnan 1996:304, mengutip dari artikel Modigliani dan Miller MM, menyebutkan bahwa dimungkinkan munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang maupun yang menggunakan hutang, akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat resiko yang sama pula. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut : Ke = Keu + Keu - Kd BS Dimana : Ke = biaya modal sendiri Keu = biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak menggunakan hutang Kd = biaya hutang B = nilai pasar hutang S = nilai modal sendiri 24 Dengan demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang ataukah modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan Suad Husnan, 1996:306. Suad Husnan 1996:306-307, juga mengatakan bahwa dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi tidak relevan. Karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak bersifat tax deductible. Dengan kata lain apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang sedangkan yang satunya tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Penghematan membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka sudah tentu nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari pada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Januarino 2006:14, mengatakan bahwa pada prakteknya terdapat berbagai kritik berkenaan dengan pendekatan MM ini, antara lain : a. Pendekatan MM mengasumsikan bahwa tidak adanya biaya transaksi, maka poses arbitrase boleh dikatakan tanpa biaya, namun dalam realita bahwa komisi untuk para broker itu cukup tinggi Brigham et al.1999. 25 b. Pada awalnya MM mengasumsikan bahwa investor dan perusahaan memiliki akses yang sama terhadap lembaga keuangan. Akan tetapi para investor besar dimungkinkan memperoleh hutang dengan bunga yang lebih rendah sedangkan investor individu mungkin harus meminjam dengan tingkat bunga yang tinggi. c. MM juga mengasumsikan tidak ada konflik antar pihak dalam perusahaan atau agency problem yang dapat menimbulkan agency cost yang sangat besar Brigham et.al, 1999. d. Tidak adanya pertimbangan adanya financial distress yang mungkin dihadapi perusahaan Bigham et.al ,1999.

3. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income NI

Menurut Sartono dalam Januarino 2006:15, pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi Ke yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang Kd yang konstan pula. Karena Ke dan Kd konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang Ko akan semakin kecil.

4. Pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income NOI

Sartono dalam Januarino 2006:16, mengatakan bahwa pendekatan NOI ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang 26 yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karenya tingkat keuntungan yang diisyratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

5. Pendekatan Balanced Theory dan Pecking Order Theory

Berdasarkan balanced theory, perusahaan berusaha mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan maksimum nilai pasar. Sedangkan pecking order theory, perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama berdasarkan internal yaitu : retained earning, kemudian hutang beresiko rendah dan terakhir ekuitas Myers dalam Januarino, 2006:17. Balanced theory yang selanjutnya disebut dengan Trade Off Theory sebagai penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah Suad Husnan, 1996:324. 27 Myers dalam Januarino 2006:17 mengatakan bahwa secara garis besar dapat disimpulkan bahwa balanced theory menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan dana dari hutang dengan tingkat bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan. Asimetrik informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order theory, sehingga cenderung mendorong perilaku pecking order theory Myers dalam Januarino, 2006:17. Untuk mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas, para manajer akan menerbitkan sekuritas yang beresiko paling kecil. Pecking order theory cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan resiko. Menurut Suad Husnan 1996:324-325, bahwa pecking order theory menyatakan beberapa hal antara lain : 1 Perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil operasi perusahaan. 2 Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis. 3 Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi 28 kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain mungkin kurang. 4 Apabila pendanaan dari luar external financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, apabila belum mencukupi saham baru diterbitkan. Dalam teori pecking order theory, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan external. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan Suad Husnan, 1996:325.

C. Pengertian Modal

Menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan, modal merupakan faktor penting yang dibutuhkan disamping faktor – faktor lainnya seperti tenaga kerja dan keahlian. Faktor pembiayaan atau modal ini sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan kegiatan usaha perusahaan. Faktor modal yang berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan menggambarkan bagaimana perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan akan sumber pendanaannya dan apakah sumber pendanaan perusahaan tersebut bersumber dari modal sendiri secara keseluruhan atau dengan tambahan modal yang berasal dari pinjaman. Penggunaan faktor modal ini tentunya juga 29 menimbulkan biaya, sama halnya dengan faktor produksi dan lainnya seperti tenaga kerja dan keahlian. Hal ini sesuai dengan defenisi modal yang dikemukakan oleh Anggie Putranto 2007:17, yaitu Modal adalah faktor produksi yang sangat perlu, dan sebagaimana halnya dengan faktor produksi lainnya, modal mengandung biaya. Menurut Munawir 2001:19, modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal modal saham, surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Berdasarkan pengertian mengenai defenisi modal diatas, dapat diartikan bahwa modal merupakan faktor produksi yang sama pentingnya dengan faktor produksi lainnya, dimana dalam setiap penggunaannya akan menimbulkan biaya yang akan menjadi beban bagi perusahaan. Jika penggunaan modal yang akan menimbulkan biaya ini tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan mengurangi pendapatan perusahaan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan.

D. Sumber Modal

Dokumen yang terkait

Dampak kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham perusahaan LQ 45 di BEI

6 22 119

Analisis tingkat sertifikat BI, inflasi, dan nilai kurs terhadap return saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG

2 35 106

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

0 5 126

The Impact of Liquidity, Profitability, Solvency and Firm Size on Capital Structure of Company Listed in LQ45 Period 2010-2014

0 4 131

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham di Beli (Studi Empiris Pada Emiten yang Terdaftar Dalam Index LQ 45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2)

0 4 108

Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Firm Age, Firm Size, Growth Asset, dan Business Risk Terhadap Struktur Modal Perusahaan: (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Tercatat Di IICG dan Terdaftar Di BEI Periode 2009 – 2013)

0 4 139

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE, DAN ASSET GROWTH TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 107

PENGARUH EARNINGS, OPERATING CASH FLOW DAN ASSET GROWTH TERHADAP STOCK RETURN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA INDEKS LQ 45 UNTUK PERIODE2009-2011

0 0 16

ANALISIS PENGARUH HARI PERDAGANGAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ-45 DAN NON LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE DAN ASSET GROWTH TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 1 20