B. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data
a. Struktur Modal
Menurut A. Rodoni dan Herni. A 2010:137, struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan
kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham.
Hendra S Raharjaputra 2009:212, mengatakan bahwa struktur modal perusahaan merupakan campuran atau proporsi antara hutang
jangka panjang dan ekuitas dalam rangka mendanai investasinya. Gitman 2009:561, mengatakan bahwa modal hutang dan modal
sendiri adalah dasar untuk menyusun struktur modal perusahaan. Bambang Riyanto 2001:22, bahwa struktur modal adalah
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Brigham dan Houston 2001:5, mengatakan bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa.
Struktur modal merupakan komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai asset atau aktiva
perusahaan.
79
Tabel 4.1 Struktur Modal
EMITEN 2006
2007 2008
rata-rata AALI
0,1881 0,2149
0,1815 0,1948
ANTM 0,4127
0,2718 0,2080
0,2975 BLTA
0,6184 0,8396
0,5852 0,6811
BNBR 0,3649
0,5127 0,5475
0,4750 ENRG
0,8165 0,6428
0,7033 0,7209
INDF 0,6529
0,6287 0,6676
0,6497 PGAS
0,5857 0,6449
0,6842 0,6383
PTBA 0,2575
0,2807 0,3323
0,2901 TLKM
0,5175 0,5176
0,5179 0,5176
UNSP 0,6397
0,4464 0,4743
0,5201 UNTR
0,5893 0,5550
0,5097 0,5513
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, perusahaan LQ 45 menggunakan sumber dana dari pihak luar rata-rata 70. Namun untuk perusahaan ENRG
menggunakan sumber pendanaannya di atas 70. Perusahaan yang menggunakan sumber pendanaan dari hutang terkecil adalah perusahaan
AALI sebesar rata-rata 0.1948. Struktur modal tersebut dipengaruhi dengan variabel independen yaitu variabel profit, growth dan asset
structure . Perusahaan memiliki hutang tinggi atau rendahnya dipengaruhi
dari tinggi rendahnya profit, pertumbuhan penjualan dan asset structure perusahaan Fix assets per Total Asstes.
80
b. Profit
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba Saidi dalam Anisa’u, 2007:20.
Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba
merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek sekuritas. Pengeluaran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting
bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok Subramanyam,
2005:110. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal Brigham dan Houston, 2001:40.
Menurut Hendra S Raharjaputra 2009, profit merupakan alat untuk mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam
menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun
modal sendiri shareholders equity. Rasio ini lebih diminati oleh para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebagai salah satu alat
keputusan investasi.
81
Profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Assets
ROA di mana return ini merupakan hasil dari laba usaha perusahaan dibagi dengan total assets perusahaan.
Tabel 4.2 ROA
Sumber : Data diolah EMITEN
2006 2007
2008 rata-rata
AALI 0,3428
0,5429 0,5180
0,4679 ANTM
0,3297 0,5627
0,1419 0,3448
BLTA 0,1153
0,0435 0,0757
0,0782 BNBR
0,0705 0,0610
0,0492 0,0602
ENRG 0,0240
0,0175 0,0461
0,0292 INDF
0,1218 0,0968
0,1096 0,1094
PGAS 0,1584
0,1507 0,1823
0,1638 PTBA
0,2113 0,2254
0,4084 0,2817
TLKM 0,2874
0,3226 0,2444
0,2848 UNSP
0,1639 0,0948
0,1616 0,1401
UNTR 0,1189
0,1844 0,1820
0,1618
Berdasarkan tabel di atas keuntungan perusahaan berada di bawah 40. Namun untuk perusahaan memiliki keuntungan di atas 40. Oleh
karena itu, diindikasikan preposisi hutang perusahaan kecil.
82
c. Growth
Menurut Nisa Fidyati 2003:22, pertumbuhan perusahaan dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada perusahaan. Semakin
tinggi pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa kesempatan bertumbuh perusahaan semakin tinggi, maka akan semakin besar
kebutuhan dana yang diperlukan.
Tabel 4.3 Growth
Sumber : Data diolah EMITEN
2006 2007
2008 rata-rata
AALI 0,1148
0,5862 0,3691
0,3567 ANTM
0,7315 1,1331
-0,2012 0,5545
BLTA 0,1745
0,1848 0,9237
0,4277 BNBR
1,7410 7,6547
0,5892 3,3283
ENRG -0,0211
-0,3091 0,6343
0,1013 INDF
0,1693 0,2697
0,3927 0,2772
PGAS 0,2205
0,3272 0,4535
0,3337 PTBA
0,1783 0,1671
0,7499 0,3651
TLKM 0,2420
0,1448 0,0210
0,1359 UNSP
0,3366 0,6508
0,5040 0,4972
UNTR 0,0330
0,3241 0,5360
0,2977
Berdasarkan tabel di atas rata-rata pertumbuhan terlihat di bawah 50. Namun ada juga yang tidak mengalami pertumbuhan atau justru
mengalami regres atau penurunan seperti perusahaan ANTM.
83
d. Asset Structure
Asset structure berhubungan dengan jumlah kekayaan yang dijadikan jaminan. Perusahaan yang lebih fleksibel cenderung menggunakan
hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur assetnya tidak fleksibel Nisa Fidyati, 2003:22.
Assets struktur merupakan komposisi dari fix asset dengan asset lainnya. Fix assets dapat digunakan sebagai jaminan dalam upaya
pendanaan melalui hutang.
Tabel 4.4 Asset Structure
EMITEN 2006
2007 2008
rata-rata AALI
0,4417 0,3280
0,3070 0,3589
ANTM 0,4590
0,2510 0,2821
0,3307 BLTA
0,7195 0,7650
0,8271 0,7705
BNBR 0,4259
0,4645 0,3425
0,4110 ENRG
0,6579 0,7094
0,1483 0,5052
INDF 0,3997
0,2749 0,2421
0,3056 PGAS
0,8621 0,8044
0,6894 0,7853
PTBA 0,1298
0,0906 0,0629
0,0944 TLKM
0,0129 0,0086
0,0052 0,0089
UNSP 0,1909
0,1719 0,1581
0,1736 UNTR
0,4616 0,4251
0,4160 0,4342
Sumber : Data diolah
84
Berdasarkan tabel di atas perusahaan LQ 45 yang memiliki fix asset tertinggi adalah perusahaan PGAS sedangkan perusahaan yang memiliki
asset terendah perusahaan UNSP.
C. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas