Sumber-Sumber Stres Kerja Sumber-Sumber Stres Kerja

2.2.3. Sumber-Sumber Stres Kerja

Berdasarkan penjelasan di atas, sumber-sumber stres merupakan kondisi atau peristiwa yang membuat seseorang menjadi stres. Jadi sumber stres kerja adalah kondisi atau peristiwa di lingkungan kerja yang membuat karyawan stres. Cooper Davison dalam Rivai, 2010 membagi penyebab stres pada pekerjaan menjadi dua, yaitu: 1. Group Stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun dari keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan. 2. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran. Luthans dalam Rivai, 2010 menyebutkan bahwa penyebab stres terdiri atas empat hal utama, yakni: 1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas tempat tinggal. 2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi. 3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup. 4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis. Sedangkan Cary Cooper dalam Rivai, 2010 memberikan daftar lengkap penyebab stres atas pekerjaan, yaitu : Tabel 2.1 Daftar Sumber-Sumber Stres Kerja Menurut Cary Cooper dalam Rivai, 2010 Sumber-sumber stres kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi Hal-hal yang mungkin terjadi di lapangan Konsekuensi kondisi yang sering muncul Kondisi pekerjaan  Beban kerja berlebihan secara kuantitatif  Beban kerja berlebihan secara kualitatif  Keputusan yang dibuat oleh seseorang  Bahaya fisik  Jadwal bekerja  Technostress  Kelelahan mental atau fisik  Kelelahan yang amat sangat dalam bekerja burnout  Meningkatnya sensitivitas dan ketegangan Masalah peran  Ketidakjelasan peran  Adanya bias dalam membedakan gender dan stereotype peran gender  Pelecehan seksual  Meningkatkan kecemasan dan ketegangan  Menurunnya prestasi pekerjaan Faktor interpersonal  Hasil kerja dan sistem dukungan  Meningkatnya ketegangan sosial yang buruk  Persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan  Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan  Meningkatnya tekanan darah  Ketidakpuasan kerja Perkembangan karier  Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya  Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya  Keamanan pekerjaannya  Ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustrasi  Menurunnya produktifitas  Kehilangan rasa percaya diri  Meningkatkan kesensitivitas dan ketegangan  Ketidakpuasan kerja Struktur organisasi  Struktur yang kaku dan tidak bersahabat  Pertempuran politik  Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang  Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan  Menurunnya motivasi dan produktifitas  Ketidakpuasan kerja Tampilan rumah-pekerjaan  Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi  Kurangnya dukungan dari pasangan hidup  Konflik pernikahan  Stres karena memiliki dua pekerjaan  Meningkatnya konflik dan kelelahan mental  Menurunnya motivasi dan produktifitas  Meningkatnya konflik pernikahan Gambaran dari tabel di atas adalah sebagai berikut: 1. Kondisi pekerjaan Sumber-sumber stres ini berhubungan degan hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan oleh karyawan, yang merupakan faktor dari isi pekerjaan, lingkungan pekerjaan dan faktor jadwal pekerjaan. Kondisi pekerjaan yang dapat membuat karyawan stres meliputi: a. Beban kerja yang berlebihan atau kurang. Beban pekerjaan yang berlebihan ini dapat dilihat melalui dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pekerjaan yang berlebihkan secara kualitatif terjadi ketika tuntunan fisik dari pekerjaan melebihi kemampuan karyawan, misalnya harus menyelesaikan pekerjaan yang berlebihan dengan batas waktu yang pendek. Pekerjaan berlebihan secara kuantitatif terjadi ketika pekerjaan ini terlalu rumit atau sulit. Beban pekerjaan yang sedikit merupakan pekerjaan yang tidak dapat meningkatkan perhatian dan rasa ketertarikan dari karyawan. b. Bahaya fisik. Resiko dan bahaya digandengkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber dari stres. Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap memiliki resiko tinggi, dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polusi, pekerja tambang, tentara, pegawai di lembaga pemasyarakatan, pemadam kebakaran, pekerja pada eksplorasi gas dan minyak, dan pada instalasi produksi Munandar, 2001 c. Tanggungjawab dalam mengambil keputusan. Hal ini menjadi sumber stres ketika tanggungjawab tersebut berhubungan dan dapat mempengaruhi berbagai hal seperti produksi perusahaan dan masa depan karyawan. d. Penggantian waktu kerja atau jadwal kerja Penggantian waktu kerja merupakan rotasi dari jadwal yang dimiliki karyawan. Hal ini dapat mengganggu pola tidur karyawan, tingkat metabolisme dan tingkat keefisiensian karyawan. e. Pembaharuan teknologi Pembaharuan teknologi menjadi sumber stres ketika karyawan ataupun perusahaan tidak dapat beradaptasi dengan pengenalan dan pengoperasian teknologi baru. Bekerja sebagai salesman mempunyai beban pekerjaan yang berlebihan secara kualitatif, kurang adanya waktu untuk istirahat, jam kerja yang terlalu panjang, rutinitas yang membosankan atau target yang sulit dicapai berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan unrealistic goal or target. Adanya sumber-sumber stres kerja yang berkaitan dengan kondisi pekerjaan tersebut di atas dapat mempengaruhi kinerja salesman. Seperti yang dikemukakan oleh Henry Simamora dalam Mangkunegara, 2006 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah variabel organisasional yang didalamnya terdapat aspek-aspek desain atau kondisi pekerjaan. 2. Masalah peran Setiap karyawan bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap karyawan mempunyai kelompok tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan atasannya. Konflik peran timbul jika seseorang tenaga kerja mengalami adanya Munandar, 2001: a. Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan antara tanggung jawab yang ia miliki. b. Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaannya. c. Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang yang dinilai penting bagi dirinya. d. Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya. Sedangkan ketidakjelasan peran dapat dirasakan jika seseorang karyawan tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasikan harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu. Faktor-faktor yang menimbulkan ketidakjelasan peran menurut Everly Girdano dalam Munandar, 2001 ialah: a. Ketidakjelasan dari sasaran-sasaran tujuan kerja b. Kesamaran tentang tanggung jawab c. Ketidakjelasan tentang prosedur kerja d. Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain e. Kurang adanya timbal balik atau ketidakpastian tentang unjuk-kerja pekerjaan . Adanya sumber-sumber stres kerja yang berkaitan dengan masalah peran ketidakjelasan peran tersebut di atas dapat mempengaruhi kinerja salesman. Hal ini dikemukakan pula oleh Wirawan 2009 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah lingkungan internal organisasi yang didalamnya terdapat aspek-aspek visi, misi dan tujuan organisasi. Apabila seorang salesman tidak dapat mengerti akan apa visi, misi dan tujuan organisasi yang diamanatkan kepadanya maka itu akan mempengaruhi kinerjanya. 3. Faktor interpersonal Hubungan kerja antar karyawan menjadi salah satu hal penting untuk meningkatkan tingkat kepuasan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Faktor-faktor dalam hubungan yang dapat menjadi stressor antara lain dukungan sosial yang kurang, terjadi perseteruan secara politik, terjadi iri hati atau amarah. Hubungan interpersonal sangat penting untuk kepuasan pekerjaan. Jaringan sosial yang luas dapat mengurangi ketegangan, misalnya dukungan dari rekan pekerja, pimpinan, dan keluarga. Oleh karena itu dukungan sosial yang sedikit dan terkadang tidak ada, dapat membuat seseorang menjadi stres. Menurut Luthans dalam Herawaty, 2005 hubungan atasan dan bawahan dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Hubungan atasan dan bawahan di perusahaan dapat berupa seberapa besar dukungan atau motivator yang diberikan pemimpin pada karyawan. Kemampuan pimpinan yang baik secara teknik maupun manajerial dalam memimpin karyawan sehingga nyaman bekerja. Perhatian pimpinan pada kinerja karyawan merupakan suatu penghargaan bagi karyawan. Contohnya pimpinan dapat diajak berkomunikasi, mendengar dan memahami permasalahan yang timbul dalam pekerjaan. Semua hal diatas dapat membuat hubungan pimpinan dengan karyawan terjalin dengan baik. Sebaliknya semua aspek yang sudah dikemukakan diatas mengalami masalah, maka karyawan akan merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga menimbulkan stres kerja. Adanya sumber-sumber stres kerja yang berkaitan dengan faktor interpersonal tersebut di atas dapat pula mempengaruhi kinerja salesman. Seperti yang dikemukakan oleh Shaleh 2006 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalag faktor internal yang didalamnya terdapat aspek hubungan karyawan dengan teman, atasan maupun lingkungan pekerjaannya. Apabila salesman mempunyai hubungan yang kurang baik dengan teman sekerja, atasan maupun lingkungan pekerjaannya maka akan mengganggu kinerjanya di dalam perusahaan. 4. Pengembangan Karier Pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup promosi berlebih atau kurang dan ketidakpastian pekerjaan. a. Ketakutan kehilangan pekerjaan, ancaman bahwa pekerjaannya sudah tidak diperlukan lagi merupakan hal-hal biasa yang dapat terjadi dalam kehidupan kerja. Hal ini terjadi pada karyawan kontrak yang mengalami ketidakamanan insecurity, tidak ada kesempatan untuk berkembang, tidak diberi peluang untuk lebih maju, cepat melakukan perubahan orientasi yang tidak mempertimbangkan kesiapan karyawan disorientasi, dan lain-lain. Jika ada orang yang di-PHK dengan alasan-alasan yang tidak jelas dan tidak dijelaskan, maka keputusan demikian ini bisa mengancam rasa aman karyawan lain. Mereka akan berpikir bahwa dirinya bisa saja akan bernasib sama. Kalau sudah ada banyak orang yang punya kesimpulan demikian tentu saja virus stres kerja akan cepat menyebar. b. Over dan under-promotion Promosi sendiri dapat merupakan sumber dari stres, jika peristiwa tersebut dirasakan sebagai perubahan drastis yang mendadak, misalnya jika tenaga kerjanya kurang dipersiapkan untuk promosi. Everly Girdano dalam Munandar, 2001 mengajukan tiga faktor yang menyebabkan promosi dirasakan sebagai stres, yaitu: 1. Perubahan-perubahan nyata dari fungsi pekerjaan, misalnya menjadi fungsi pemantau, penyelia 2. Penambahan tanggung jawab terhadap manusia, produksi dan uang 3. Perubahan dalam peran sosial yang menemani promosinya, misalnya menjadi ketua dari berbagai macam panitia, mewakili atau menjadi anggota dari delegasi organisasi dalam negosiasi dengan pihak-pihak lain. Adanya sumber-sumber stres yang berkaitan dengan pengembangan karier tersebut di atas dapat pula mempengaruhi kinerja salesman. Seperti yang dikemukakan oleh Henry Simamora dalam Mangkunegara, 2006 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah variabel organisasional yang didalamnya terdapat aspek penghargaan. Apabila salesman tidak mendapatkan kesempatan memperoleh penghargaan atau dalam hal ini adalah promosi sesuai dengan haknya, maka dapat mengganggu kinerjanya. 5. Struktur Organisasi Ini misalnya kurang melibatkan karyawan dalam proses mengambil keputusan, komunikasi yang kurang mencair atau kebijakan manajemen yang terlalu kejam lack of family-friendly policies, yaitu hanya mementingkan faktor efisiensi dan mengabaikan faktor manusiawi. Adanya sumber-sumber stres yang berkaitan dengan struktur organisasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini dikemukakan pula oleh Wirawan 2009 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah lingkungan internal organisasi yang didalamnya terdapat aspek struktur organisasi. Jadi apabila salesman bekerja dalam sistem manajemen yang buruk dan struktur organisasi yang kaku maka dapat mengganggu kinerjanya. 6. Tampilan rumah-pekerjaan Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mercka yang tidak mendapat dukungan khususnya moril dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya. agungpia.multiply.com Adanya sumber-sumber stres yang berkaitan dengan tampilan rumah- pekerjaan dapat mempengaruhi kinerjanya sebagai sales. Hal ini dikemukakan pula oleh Wirawan 2009 bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah lingkungan eksternal yang didalamnya terdapat aspek kehidupan sosial. Jadi apabila salesman memiliki kehidupan sosial yang tidak mendukung pekerjaannya maka dapat mengganggu kinerjanya di dalam perusahaan. Dari keenam kondisi atau sumber-sumber stres kerja menurut Cary Cooper dalam Rivai, 2010 yang dijelaskan di atas, peneliti menggunakan faktor-faktor tersebut sebagai landasan untuk membuat instrumen penelitian. Dari sumber-sumber stres kerja yang terkait dengan kondisi pekerjaan, peneliti hanya menggunakan tiga faktor yaitu: beban kerja yang berlebihan secara kualitatif, beban kerja berlebihan secara kualitatif dan jadwal bekerja. Sedangkan faktor bahaya fisik dan technostress tidak digunakan karena tidak dialami oleh salesman. Dari sumber-sumber stres yang terkait dengan masalah peran, peneliti hanya menggunakan faktor ketidakjelasan peran, sedangkan faktor adanya bias dalam membedakan gender dan stereotype peran gender dan faktor pelecehan seksual tidak digunakan karena salesman di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk cabang Jakarta II semuanya adalah laki-laki. Dari sumber-sumber stres yang terkait dengan faktor interpersonal, peneliti hanya menggunakan faktor hasil kerja dan dukungan sosial dan faktor kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan. Sedangkan faktor persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan tidak digunakan karena tidak terjadi pada salesman. Dari sumber-sumber stres yang terkait dengan pengembangan karier, peneliti hanya menggunakan faktor promosi ke jabatan yang lebih tinggi atau rendah dari kemampuannya dan faktor keamanan pekerjaannya. Sedangkan faktor ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustasi tidak digunakan karena tidak terjadi pada salesman. Dari sumber-sumber stres yang terkait dengan struktur organisasi, peneliti menggunakan semua faktor-faktor tersebut. Sedangkan dari sumber stres yang terkait dengan tampilan rumah-pekerjaan, peneliti hanya menggunakan faktor mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi dan kurangnya dukungan dari keluarga. Sedangkan faktor konflik pernikahan dan stres karena memiliki dua pekerjaan tidak digunakan karena tidak semua salesman sudah menikah dan mempunyai dua pekerjaan.

2.2.4. Dampak Stres Kerja