Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta
didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka berada dalam posisi tidak tahu dan
tidak paham makna nilai itu. tidak boleh
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai
budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa
senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang
dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka
harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan
mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil
rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar
yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
5. Model Pembelajaran Nilai Karakter
Model pembelajaran nilai karakter dapat dilakukan dengan berbagai model. Model tersebut antara lain:
a. Pembiasaan dan keteladanan 26
“Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya
berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu yang diamalkan”.
27
Model pembiasaan ini hendaknya dilakukan guru dalam setiap proses
pembelajaran sebagai upaya pembentukan karakter yang bermuatan sifat- sifat baik dan terpuji.
Dalam proses pembelajaran, pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan berdoa sebelum memulai pembelajaran, hadir dikelas tepat waktu,
tanya-jawab tentang materi pelajaran, bekerja dalam kelompok, mempresentasikanmenampilkan hasil kerja kelompok, dll. Meskipun
sederhana, namun kegiatan-kegiatan tersebut apabila mampu dilakukan dengan sebaik-baiknya akan membawa dampak positif dalam kehidupan
sehari-hari setelah proses pembelajaran. Melalui pembiasaan pendidikan karakter juga perlu ditunjang
keikutsertaannya sebagai suri tauladan dari seluruh stakeholder sekolah, termasuk guru dan kepala sekolah. Ibarat dua sisi mata uang, keberadaan
pembiasaan dan keteladaan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pembiasaan membutuhkan teladan dalam pelaksanaannya.
Keteladaanpun akan sia-sia apabila tidak diimbangi dengan pembiasaan. Dalam pendidikan karakter pribadi guru akan menjadi teladan bagi
peserta didik dalam setiap prosess pembelajaran yang dijalaninya. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi, karena “manusia sendiri merupakan makhluk
yang suka mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya”.
28
Dalam keteladanan ini, guru harus berani tampil beda, berbeda penampilan dari orang lain yang bukan guru. Penampilan-penampilan
27
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta:Bumi Aksara, 2012, cet ke-2, hlm166.
28
Ibid, hlm166.
27
tersebut meliputi cara berkomunikasi, penampilan berpakaian, cara berinteraksi dengan peseta didik, kepatuhan terhadap aturan-aturan yang
ada di sekolah, dan hal-hal lain yang mungkin dapat dikembangkan menjadi sebuah teladan yang baik bagi peserta didiknya.
b. Pembinaan disiplin Kegiatan
pembinaan disiplin
merupakan suatu
usaha menumbuhkembangkan disiplin peserta didik yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan proses pendidikan berkarakter. Menurut tata bahasa, disiplin adalah suatu bentuk kepatuan terhadap peraturan-peraturan yang
telah berlaku. Kedisiplinan dapat berjalan dengan baik apabila mampu dilakukan
dengan pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari. Aktivitas yang dikerjakan secara berulang dan terus-menerus, biasanya akan cepat tertanam dalam
hati seseorang. c. Contextual teaching and learning
Ada berbagai macam metode pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning atau lebih
sering dikenal dengan CTL. CTL merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menumbuhkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendoron siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
29
Menurut Kohlberg,
dalam konsep
pendidikan moralnya,
menyebutkan bahwa pendidikan kaakter harus melibatkan berpikir aktif dalam menghadapi isu-isu moral dan menetapkan suatu keputusan
29
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2010 cet ke-7, hlm 225.
28