BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Nilai Karakter
1. Pengertian Nilai Karakter
Pendidikan karakter harus dimulai sejak lahir bahkan masih dalam kandungan melalui belaian kasih sayang ibu dan bapaknya. Pada masa itu
penanaman pendidikan karakter dalam keluarga menjadi sangat penting. Nilai-nilai karakter ditanamkan melalui contoh perilaku semua anggota
keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lainnya ”.
1
Sementara itu, Donie Koesoema A memahami bahwa “karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik, atau gaya, atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluaran pada
masa kecil, juga bawaan lah ir”.
2
1
Muchlas Samani Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011. hlm 42
2
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo, 2010. hlm 80
9
Sedangkan Winnie memahami bah wa “istilah karakter memiliki dua
pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa
disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral”.
3
Dalam tulisan yang bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof. Suryanto, Ph. D. Menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
4
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai sebuah nilai dasar yang ada dalam diri
seseorang, yang dapat membedakan dengan yang lain, dan selalu merujuk kepada kaidah moral yang berlaku di lingkungan bermasyarakat.
Karakter merupakan hal yang sangat krusial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus
bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya melainkan
perlu dibangun dan dibentuk menjadi bangsa yang bermartabat. Dalam desain utama yang dikembangkan oleh kemendiknas,
“secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu itu
merupakan fungsi dari potensi seluruh individu manusia, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, dalam konteks interaksi sosial kultural;
3
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik Praktik, Jogjakarta:Arruz Media, 2011, hlm 160.
4
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm.11.
10
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat dan sifatnya berlangsung sepanjang hayat
”.
5
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan social cultural dapat dikelompokkan dalam: 1 olah hati spiritual
emotional development 2 olah pikir intelektual development 3 olah raga dan kinestetik physical kinesthetic development 4 olah rasa dan karsa
affective creativity development. Proses tersebut secara holistic dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi.
6
Hal yang paling mendasar dalam suatu proses pendidikan adalah membentuk karakter peserta didik yang terlibat secara aktif dalam proses
tersebut. Sering kita jumpai pendapat bahwa pendidikan karakter identik sebagai ruh dari sebuah pendidikan. Pembentukan karakter merupakan salah
satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU No. 20 tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian
atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta
agama. “Tanpa pendidikan karakter di dalamnya, proses pendidikan tidak
lebih hanya sekedar pelatihan kecerdasan intelektual atau hanya semacam mengasah otak bagi para peserta didik di sekolah
”.
7
Ironis apabila hal ini terjadi secara terus-menerus, karena akan membentuk peserta didik yang
5
Agus Wibowo. Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009 hlm 44.
6
Ibid, hlm 47.
7
Akmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter, Jogjakarta:Arruz Media, 2011, hlm 65.