Model Pembelajaran Nilai Karakter

tersebut meliputi cara berkomunikasi, penampilan berpakaian, cara berinteraksi dengan peseta didik, kepatuhan terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah, dan hal-hal lain yang mungkin dapat dikembangkan menjadi sebuah teladan yang baik bagi peserta didiknya. b. Pembinaan disiplin Kegiatan pembinaan disiplin merupakan suatu usaha menumbuhkembangkan disiplin peserta didik yang dapat mempengaruhi keberlangsungan proses pendidikan berkarakter. Menurut tata bahasa, disiplin adalah suatu bentuk kepatuan terhadap peraturan-peraturan yang telah berlaku. Kedisiplinan dapat berjalan dengan baik apabila mampu dilakukan dengan pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari. Aktivitas yang dikerjakan secara berulang dan terus-menerus, biasanya akan cepat tertanam dalam hati seseorang. c. Contextual teaching and learning Ada berbagai macam metode pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning atau lebih sering dikenal dengan CTL. CTL merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menumbuhkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendoron siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 29 Menurut Kohlberg, dalam konsep pendidikan moralnya, menyebutkan bahwa pendidikan kaakter harus melibatkan berpikir aktif dalam menghadapi isu-isu moral dan menetapkan suatu keputusan 29 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2010 cet ke-7, hlm 225. 28 moral. 30 Peserta didik sebagai subyek yang belajar, harus dikondisikan tentang bagaimana mereka dapat belajar merespon keadaan lingkungannya yang kadang tidak sejalan dengan pembelajaran yang mereka dapat di kelas. Dan pada akhirnyapun mereka diberikan kesempatan untuk memilih dan menentukan keterlibatannya dalam keadaan tersebut. d. Bermain peran Bermain peran merupakan salah satu metode pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. 31 Dalam model ini, peserta didik diberikan kesempatan seluas- luasnya untuk memerankan sebuah jalan cerita yang masing-masing peserta didik mempunyai peran yang berbeda, sehingga akan nampak keragaman peran yang dimainkan. Model ini menuntut kejelian guru untuk mengoreksi kekurangan dari peran yang telah dimainkan. Sebagai sebuah model pembelajaran berkarakter bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. 32 Maksudnya, secara pribadi model ini membantu peserta didik untuk menyeleseikan permasalahan yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang diilustrasikan oleh teman-teman sekelas. Sedangkan secara dimensi sosial model pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisa situasi-situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. 30 Op. Cit, hlm174. 31 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2010 cet ke-1, lm 194. 32 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta:Bumi Aksara, 2012, cet ke-2, hlm179. 29 e. Pembelajaran partisipatif Dalam proses pembelajaran, agar tercapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan atau partisipasi dari peserta didik. Pembelajaran partisipatif sendiri merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. 33 Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Keterlibatan peserta didik itu pun arus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif memerhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, tujuan kegiatan belajar. Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat pada peserta didik. Keempat, belajar berdasarkan pengalaman, bahwa kegiatan belajar siswa harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik. 34 Dalam pembelajaran partisipatif, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mendorong partisipasi peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu, dengan keterlibatan peserta didik dapat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 33 Sofyan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2010 cet ke-1, lm 195. 34 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta:Bumi Aksara, 2012, cet ke-2, hlm189.

C. Pengembangan Nilai Karakter pada Mata Pelajaran Kewirausahaan

1. Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK

Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. 35 Hal ini mengindikasikan bahwa kemendiknas ingin mengarahkan pendidikan kejuruan ini agar dapat membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang memiliki kecakapan hidup yang berkualitas. Perwujudan tujuan pendidikan kejuruan dapat diaplikasikan melalui pencapaian kompetensi dasar untuk bertahan hidup, serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat. Mata pelajaran Kewirausahaan merupakan bagian dari mata pelajaran kejuruan yang terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. 36 Mata pelajaran Kewirausahaan memiliki tujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya dalam perilaku berwirausaha. Isi dari mata pelajaran Kewirausahaan diorientasikan pada perilaku berwirausaha sebagai upaya merespon fenomena kelangkaan lapangan pekerjaan yang terjadi di lingkungan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa- peristiwa ekonomi yang terjadi di lingkungannya. Sehingga setelah menyeleseikan pendidikannya, peserta didik diharapkan memiliki mindset untuk membuka lapangan usaha baru, bukan lagi bekerja untuk orang lain. 35 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 36 Ibid., 31 Untuk mengembangkan mata pelajaran Kewirausahaan, terdapat beberapa prinsip-prinsip yang dapat digunakan, yaitu: a. Proses pengembangan nilai-nilai kewirausahaan merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. b. Materi nilai-nilai kewirausahaan bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, dan sebagainya. Nilai kewirausahaan diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian ke dalam mata pelajaran bisa melalui materi, metode, maupun penilaian. c. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan. Demikian juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. d. Digunakan metode pembelajaran aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa menyenangkan. 37 Proses pembelajaran dalam mata pelajaran Kewirausahaan ini memiliki perbedaan dengan mata pelajaran yang lain. Mata pelajaran Kewirausahaan mengorientasikan pembelajarannya kepada sebuah tindakan, yaitu penciptaan sebuah produk atau karya yang memiliki nilai jual.

a. Standar Kompetensi Lulusan SKL Mata Pelajaran Kewirausahaan

Standar Kompetensi Lulusan SKL merupakan pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. 38 Kualifikasi kemampuannya meliputi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Seperti mata pelajaran lainnya, 37 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan, Jakarta:Kemendiknas, 2010. 38 Permendiknas No. 23 Tahun 2006 Kewirausahaanpun memiliki standar kompetensi lulusan yang ingin dicapai. Berikut Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran Kewirausahaan: 1. Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya. 2. Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya. 3. Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya. 4. Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecilmikro dalam bidangnya. 39 Proses pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan diharapkan dapat menghasilkan perilaku wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara mandiri.

b. Standar Isi Mata Pelajaran Kewirausahaan

Di dalam standar dibagi menjadi menjadi dua, yaitu Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan pengguasaan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang diharapkan dapat dicapai pada setiap tingkat danatau semester. Sedangkan kompetensi dasar ialah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. 40 Dua hal tersebut menjadi pedoman guru untuk disampaikan kepada siswa mengenai kompetensi-kompetensi apa saja yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran di mata pelajaran tertentu. Berikut SKKD pada mata pelajaran Kewirausahaan: 39 Ibid., 40 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 33

Dokumen yang terkait

KARAKTER KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN PADA SISWA (Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Karakter Kreatifitas Dan Kemandirian Pada Siswa (Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Pada Siswa K

0 3 10

PENDAHULUAN Karakter Kreatifitas Dan Kemandirian Pada Siswa (Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 8 Surakarta).

0 3 9

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI 9 Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2

0 3 14

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

PENDAHULUAN Implementasi Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 6

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Praktik Kewirausahaan Di SMK Negeri 6 Surakarta.

0 0 17

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA Pengelolaan Pembelajaran Mata Pelajaran Produktif di SMK Negeri 3 Surakarta.

0 2 16

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK NEGERI 3 SURAKARTA Pengelolaan Pembelajaran Mata Pelajaran Produktif di SMK Negeri 3 Surakarta.

0 3 20

Analisis pelaksanaan pendidikan karakter di sma negeri 3 semarang (studi pada kelompok mata pelajaran ips) COVER

0 0 16

MATA PELAJARAN HITUNG DAGANG (STUDI PADA SMK NEGERI 14 JAKARTA)

0 1 8