Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok Penerimaan atau pemasukan Penentuan standar Mengadakan pengukuran

21 dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcome-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

d. Efisiensi

Efesiensi berkaitan dengan kualitas hasil suatu kegiatan. Pakar ekonomi Garner 2004 berpendapat, “Effeciency characterized by quantitative outputs”. Efesiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan input dan keluaran output atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yakni : 1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya. Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. 2. Dilihat dari segi hasil Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya pelayanan terhadap masyarakat secara memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersecia secara optimal dan bertanggung jawab.

D. Manajemen Keuangan Pesantren

1. Prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok

Pesantren Penggunaan anggaran dan kuangan, dari sumber manaun, apakah itu dari pemerintah ataupun dari masyarakat perlu didasarkan prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut : 1. Hemat, tidak mewah, efesien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan 2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana atau program kegiatan. 22 3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai bukti penggunaannya.

2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren

RAPBPP                          “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. QS. Al-An‟am :38 Implementasi prinsip-prinsip keuangan pada pendidikan, khususnya di lingkungan pondok pesantren, dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah dan pesantren itu tidak hanya diperoleh dari anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, melainkan dari sumber dana dari ketiga komponen diatas. Oleh karena itu, di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisai orang tua santri yang implementasinya dilakukan dengan membentuk komite atau majelis pesantren. Komite atau majlis tersebut beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah dan wakil ilmuan ulama diluar pesantren dan dapat juga memasukkan kalangan dunia usaha dan industry. Selanjutnya pihak pesantren bersama komite atau majelis pesantren pada setiap awal tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan RAPBPP sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. 23

a. Pengertian RAPBPP

Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu serta alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian kegiatan. Anggaran memiliki peran penting dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan pondok pesantren. Maka, mencatat anggaran serta melaporkan realisasinya sehingga dapat dibandingkan selisih antara anggaran dengan pelaksanaan serta melakukan tindak lanjut untuk perbaikan. Ada dua bagian pokok anggaran yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBB, yaitu : a. Rencana sumber atau target penerimaanpendapatan dalam satu tahun, termasuk didalamnya keuangan, bersumber dari : a kontribusi santri, b sumbangan dari individu atau organisasi, c sumbangan dari pemerintah, dan d dari hasil usaha b. Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan, semua penggunaan keuangan pesantren dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik.

b. Langkah-langkah penyusunan RAPBPP

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAPBPP adalah harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan kokoh dalam hal keuangan. Oleh karena itu, sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan pesantren, dalam rangka untuk mempertanggungjawabkan keuangan. Penyusunan RAPBPP hendaknya mengikuti langkah sebagai berikut. 14 a. Mengintervetarisasi rencana yang akan dilaksanakan 14 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.148 24 b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya. c. Menentukan program kerja dan rincian program d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program e. Menghitung dana yang dibutuhkan f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

c. Realisasi RAPBPP

Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah dianggarkan. Menurut Rahmini Hadi dalam bukunya yang berjudul Manajemen keuangan hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni : 15 a. Adanya efesiensi atau inefisiensi pengeluaran b. Terjadinya penghematan atau pemborosan c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi ; dan e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.

3. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren

                                 “ Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan- Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan”. QS.Al- An‟am;164 15 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.149-15 25 Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun harus dipertanggung jawabkan. Hal tersebut merupakan bentuk transparansi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian, prinsip transparansi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalamkaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan adalah bahwa pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite atau majlis pesantren untuk dicocokan dengan RAPBPP. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada kuintasi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan serta neraca keuangan. Selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan pengelolaan keuangan, ada juga beberapa buku lain yang penting bagi bendaharawan pondok pesantren, yaitu 16 : 1. Buku kas umum 2. Buku persekit uang muka 3. Daftar potongan-potongan 4. Daftar gajihonorium 5. Buku tabungan 6. Buku iurankontribusi santri SPPinfaq; dan 7. Buku catatan lain-lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan pengeluaran insidentil. Buku-buku tersebut perlu diadakan, agar manajemen keuangan pondok pesantren dapat berjalan dengan baik, transparan, memudahkan dilakukan pengawasan terhadap penggunaan anggaran yang ditetapkan, serta tidak menimbulkan kecurigaan atau fitnah. Menurut Imam Syafi’I dalam artikelnya tentang manajemen keuangan pendidikan pondok pesantren dalam penyelenggaraan pondok pesantren, pembentukan pendidikan pesantren yang ideal meliputi 17 : 16 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.150 17 Imam Syafi‟I, Manajemen Keuangan Pendidikan Pesantren , 2012, http:tarbiyahku.wordpress.commanajemen-keuangan-pesantren 26

a. Prosedur anggaran

Prosedur Anggaran merupakan suatu langkah perencanaan yang fundamental, Jadi Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk periode tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi pengangaran adalah proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan guna mencapai tujuan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi perusahaan, yayasan, atau pondok Pesantren, dll. Kegiatan di atas meliputi empat fase kegiatan pokok prosedur penganggaran keuangan, sebagai berikut: 1. Perencanaan angaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang terukur, serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran 2. Persiapan anggaran, yaitu adanya kesesuaian anggaran yang telah ada dengan segala bentuk kegiatan Pesantren, baik pendistribusian, progam pengajaran yang akan dicanangkan serta adanya inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang tersedia 3. pengelolaan pelaksana anggaran, prosedur yang harus di terapkan dalam pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur, pembelanjaan dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada. Perhitungan yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melakukan serta membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga. 4. Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang telah dibuat dan diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, perlu adanya evaluasi sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang. 18 Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat tentu bisa saja menerima sumber dana dari berbagai sumber, hal ini sejalan dengan UU 18 Mulyana , menjadi kepala sekolah professional. Bandung : Remaja rosda karya, 2003` hal: 199 27 Sisdiknan Pasal 55 ayat 3 yang berbunyi, Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah danatau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengangaran keuangan adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya antara pendapatan dan dan pengeluaran harus berimbang dan diupayakan tidak terjadi aggaran pendapatan minus. 19

b. Prosedur Akuntansi keuangan

Kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. 20 Menurut Indra Bastian dalam bukunya akuntansi pendidikan tahun 2006 definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya. Definisi dari sudut pandang pemakainya adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Definisi dari sudut pandang proses kegiatan adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaoporan, dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi. Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak terkecuali Pesantren. Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur dan dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan penggunaannya. Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang penting sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren. Pada 19 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.155 20 Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2006 hal. 53 28 dasarnya pelaksanaan akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan pengeluaran Dalam melakukan akutansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsip- prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi keuangan ini meliputi: 21

1. Penerimaan atau pemasukan

Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta didik mengunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah.

2. Pengeluaran

Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara umum di lembaga-lembaga pendidikan kita, yaitu : a. Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikan tersebut. 22 21 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.155 22 Nanang fatah, ekonomi dan pembiayaan pendidikan. Bandung 2000. remaja rosda karya, hal: 26 29 b. Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan. Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total costatau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan. Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh bendaharawan Pesantren: a. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren b. menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak bila ada c. kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain d. menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim penangungjawaban keuangan dari yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi : a. buku kas umum b. buku persekot atau uang muka c. daftar potongan-potongan d. daftar honoranium e. buku tabungan f. buku iuran atau kontrbusi santri g. buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga 23 23 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.157 30

c. Pembelanjaan

Pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. 24 Sedangkan prinsip dari manajemen adalah dalam memperoleh maupun dalam menggunakannya atau mengalokasikan dana harus didasarkan pada pertimbanggan efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian. Ditarik dari kesimpulan diatas, pembelanjaan mempunyai fungsi. sebagai Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana. Maksudnya bahwa setiap rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative permanen. Aktiva tetap ini disebut juga aktiva berwujud tangible assets karena ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan oleh organisasi serta tidak untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang seperti dana pemasukan yang ada baik donatur atau usaha pondok Pesantren, dan manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi investment decision, Fungsi pemenuhan kebutuhan dana, atau fungsi pendanaan financing; obtaining of funds.

d. Prosedur Investasi

Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah jika ada, pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal 46 no. 1 tahun 2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan yang paling efisien adalah dengan menginvestasikan. 24 Bambang Riyanto. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi aksara hal: 4 31 Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian dan berarti juga produksi dari kapitalmodal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang barang produksi. Contoh termasuk membangunrel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren. Investasi memiliki dua jenis yaitu: 1. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi yang terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja. 2. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan para wali santri dan lain-lain.

e. Prosedur Pemeriksaan atau Pengawasan

Menurut Murdick prosedur Pengawasan atau pemeriksaan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit dan luasnya cakupan dalam suatu organisasi 25 sedangkan metode yang di gunakan adalah:

1. Penentuan standar

Yang dimaksudakan adalah batasan-batasan mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Misalnya suatu kegiatan direncanakan terlaksana 90 dari keseluruhannya maka apabila sama atau lebih dari 90 maka dikatakan sesuai dengan standar. Sebaliknya, apabila kurang dari 90 maka dianggap tidak sesuai dengan standar.

2. Mengadakan pengukuran

Dalam hal ini pemimpin tidak boleh percaya bergitu saja kepada bawahannya karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang realita. dua cara dalam pengukuran. Pertama, Teknik tes, yang 25 Nanang fatah, landasan manajemen penddikan. Bandung 2000. remaja rosda karya hal 101 32 dilakukan untuk mengetahui aspek yang nyata terjadi. Misalkan : Ditanya tentang kejadian yang riil terjadi dilapangan. Kedua, Teknik non tes yang digunakan untuk mengetahui keseluruhan aspek yang tidak dapat dijangkau oleh teknis tes. Seperti, bagaimana kinerja para anggotanya kemudian disesuaikan dengan evaluasi dari para anggota. Selanjutnya yang dilakukan adalah menyesuaikanya dengan ketentuan yang telah berlaku. Dan hasilnya digunakan untuk umpan balik feedback berupa revisi, atau modifikasi.

E. Kerangka Berfikir

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Pengelolaan Keuangan Pesantren Perencanaan Misi, Tujuan Jangka Panjang dan Pendek, program, layanan, aktivitas, target, anggaran Pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan Pemasukan dan Pengeluaran Pengawasan Intern, eksteren, berkala, insidental