Ajaran tersebut dibawa oleh para jamaah haji yang datang ke Makkah, mereka menyebarkan ajaran itu setelah berkenalan dengan ajaran tauhid
tersebut di Makkah. Ajaran Ibn Abdul Wahhab dikokohkan lagi dengan dukungan kekuatan politik yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Sa’ud.
Bersatunya agama dan politik tersebut membuahkan negara besar Saudi Arabia. Abdul Wahhab sendiri wafat tahu
n 1792 di Dar’iyyah, yang sempat juga menyaksikan dakwah yang dilakukan oleh para pengikutnya.
Di sinilah kita dapat melihat bahwa Ibn Abdul Wahhab adalah seseorang yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok pembaharu pra-
moderen di samping menyerang praktek-praktek sufi yang menyeleweng juga tidak menerima para pengikut taqlid buta dalam masalah agama pada
umumnya. Beliau hanya mengakui al- Qur’an dan Sunnah Nabi sebagaimana
dipraktekkan oleh para sahabat terdahulu dan menentang otoritas aliran-aliran yang berkembang pada zaman pertengahan.
25
C. Konsep Ajaran-Ajaran Wahabiyah
Kelahiran Nabi Muhammad yang membawa ajaran Islam di Makkah pada tahun 570 H, membuat bangsa Arab berperan makin penting dalam
percaturan dunia. Dalam abad-abad selanjutnya para khalifah Arab berhasil membangun sebuah negara yang kuat dan berpengaruh. Tahun 660 H,
khalifah Muawiyah memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus. Namun pada tahun 750 H kerajaan Islam itu mulai terpecah-pecah. Berbagai
25
Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, h. 154.
kerajaan kecil semacam keemiran berdiri dan selama ratusan tahun berperang satu sama lain. Hingga pada abad ke-15, kerajaan Turki Ottoman menguasai
sebagian Jazirah Arab, terutama di bagian Utara dan Barat Laut. Kemudian pada abad ke-18 Inggris ikut pula menancapkan kekuasaan di negeri ini.
Sampai akhir abad ke-19 tak ada kekuasaan yang benar-benar kokoh di tanah Arab. Akibatnya, keemiran selalu jatuh bangun dan timbul
tenggelam karena saling berebut kekuasaan. Di antara banyak keemiran itu, para emir dari dinasti Sa’ud yang paling menonjol dan bertahan lama. Pada
abad ke- 17 dinasti Sa’ud sudah mulai meluaskan wilayahnya sedikit demi
sedikit. Emir-emir yang lemah di sekitarnya ditaklukannya. Dan pada awal abad ke-18, mereka telah dapat menguasai Makkah dan Madinah, dua kota
suci yang terpenting bagi pemeluk Islam.
26
Makkah dan Madinah merupakan dua kota tempat bermulanya agama tersebut. Legitimasi rezim bersandar pada pengalaman keagamaan orang
Arab yang dikaitkan dengan pembaru keagamaan Muhammad Abdul Wahhab, yang dominan di Arab Tengah sejak pertengahan Abad ke-18.
27
Munculnya faham Wahabi Muhammad ibn Abd Wahab, 1703-1792 pada abad ke-18 di Arabia merupakan respon penting terhadap perubahan-
perubahan keadaan pada saat itu dimana menurutnya Islam telah tercemari. Hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, tapi merupakan proses perlahan
26
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004, h. 218.
27
Shireen T. Hunter, Politik Kebangkitan Islam: Keragaman Dan Kesatuan. Penerjemah Ajat Sudrajat Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2001, h. 171.
dan bertahap yang dimulai dari daerah-daerah terpencil dunia Islam. Dalam waktu panjang, perlahan kekuasaan Turki yang pada waktu itu berada di
Balkan kembali dan kemajuan Inggris di India yang masih jauh dari Arabia, namun pengaruhnya terasa melalui Turki dan Teluk Persia dan sungguh
terefleksikan di antara jamaah haji yang datang ke Arabia menimbulakan kemarahan pada kaum Wahabi.
28
Inti dari ajaran Abdul Wahhab didasarkan atas ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah dan Mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut adalah:
Pertama, ketuhanan yang Esa dan mutlak karena itu penganutnya menyebut dengan nama al-Muwahhidun. Kedua, kembali kepada ajaran Islam yang
sejati, seperti termaktub dalam al- Qur’an dan Hadis. Ketiga, tidak dapat
dipisahkan dari kepercayaan tindakan, seperti shalat dan beramal. Keempat, percaya bahwa al-
Qur’an itu bukan ciptaan manusia. Kelima, kepercayaan yang nyata terhadap al-
Qur’an dan Hadis. Keenam, mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar. Ketujuh, mendirikan negara Islam
berdasarkan hukum Islam secara eksklusif. Tujuan utama ajaran Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat
yang sudah tercemar. Untuk itu ia sangat serius dalam mem berantas bid’ah,
khurafat dan tahkayul yang berkembang di tengah-tengah umat. Ia menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat keramat
untuk mencari berkah. Abdul Wahhab menganggap bahwa segala objek
28
Lewis, The Crisis Of Islam:Antara Perang Suci dan Teror Islam, Surabaya: Jawa Pos Press, 2004, h. 130.
pemujaan, kecuali terhadap Allah adalah palsu. Menurutnya, mencari bantuan dari siapa saja kecuali Allah adalah syirik.
29
Bila dilihat dari karyanya, Abdul Wahhab termasuk ulama yang produktif. Puluhan judul kitab telah dikarangnya, sesuai dengan kiprahnya,
buku-buku yang ditulisnya berkaitan dengan tauhid. Adapun definisi tauhid, menurut Abdul Wahhab adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya
adalah menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,
dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
30
Abdul Wahhab juga mendefinisikan tauhid sebagai al-ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini karena setiap Rasul yang diutus,
kalimat utama yang dikumandangkan adalah seruannya hanya kepada Allah manusia beribadah. Adapun tauhid oleh Abdul Wahhab, dibagi menjadi
empat bagian. Pertama, tauhid Uluhiyyah. Ini mengandung pengertian hanya Allah saja yang wajib disembah. Kedua, tauhid Rububiyah, tauhid kepada
Allah sebagai pencipta sesuatu. Ketiga, tauhid asma dan sifat, yang berhubungan dengan nama dan sifat Allah. Keempat, tauhid
af‟al, tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah. Jika ditilik dari subtansinya, tauhid
kedua sampai keempat, lebih sebagai tauhid ilmu dan keyakinan. Sedangkan tauhid pertama adalah tauhid amali yang sesungguhnya. Menurut Abdul
29
Mohammad,DKK, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, h. 246.
30
Syekhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab, Kitab Tauhid, Alih Bahasa Yusuf Harun, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2007, h. 4-5.
Wahhab, kebanyakan manusia menyakini tauhid rububiyah, asma, sifat serta af‟al.
31
Wahabisme tidak menyebarkan dirinya sebagai salah satu aliran pemikiran atau salah satu orientasi tertentu dalam Islam, tetapi menyatakan
diri sebagai “jalan lurus” Islam. Dengan menyatakan memiliki ketaatan
harfiah pada teks agama Islam, dia dapat membuat klaim keotentikan yang dapat dipercaya pada saat identitas Islam yang sedang diperebutkan. Selain
itu, para penganjur Wahabisme menolak untuk disebut atau dikatagorikan sebagai pengikut tokoh tertentu, bahkan termasuk Abdul Wahhab sendiri. Di
sini para penganjurnya hanya sekedar mematuhi ketentuan salaf as-shalih. Syekh Muhammad bin Abdul wahhab, yang gerakannya memiliki karakter
khusus memerangi segala bentuk syirik dan khurafat, menyerukan kemurnian Tauhid, serta melindungi Tauhid dari segala noda.
32
Kelompok salafiWahabi ini cenderung menolak semua aliran fikih dalam Islam, apalagi fikih mazhab. Bagi kelompok salafi, aliran fikih adalah
sebuah pemikiran manusia, karena itu jika ingin beribadah dengan benar, maka harus mengikuti apa yang dilakukan ulama salaf. Karena sikap ini salafi
menjadi gerakan yang sangat konserfatif, puritan dalam gaya hidup, dan tekananya lebih kepada keimanan individual, moral dan praktek ritual.
Adapun masalah-masalah sosial budaya dan isu politik mereka kurang
31
Mohammad, DKK, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, h. 247.
32
Salaf As-Sahih para pendahulu yang terbimbing yaitu oleh Nabi dan para Sahabatnya. M. Imdadun Rahmat, Arus Balik Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke
Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2002, h. 69.
memberikan perhatian yang kuat. Pada tahun 1980-an itu pula kelompok ini telah menyebar ke Kuwait, Yaman dan Utara Saudi.
33
Pemikiran Salafiyah yang di ambil dari bahasa Arab adalah merupakan pemikiran Islam
tradisional. Dr. Abdul al- Mun’in al-Hifni menjelaskan bahwa golongan
Salafiyah adalah mereka yang mengajak kembali kepada perilaku para ulama salaf al-Salaf al-Shalihin.
34
Syekh Muhammad Wahhab memperoleh inspirasi dari pemikiran Imam Hambal yang ditafsirkan oleh Ibnu Taymiyah. Rentang waktu yang
memisahkan antara Wahab dengan Ibnu Taymiyah dan antara Ibnu Taymiyah dengan Hambal mencapai sekitar lima abad, tetapi walaupun demikian,
pemikiran Imam Ahmad bin Hambal teryata mampu menembus waktu. Ibnu Taymiyah yang menentang inovasi bid’ah, pemujaan terhadap wali, dan
ziarah ke tempat suci, semua hal itu diikuti dan diterapakan oleh pengikut Syekh Wahhab dalam tindakan yang nyata. Pada tahun 1801 mereka merebut
Karbala dan merusak makam Husain, sehingga menimbulkan kemarahan yang tiada pernah padam di kalangan orang Syiah. Mereka juga
menghancurkan beberapa makam yang dihormati.
35
33
Majalah Risalah NU Oleh Mustafa Helmy, Meretas Kemulian Mekkah, Jakarta: Risalah NU, Edisi 13Tahun II1430 H, hlm. 70.
34
M. Aunul Abied Shah, Islam Garda depan. Bandung: Mizan, 2001, hlm. 40. Yang Dikutif Dari Dr. Al-
Mun’im Al-Hifni, Mausu‟ah Wa Al-jama‟at Wa Al-Madzahib Al-Islamiyah, Dar Al-Rasyad: Kairo, 1993. h. 245.
35
Akbar S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah Dan Sosiologi dengan judul asli Discovering Islam, Making Sence Of Muslim History and Sosiety. Penerjemah Nunding Ram.
Jakarta: Erlangga, 1990, h. 161-162.
Faham atau mazhab Wahabi pada hakikatnya adalah kelanjutan dari mazhab Salafiyah yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah. Tetapi walaupun
seperti itu, ada hal yang membedakan gerakan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab dengan gerakan Salafiyin yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah. Ibnu
Taymiyah menyebarkan dan mengajarkan fahamnya melalui tulisan-tulisan, Mujadalah dialog atau perdebatan serta Munaqosah. Ibnu Abdul Wahhab
sebenarnya bukanlah seorang yang dapat dikatakan kuat dan bukan pula orang yang fanatik, namun ia adalah seorang yang dimusuhi sehingga
mengharuskannya untuk mencari perlindungan. Ia memperoleh perlindungan itu dari Muhammad i
bn Sa’ud, penguasa Dar’iyah yang merupakan juga salah satu pengikut faham Muhammad bin Abdul Wahhab. Dengan bantuannyalah
Abdul Wahhab memulai ajakan untuk mengikuti mazhabnya.
36
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab juga telah membuktikan dirinya sebagai seorang Mujaddid pada posisi tertinggi dan sebagai penerus
yang sah dari Iman Ahmad bin Hambal dan Ibnu Taymiyah.
37
Hingga sangat jelas dalam ajaranya Syaikh benar-benar menekankan perlunya merujuk
kepada al- Qur’an dan Sunnah dalam masalah aqidah dan tidak menerima
persoalan-persoalan apa pun tentang aqidah yang tidak bersumber dari al- Qur’an dan Sunnah. Dan berikut ini merupakan faham-faham dan pemikiran
tentang gerakan Wahabiyah: tidak boleh taklid dalam masalah aqidah, tidak
36
Mustofa Muhammad Asy- Ayak’ah, Islam Tidak Bermazhab. Penerjemah A.M. Basalamah
Jakarta: Gema Insani Press, 1994, h. 392-393.
37
Maryam Jamilah, Para Mujahid Agung. Penerjemah Hamid Lutfi A.B, Bandung, Mizan 1976, Cet. Kedua, h. 16.
boleh menerima faham dan ajaran aqidah yang tidak bersumber dari al- Qur’an dan Sunnah, mengembalikan kemurnian tauhid seperti pada masa
Nabi Muhammad SAW, segala yang membawa dan mengajak kepada kemusyrikan dan khurofat harus ditinggalkan.
38
38
M.Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Ciri-Ciri Ajaranya, Jakarta: Pustaka Al-Riyadh, 2006, h. 143.
BAB III UPAYA RAJA ABDUL AZIZ DALAM MEMBENTUK
PEMERINTAHAN DI ARAB SAUDI
A. Biografi Raja Abdul Aziz