Latar Belakang Masalah Peranan gerakan Wahabiyah dalam membantu mewujudkan pemerintahan raja Abdul Aziz di Arab Saudi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arab Saudi merupakan salah satu negara di dunia Islam yang cukup strategis, terutama di negara tersebut terdapat Baitullah di Makkah yang menjadi pusat ibadah haji kaum Muslimin seluruh dunia. Apalagi perjalanan Islam tidak bisa dilepaskan dari wilayah Arab Saudi, sebab disanalah Rasulullah SAW lahir dan Islam bermula. Dari negara ini juga muncul gerakan Wahabi yang banyak membawa pengaruh di dunia Islam. Lebih jauh lagi, Arab Saudi sering juga dianggap sebagai reprentasi negara Islam yang berdasarkan al- Qur’an dan Sunnah. Arabia menjadi pusat bagi kerajaan Saudi dan gerakan Wahabi pada tahun 1745, di mana Ibn Sa’ud menjadi kepala sebuah pemerintahan kesukuan kecil di Arabia Utara dengan menjalin hubungan kepada seorang penyebar mazhab Hambaliyah, Muhammad Ibn Abdul Wahhab. 1 Dengan semangatnya Abd al-Wahhab hendak membebaskan Islam dari semua kerusakan yang diyakininya telah menggerogoti agama Islam. Pada masa Abd al-Wahhab modernitas telah merevolusi konsepsi manusia mengenai realitas di dunia dengan memperkenalkan konsep yang mengguncang kesadaran. Modernisme juga telah menambah kompleksitas tatanan sosial dan ekonomi, sehingga masyarakat-masyarakat tradisional yang 1 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Garapindo, 1999, h.188. 1 berjuang untuk berkembang dan menjadi moderen merasa semakin terealinasi. Di dunia Islam, masyarakat, budaya dan gerakan yang berbeda merespon dampak dari modernitas yang mengacaukan keseimbangan itu dengan cara yang beragam. Beberapa, seperti gerakan Kemalis di Turki misalnya menanggapinya dengan mencoba melancarkan Westernisasi dan sebisa mungkin bergerak menjauh dari Islam. Sedangkan dari gerakan Wahabi sendiri merespon kekuatan modernitas yang mengacaukan keseimbangan serta merespons situasi moral dan sosial yang rentan dan menyergapnya dengan mencari tempat perlindungan. Dalam hal ini, perlindungan itu diperoleh dengan melekatkan diri pada teks-teks Islam tertentu untuk mendapatkan rasa kepastian dan kenyamanan. Menurut kaun Wahabi kita wajib kembali kepada Islam yang dipandang murni, sederhana dan lurus yang diyakini dapat sepenuhnya direbut kembali dengan mengimplementasikan perintah dan contoh Nabi secara riteral, dan dengan secara ketat mentaati praktek-praktek ritual yang benar. 2 Adapun sebelum datangnya Abd al-Wahhab keadaan di wilayah Arabia sangat memprihatinkan. Tidak ada orang yang menegur kecuali beberapa orang yang dikehendaki Allah mampu menegur. Secara umum kebanyakan orang memusatkan perhatiannya kepada kehidupan dan ambisi- 2 Khaled Abou El-Fadh, Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan. Penerjemah Helmi Mustofa Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, h. 61-63. ambisi duniawi sedikit orang yang tegak untuk menegakkan kalimat Allah dan membela agama Allah. Demikian halnya keadaan di kedua Tanah Suci Makkah dan Madinah dan juga di Yaman. Di daerah itu terkenal dengan adanya tindakan- tindakan syirik dan pembangunan kubah-kubah di atas kuburan dan pemanjatan permohonan dan permintaan selamat kepada para wali. Di Yaman aneka kemusyrikan itu sangat banyak. Melihat bercokolnya dan merajalelanya kemusyrikan di masyarakat dan tidak adanya orang yang bertindak untuk membasminya ataupun bangkit berdakwah ke jalan Allah, maka Abd al-Wahhab meneguhkan hatinya untuk berdakwah. Karenanya, saat beliau di Uyainah beliau bekerja keras untuk menyebarkan ilmu, memberikan bimbingan menyurati para ulama dalam membahas dakwah ini dan bertukar pikiran dengan mereka, dengan harapan mereka dapat bekerjasama dengannya dengan membela Agama Allah dan memerangi kemusyrikan. Dakwah beliau ini disambut baik oleh para ulama kedua Tanah Suci Makkah dan Madinah, Yaman dan ulama negeri-negeri lain. 3 Ideologi Wahabi dihidupkan kembali pada awal abad ke-20 di bawah kepemimpinan Abd al-Aziz Ibn al- Sa’ud 1902-1953 pendiri negara Saudi moderen, yang menganut teologi Wahabi dan menggabungkan dirinya dengan suku-suku Nejd. Inilah yang menjadi cikal-bakal negara Arab Saudi. Pemberontakan Wahabi pertama di Semenanjung Arab pada abad ke-18 3 Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab:Dakwah Dan Jejak Perjuanganya. Penerjemah Rahmat Arifin Muhammad bin Ma’ruf Jakarta: Megatama Sofwa Presindo, 1919 H, h. 28-30. bertujuan menggulingkan kendali Utsmani dan memperkuat Abd al-Wahhab ke dunia Arab. Kaum Wahabi juga berupaya mengontrol Mekkah dan Madinah dan dengan melakukan itu Wahabi mendapatkan kemenangan simbolis yang besar dengan mengendalikan pusat spiritual dunia Islam. 4 Dan pada tahun 1902 juga Abd Al-Aziz ibn Sa’ud berhasil merebut kota Riyadh yang ketika itu berada di bawah kekuasaan keluarga Al-Rasyid dari Najd Utara, dan memulai gelombang penaklukan yang mencapai tahap menentukannya pada penaklukan atas penguasa Syarif Hasyimiyah di Hijaz pada akhir 1924. Dengan meniru metode nenek moyangnya, Abd al-Aziz mencapai tujuanya dengan cara menyebarluaskan ideologi Wahhabiyah di tingkat masyarakat. Menjelang tahun 1917, Riyadh ibu kota kerajaan Abd Al- Aziz menjadi pusat kebangkitan agama. Sekolah-sekolah al- Qur’an berkembang dan prestasi keilmuan diberi penghargaan. Kehadiran pada shalat-shalat jamaah diwajibkan dan hukuman fisik diberikan kepada mereka yang tidak hadir. Merokok dilarang, musik dikutuk, dan tertawa keras dipandang sebagai tanda ketidak senonohan. Kehidupan di ibu kota dicirikan oleh keselarasan tingkat tinggi dalam perilaku umum yang berasal dari hasrat orang-orang beriman dan para warga negara pemerintahan Wahabiyah baru untuk memenuhi standar-standar keislaman sebagaimana yang ditafsirkan oleh ulama-ulama Nejd. Keselarasan perilaku yang dituntut selama era kebangkitan 1920-an ini, terabadikan dengan sendirinya. 4 Abou El Fadh, Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan, h. 79. Dengan menghidupkan kembali gagasan tentang sebuah komunitas orang beriman yang disatukan oleh ketaatan mereka kepada Allah dan kemauan untuk hidup selaras dengan hukum-hukum Allah, ideologi Wahabiyah yang tumbuh dibawah kepemimpinan Abd al-Aziz membentuk sebuah identitas kebangsaan diantara masyarakat Semenanjung yang berbeda- beda secara etnis dan kesukuan itu. Dengan mengklaim pemerintahan atas persetujuan para ulama, Abd al-Aziz menjadikan keimanan dan ketaatan kepada dirinya sendiri sebagai penguasa Islam yang adil. 5 Disinilah letak kemampuan Raja Abdul Aziz dalam memfungsikan hal-hal tersebut di atas yang menjadikanya dapat merealisasikan keberhasilan yang unik dalam menjalankan berbagai urusan Kerajaan Saudi Arabia sejak memulai berbagai upayanya yang sukses dalam menyatukanya sampai beliau wafat pada tahun 1953M. Selama pada masanya Raja Abdul Aziz memerintah dengan bijak dan berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari al- Qur’an dan Sunnah Nabi, terutama prinsip Syura, dengan adanya majlis atau dewan yang terdiri dari para ulama besar, pemimpin suku dan penguasa, yang mana Raja Abdul Aziz berkumpul dengan mereka dan meminta pendapat mereka tentang urusan kerajaan. Inilah yang paling penting di mana seorang raja harus seorang muslim yang lurus dan dikenal 5 John. L. Esposito. Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2001, h. 162. baik agamanya. Dan Raja Abdul Aziz telah meletakkan teladan yang wajib diteladani oleh anak-anaknya. 6 Pada tahun 1953 M, kepemimpinan Saudi telah melonggarkan penekanan identitasnya sebagai pewaris ajaran Wahabiyah. Namun dalam masyarakat pengaruh Wahabi tetap terlihat dalam keseragaman berpakaian dan perilaku umum lainnya. Yang lebih signifikan dari warisan Wahabiyah tampak nyata dalam etos-etos sosial yang mengaggap bahwa pemerintah bertanggungjawab atas moral kolektif yang mengatur masyarakat, dari perilaku individu hingga perilaku lembaga, bisnis dan pemerintahan itu sendiri. 7 Di Saudi sendiri Islam tercantum sebagai agama negara dan sumber hukum. Ajaran Islam versi mazhab Wahabi itulah yang merajut aktivitas pendidikan, hukum, dan dasar etika masyarakat di Arab Saudi. Misalnya, pemerintah mengharuskan pertokoan dan kantor-kantor pemerintah ditutup ketika azdan shalat dikumandangkan dan mereka sangat dianjurkan shalat berjamaah. Menurut Sheikh Muhammad bin Abdul Wahab, para ulama bertanggung jawab memperkenalkan dan mensosialisasikan ajaran Islam. Kerja sama ulama dan pemerintah umara disebutkan merupakan kewajiban. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan ajaran agama seperti shalat, 6 Departemen Pendidikan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud, Kumpulan Makalah Sejarah Raja Abdul Aziz, Riyadh KSA: Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud, 1419 H, h. 88. 7 John.L.Esposito, Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, h. 162-163. zakat, puasa, dan haji. Adapun ulama membantu pemerintah memberi petunjuk bagi pelaksanaan ajaran agama itu. 8 Bertitik tolak dari realitas yang ada ini penyusun merasa terpanggil untuk membahas lebih mendalam tentang “Peranan Gerakan Wahabiyah dalam Menbantu Mewujudkan Pemerintahan Raja Abdul Aziz di Arab Saudi”. Dengan pembahasan tersebut diharapkan akan mendapatkan suatu gambaran, dan jawaban yang konkrit dalam mengetahui sejarah mengenai peranan gerakan Wahabiyah dalam membantu mewujudkan pemerintahan Raja Abdul Aziz di Arab Saudi.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah