tandai dengan keterkaitan Wahabiyah di dalam mewujudkan kekuasaan Raja Abdul Aziz.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalan penulisan skripsi ini, maka dalam pembahasanya secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi lima bab,
termasuk di dalam bab pendahuluan dan penutup, adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas uraian latar belakang masalah,
identifikasi perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, konsep dan teori dan
sistematika penulisan. Bab II
Berisi tentang Munculnya Gerakan Wahabiyah di Arab Saudi yang meliputi antara lain: proses berdirinya gerakan Wahabiyah di Arab
Saudi, biografi tokoh pendiri gerakan Wahabiyah di Arab Saudi, dan konsep ajaran-ajaran Wahabiyah di Arab Saudi.
Bab III Upaya Raja Abdul Aziz dalam Membentuk Pemerintahanya di
Arab Saudi. Bab ini terdiri atas biografi Raja Abdul Aziz, usaha- usaha yang dilakukan Raja Abdul Aziz dalam merebut wilayah-
wilayah di Arab Saudi, peranan Raja Abdul Aziz dalam membentuk pemerintahan Arab Saudi, dan kondisi Arab Saudi
ketika dipimpin oleh Raja Abdul Aziz.
Bab IV Peranan Gerakan Wahabiyah dalam Membantu Mewujudkan
Pemerintahan Raja Abdul Aziz di Arab Saudi. Bab ini terdiri atas: gerakan Wahabiyah sebagai legistimasi perjuangan Raja Abdul
Aziz, Wahabiyah dijadikan sebagai ideologi oleh Raja Abdul Aziz di Arab Saudi, dan dampak dari keterkaitan gerakan Wahabiyah
dengan Raja Abdul Aziz bagi negara Arab Saudi. Bab V
Penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran saran.
BAB II MUNCULNYA GERAKAN WAHABIYAH DI ARAB SAUDI
A. Proses Berdirinya Gerakan Wahabiyah
Gerakan modernisasi dunia Islam yang dilakukan para pembaharu muslim, memiliki semangat juang besar dalam membangkitkan semangat
umat Islam untuk bangkit kembali menguasai sains dan teknologi, serta melakukan gerakan pemurniaan ajaran Islam yang merupakan inti dari
gerakan tersebut. Gerakan pembaruan yang dilakukan oleh para tokoh tersebut bergema di seluruh penjuru dunia Islam. Oleh karena itu banyak di
antara negara-negara muslim mengikuti gerakan pembaharuan tersebut, sehingga lahirlah tatanan baru dalam dunia Islam, yaitu kebangkitan dunia
Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, politik, pendidikan, dan kebangkitan melawan imperialisme Barat. Dan usaha untuk memulihkan
kembali kekuatan Islam pada umumnya yang dikenal dengan gerakan modernisasi atau pembaharuan didorong oleh dua faktor yang saling
mendukung. Pertama, pemurnian ajaran Islam dan unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam. Kedua, menimba gagasan-
gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
9
Adapun pencemaran terhadap ajaran Islam yang terjadi di negara- negara Islam sudah bermula pada masa pemerintahan Islam Abbasiah di
9
Samsul Munir Amin,MA, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009, Cet.Pertama, h. 361.
13
Baghdad. Kemajuan ilmu pengetahuan di zaman ini telah menyeret kaum Muslimin untuk ikut pula memasyarakatkan ajaran filsafat Yunani dan
Romawi. Di Nejd terdapat beberapa desa yang dihuni oleh banyak kabilah atau
suku-suku yang hidup di daerah pedesaaan. Antara daerah pedesaan dan perkotaan tidak adanya kecocokan. Mereka selalu terlibat permusuhan karena
tidak adanya penguasa yang dapat menjaga kerukunan dan keamanan serta tidak dapat menegakkan keadilan. Hubungan antara daerah pedesaan dan
perkotaan terus diwarnai oleh sikap permusuhan, perampasan dan berbagai tindak kekerasan yang sering meminta korban jiwa. Demikian pula dengan
situasi kehidupan kabilah-kabilah di pedesaan yang diwarnai oleh sikap fanatik golongan. Akibatnya ketika dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab
muncul mereka masih mengalami perpecahan dan terbagi-bagi menjadi wilayah-wilayah kecil yang saling bermusuhan.
Sejarah gerakan Wahabiyah di Arab Saudi sendiri dimulai pada pertengahan abad ke-19 dengan munculnya persekutuan antara kepala suku
Nejd Selatan, Muhammad ibn Sa’ud dan Muhammad ibn Abdul Wahhab.
10
Sebutan Wahabiyah sendiri merupakan sebuah nama yang diberikan oleh lawan-lawannya karena pimpinannya bernama Muhammad bin Abdul
Wahhab.
11
10
Jonh L.Esposito, Ensixlopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2001, h. 161.
11
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 151.
Bersamaan dengan masa pemerintahan Muhammad ibn Sa’ud dan
penaklukan daerah yang dilakukannya, Muhammad bin Abdul Wahhab juga sedang melancarkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dari wilayah Ainiyah
dekat Riyadh ke daerah sekitarnya dengan dukungan para amir, qadhi dan ulama. Muhammad bin Abdul Wahhab melihat bahwa tujuan Ibnu Sa’ud
untuk memperluas daerahnya sama dengan tujuannya sendiri, yaitu menegakkan kalimat Allah di Semenanjung Arabia. Oleh karena itu
Muhammad bin Abdul Wahhab mengirimkan surat kepad a Ibnu Sa’ud untuk
mengajak bekerja sama demi terwujudnya tujuan tersebut. Di mana pada saat itu Muhammad bin Abdul Wahhab berjanji akan menyatukan daerah yang
mereka taklukkan bersama di bawah kepemimpinan Ibnu Saud. Pada awalnya Ibnu Saud meragukan tawaran tersebut karena mengira ada maksud yang
terselubung dari Muhammad bin Abdul Wahhab. Tetapi akhirnya dia bersedia membicarakan tawaran tersebut dan disitulah
Ibnu Sa’ud meminta dua hal kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Pertama, Muhammad bin Abdul
Wahhab tidak boleh menuntut kekuasaan jika usaha penaklukan dan perluasan wilayah berhasil. Kedua, Muhammad bin Abdul Wahhab tidak
boleh melarangnya untuk memungut pajak tanaman dan perdagangan dari warga. Muhammad bin Abdul Wahhab menerima tuntutan yang pertama dan
berjanji tidak akan meminta kekuasaan apapun. Dan tentang tuntutan yang kedua Muhammad bin Abdul Wahhab juga berjanji tidak akan
mengambilnya. Mendengar kesepakatan antara keduanya, para penguasa di sekitar Dariyah merasa cemas, bahkan ada yang langsung menyatakan diri
bersatu dengan wilayah Dariyah, seperti yang dilakukan oleh penguasa daerah Ahsa yang merupakan salah satu daerah di sekitar Riyadh. Sejak
adanya kesepakatan tersebut dimulailah penaklukan yang bersifat politik dan agama sehingga satu demi satu wilayah di sekitar Dariyah, seperti Ainiyah,
Ahsa, Wahsyim, Harimalla menyatakan diri bersatu dengan Dariyah.
12
Pendakwah baru ini menjadikan Muhammad ibn Sa’ud 1765, yang
kemudian menjadi pemimpin kecil kawasan Arab Tengah, sebagai sekutu dan menantunya. Fenomena ini menjadi contoh kasus lain tentang pernikahan
antara agama dan penguasa. Persekutuan ini berhasil menyebarkan keyakinan agama, dan kekuasaan Ibnu
Sa’ud dengan sangat cepat menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Pengikut Ibn Abdul Wahhab disebut golongan Wahabi oleh
lawan-lawan mereka. Salah satu contoh dalam perjuangan mereka untuk memurnikan ajaran Islam dari pemujaan pada orang-orang suci, dan dari
bid’ah-bid’ah lainya, mereka pernah menghancurkan Karbala pada tahun 1801, lalu merebut Makkah pada tahun 1803, kemudian Madinah pada tahun
berikutnya di mana seperti yang telah kita ketahui bahwa di kota-kota tersebut telah terdapat kemusyrikan, dan mereka juga merusak makam-makam suci,
dan membersihkan kota-kota ini dari kemusyrikan. Dan pada tahun-tahun berikutnya mereka juga dapat menyerbu Suriah dan Irak, serta melebarkan
12
Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 1999, h. 219.
kekuasaan dari Palmyra hingga Oman, daerah kekuasaan terluas di Semenanjung Arab.
13
Wahabiyah yang pada mulanya sebuah gerakan kecil tapi pada akhirnya dapat berkembang dan kuat menjadi sebuah gerakan besar di Arab
Saudi. Untuk selanjutnya, wilayah-wilayah yang masih tersisa berada di bawah kekuasaan keluarga al-
Sa’ud dan keturunan Ibn Abd al-Wahhab. Wilayah-wilayah yang sempat dikuasai keduanya, yang mengambil nama al-
Syaikh kini menciut hingga hanya meliputi daerah Nejd Selatan. Namun agenda sosial, keagamaan dan politik, yang berangkat dari ideologi
Wahabiyah tetap berurat-akar di seluruh Nejd, yang kelak bangkit kembali ketika memasuki abad ke-20.
14
B. Biografi Tokoh Pembawa Gerakan Wahabiyah