Dampak dari Keterkaitan Gerakan Wahabiyah dengan Raja Abdul Aziz

C. Dampak dari Keterkaitan Gerakan Wahabiyah dengan Raja Abdul Aziz

bagi Negara Arab Saudi Jika kita melacak gagasan-gagasan maupun gerakan-gerakan pembaharuan Islam dewasa ini, maka mau tidak mau kita akan sampai pada gerakan Wahabiyah suatu gerakan puritanisme Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di Jazirah Arab. Gerakan ini sering dianggap terlalu revolusioner oleh karena gagasan-gagasan yang dikemukakannya itu dilihat menurut ukuran zamannya. Walaupun dipengaruhi oleh pikiran- pikiran reformatif Ibnu Taimiyah, gerakan Wahabi tidak sepenuhnya merupakan duplikat pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah pertama, jika Ibnu Taimiyah menyerang sufisme, maka serangannya tidak bersifat frontal karena berhubung ada segi-segi sufisme yang diakomodasi oleh Ibnu Taimiyah. Sebaliknya gerakan Wahabiyah menyerang Sufisme tanpa ampun, sekalipun harus kita akui berkat jasa kaum wahabiyahlah penghilangan bid’ah, khurafat dan takhayul yang merajalela di dunia Islam pada masa lalu berhasil secara mengesankan. Perbedaan keduannya adalah anti-rasionalisme Wahhabiyah yang terlampau berlebihan. Ibnu Taimiyah juga melakukan kritik tajam terhadap rasionalisme, akan tetapi kritik itu tidak berakibat memojokkan penalaran rasional terhadap usaha perbaikan dalam berbagai perbaikan dimensi kehidupan kaum Muslimin. Di sini jadi kita bisa melihat, barangkali kelemahan kaum Wahabiyah adalah semangat anti-rasionalisme yang kelewat jauh sehingga semboyan ijtihad yang dikumandangkannya tidak begitu diperdulikan. 87 Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab, yang merupakan gerakan keagamaan yang berkembang di Saudi Arabia itu memiliki beberapa penyebab hingga membuat keduanya saling berkaitan erat satu sama lain, yang dalam sejarahnya itu bisa dilihat melalui dua segi: Pertama, hubungan penguasa Saudi dengan Syaikh pencetus dakwah ini, membuat dakwah baru dari segi politik, bagi gerakan keagamaannya Muhammad bin Abdul Wahhab. Para sejarawan menyebutkan, bahwa Emirat Saudi meluas pengaruhnya, bertambah wibawanya, dan kekuasaannya di anak Benua Arabia. Lalu, memasuki Makkah, Madinah, Hijaz dan wilayah-wilayah yang diduduki Raja Saudi ini semua berkat keterkaitannya dengan gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab, hingga membuat berkelanjutan sebagai jalan pengembangan dari gerakan ini sendiri. Dengan demikian, telah tersedialah kesempatan untuk menerangkan pokok-pokok ajaran Wahabi di Makkah yang merupakan tempat orang-orang pergi haji dan menyebarluaskan ajarannya. Kedua, diatas telah dijelaskan mengenai kaitannya dengan segi politik. Disini segi ekonomi juga membawa pengaruh besar bagi pemerintahan dan gerakan ini, di mana ketika telah dibukanya tambang sumur minyak di tepi pantai Saudi Arabia, yang menjadi batas kerajaan Saudi sekarang, Maka hal ini membuat wibawa politik anak benua Saudi Arabia memiliki kekuatan 87 John J. Donohue Dan John L. Esposito, Islam Dan Pembaharuan. Penerjemah Drs. Macnun Husein, Jakarta: Rajawali Pers,1993, h. Kata Pengantar xi. ekonomi yang kuat. Kekuatan ekonomi ini sangat memberikan manfaat yang besar dalam mendukung gerakan keagamaan ini Wahabi, dan dalam membangun kerajaan Saudi. Dari hal ini juga gerakan Wahabi dapat berdiri kokoh di Saudi Arabia. Dari hubungan pemerintahan dan gerakan Wahabi inilah muncul berbagai dampak bagi negara Arab Saudi. 88 Adapun dampak dari keterkaitan Wahabiyah dengan pemerintahan Raja Abdul Aziz adalah Wahabisme meresmi ajarannya dijalankan oleh kebanyakan masyarakat Saudi yang pada waktu itu juga Saudi merupakan salah satu dari negara-negara yang paling berpengaruh di seluruh negara Islam. Wahabi juga memegang kendali dan pemelihara dua tempat paling suci Islam Makkah dan Madinah, sehingga para tamu jamaah haji yang setiap tahunnya berjuta-juta Muslim datang dari penjuru dunia melakukan ibadah dan ritual yang diajarkan menurut kaum Wahabi. Pada saat yang sama ustadz dan da’i Wahabisme banyak memperoleh sumber keuangan dengan jumlah besar yang diberikan kepadanya, yang membuat Wahabi dengan mudah menggunakannya untuk meningkatkan penyebarluasan ajaran Islam versi mereka. Di sini terlihat bahwa kehidupan publik muslim di Saudi menjadi lebih terorganisir dalam bidang pendidikan dan juga peribadatan yang kebanyakan itu berasal dari ajaran-ajaran dan pandangan Wahabi. 89 Para ahli Timur Tengah juga menilai bahwa gerakan Wahabiyah dalam membangun nasionalisme Arab Saudi terasa sangat besar, mereka telah memberikan 88 Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam . Penerjemah Bambang Saiful Ma’arif, Bandung: Risalah Bandung, 1985, h. 135-143. 89 Lewis, The Crisis Of Islam: Antara Perang Suci Dan Teror Kotor, h. 134. kontribusi yang kuat terutama dalam membangun ideologi, moralitas, dan legitimasi bagi pola kepemimpinan sebuah wilayah agama yang bersih dari berbagai praktik khurafat dan bid’ah. 90 Namun melihat keterlibatan Wahabi dalam pemerintahan Raja Abdul Aziz bukan hanya dampak positif saja yang telah diberikan oleh kaum Wahabi, tetapi ada juga sedikit dampak negatif yang diberikannya. Salah satu contoh dari dampak negatif dari keterlibatan Wahabi dalam pemerintahan Raja Abdul Aziz adalah di mana ketika kaum Wahabi menjadi penjaga Makkah dan Madinah, kaum Wahabi secara unik mengambil posisi untuk memaksakan versi ortodoksi mereka terhadap jamaah haji dari seluruh dunia. Sebagai indukasi dari popularitas ajaran Wahabi yang terbatas pada tahap perkembangannya, praktek yang tidak mengenal kompromi kaum Wahabi pada musim haji menyebabkan beberapa benturan dengan jamaah haji dari Afrika dan Asia tenggara. Pada tahun 1926, misalnya telah terjadi di mana kebencian kaum Wahabi pada semua bentuk instrumen musik melahirkan kemelut antara Mesir dan Arab Saudi, di mana pada waktu itu prajurit Mesir yang memikul tandu seremonial untuk membunyikan terompet pada waktu haji diserang dan diganggu, dan alat musik mereka dihancurkan. Namun akhirnya kemelut ini berakhir pada saat Raja Abdul Aziz membuat peryataan yang mendamaikan kepada pemerintahan Mesir. Kaum Wahabi juga 90 Thohir, Studi Kawasan Dunia IslamPerspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, h. 118. melarang semua bentuk nyayian dan tarian sufi di Makkah dan Madinah dan akhirnya di semua bagian Arab Saudi. 91 Setelah tahun 1953 M atau ketika masa kepemimpinan Raja Abdul Aziz berakhir, kepemimpinan Saudi telah melonggarkan penekanan identitasnya sebagai pewaris ajaran Wahabiyah. Namun dalam masyarakat pengaruh wahabi tetap terlihat dalam keseragaman berpakaian dan perilaku umum lainnya. Yang lebih signifikan dari warisan Wahabiyah tampak nyata dalam etos-etos sosial yang mengaggap bahwa pemerintah bertanggungjawab atas moral kolektif yang mengatur masyarakat, dari perilaku individu hingga perilaku lembaga, bisnis dan pemerintahan itu sendiri. 92 91 Abou El Fahd, Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan, h. 87. 92 John.L. Esposito, Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, h. 162-163. BAB V P E N U T UP

A. Kesimpulan