Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 investasi terjadi penambahan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan syariah. Bagi bank syariah, hal ini merupakan tantangan, dimana bank syariah tidak hanya harus memberikan keuntungan materi saja tetapi juga
harus mampu memberikan keuntungan spiritual. Karena bagi seorang investor muslim, ia menganggap bahwa sistem bunga yang terdapat dalam bank
konvensional merupakan sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan sehinggga menempatkan dana miliknya pada perbankan yang berbasis syariah.
Sebagai bagian dari perbankan nasional, bank syariah yang dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan pesat telah menunjukan
peningkatan kinerja baik dalam aktivitas maupun dalam sisi keuangan. Keadaan keuangan yang baik dapat dilihat salah satu caranya melalui laporan
keuangan. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi melalui pengolahan selanjutnya tentang posisi keadaan keuangan bank tersebut dan
perubahan aktivitas operasi bank, yang nantinya dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam membuat kebijakan.
Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dan
menyalurkannya kepada masyarkat yang merupakan deficit unit dalam bentuk pembiayaan. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi dituntut mampu untuk
mengelola dana dari investor maupun dari masyarakat. Untuk itu setiap keputusan investasi dan pembiayaan membutuhkan keputusan yang simultan
agar tidak terjadi mismatch.
6
Tabel 1. 1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah
Dalam Miliar Rp
Akad 2005
2006 2007 Mar-08 Juni-08 Sep-08 Des-09
Mudharabah 3,124 2,335 4,406
5,200 6,117 6,968 7,411
Musyarakah 1,898 4,062 5,578
5,835 6,518 6,750 6,205
Murabahah 9,487 12,624 16,553 16,977 19,811 22,044 22,486
Salam Istishna
282 337
351 365
367 385
369 Ijarah
316 836
516 464
523 698
765 Qardh
125 250
540 788
765 836
959 Lainnya
Total 15,232 20,445 27,944 29,629 34,100 37,681 38,195
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Thn 2009 Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank
Indonesia Januari 2009 diatas menunjukkan komposisi pembiayaan dengan akad murabahah mencapai 22 Miliar dari total pembiayaan yang ada di
perbankan syariah. Sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan hanya sekitar 7 Miliar dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini
dapat dilihat bahwa rata-rata para pengelola perbankan syariah masih sangat memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga
hasil yang diperoleh tidak maksimal. Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat
bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal, diataranya adalah karena murabahah adalah pembiayaan
7 investasi jangka pendek dan cukup mudah bila dibandingkan dengan sistem
profit and loss sharing PLS. Kemudian mark up yang ada dalam pembiayaan murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan
bahwa bank syariah memperoleh keuntungan margin yang sebanding dengan bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank-bank syariah.
Secara umum, Karim, 2007:71 membagi transaksi pemindahan hak kepemilikan atas suatu harta benda menjadi dua kelompok, yaitu akad tabaru’
not profit transaction dan tijarah for profit transaction. Akad tabarru’ seperti Qardh, wadiah, wakalah, kafalah, rahn, hibah dan wakaf. Akad tijarah
terdiri dari dua basis insentif, yaitu yang bersifat pasti natural certainty contract dan yang besifat tidak pasti natural uncertainty contract. Transaksi
dengan insentif pasti antara lain adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah. Transaksi dengan insentif tidak pasti adalah mudharabah, musyarakah,
muzara’ah, mukhabarah. Berdasarkan pembagian tersebut yang merupakan transaksi non PLS
yaitu transaksi jual beli al-murabahah, as-salam bayar dimuka, bayar kemudian, al-istishna pesanan yang harus diproduksi, al-ijarah sewa, dan
transaksi yang berdasarkan fee based incame yaitu jasa wakalah pelimpahan wewenang, al-kafalah jaminan, al-hawalah tanggungan, ar-rahn gadai,
dan al-qard pinjaman. Transaksi yang berbasis bagi hasil PLS terdapat dalam transaksi musyarakah kerja sama kedua belah pihak yang saling
memberikan porsi kontribusi, mudharabah kerja sama dua pihak dimana satu
8 pihak menyediakan dana 100 dan dipihak lain menyediakan keahlian, al-
muzara’ah kerja sama dibidang pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana benih ditanggung oleh pemilik lahan, dan al-musaqah
kerja sama bidang pertanian dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Murabahah adalah akad yang paling banyak dipakai di perbankan syariah dibandingkan dalam bentuk penyertaan seperti mudharabah dan
musyarakah. Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di perbankan syariah di Indonesia, tetapi juga terjadi di perbankan syariah di negara-negara lainnya di
seluruh dunia. Jika ditelusuri dari laporan perbankan syariah, hampir 80 sumber keuntungan pada perbankan syariah berasal dari produk murabahah
dan ba’I bi’tshaman Ajil BBA sementara produk yang berbasis sistem bagi hasil masih sangat rendah; padahal yang mempunyai dampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
Beberapa keunggulan dalam pembiayaan yang berbasis murabahah, pertama murabahah merupakan suatu investasi jangka pendek dan cukup
memudahkan, bila dibandingkan dengan profit and loss sharing PLS; kedua, menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pembiayaan berbasis profit and
loss sharing. Disamping itu, pembiayaan berbasis murabahah dalam banyak hal lebih konsisten seperti pada orientasi profesional staf bank, bahasa,
terminologi, dan budaya perbankan. Disisi lain, pembiayaan ini menimbulkan
9 banyak persoalan, terutama bila kita melihat aspek hukum yang
ditimbulkannya, karena implementasi pembiayaan murabahah di perbankan syariah tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang harus kita
telusuri lebih dalam, terutama mengenai keabsahan dari akad ini. Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan
bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah maka perlu secara transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan
murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah.
PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama di Indonesia yang sesuai Syariah, didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI yang kemudian didukung oleh sekelompok pengusaha dan cedekiawan muslim diantaranya adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M.Dawam Rahardjo, A.M. Saefudin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Dengan modal awal Rp. 106 miliar, pada tanggal 1 Mei
1992 Bank Mua’malat Indonesia mulai beroperasi. Berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan hingga Oktober 2008, total aktiva Bank
Muamalat Indonesia telah mencapai Rp. 12,5 triliun. Total dana pihak ketiga yang dikelola, seluruhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan jenis
akad profit and loss sharing PLS maupun non PLS termasuk yang fee based income. Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan BMI, 2008: 6.
10 Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian dalam hal ini dengan mengangkat temajudul: “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan runtun waktu Time Series dengan periode penelitian tahun 2000
sampai dengan tahun 2009. Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktor
eksternal dan faktor internal yang dapat mempengaruhi margin pembiayaan murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia secara lebih terperinci.