30
26
4.4 Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan
Klinik
Tabel 4.4 Perbedaan derajat depresi mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Ket: uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik, ditemukan bahwa mahasiswa kedokteran klinik
yang mengalami depresi ringan sebanyak 20 orang 13,9 dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 13 orang 9,0. Sedangkan pada mahasiswa
kedokteran preklinik yang mengalami depresi ringan sebanyak 11 orang 7,6, dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 9 orang 6,2.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, maka didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna
antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Tetapi tetap harus diperhatikan bahwa
dengan kata lain mahasiswa klinik lebih depresif daripada mahasiswa preklinik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
7
1. Tuntutan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Masing-masing kelompok mahasiswa memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing, dimana mahasiswa preklinik selain menjalani masa perkuliahan
juga menghadapi ujian, melengkapi syarat kelulusan seperti karya tulis ilmiah. Namun, mahasiswa klinik selain menghadapi ujian dan melengkapi syarat
kelulusan untuk tiap stase juga harus menghadapi pasien secara langsung dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien. Dengan demikian,
Tahap pendidikan
Derajat depresi p
Tidak depresi n
Depresi ringan n
Depresi sedang-berat n
Preklinik 52 36,1
11 7,6 9 6,2
0,191 Klinik
39 27,1 20 13,9
13 9,0
31
26 mahasiswa klinik dituntut untuk lebih aktif baik dalam belajar maupun dalam
mengambil tindakan. 2.
Lebih kompetitif. Suasana belajar mahasiswa klnik di rumah sakit yang berhadapan langsung
dengan pasien lebih kompetitif dibanding suasana belajar mahasiswa preklinik di universitas. Karena berhadapan langsung dengan staf pengajar di rumah sakit dan
rekan-rekannya, mahasiswa klinik yang satupasti tidak ingin ketinggalan dari mahasiswa yang lainnya dalam keterampilan menangani pasien.
3. Jadwal yang padat.
Mahasiswa klinik menghabiskan waktu di rumah sakit lebih banyak daripada mahasiswa preklinik menghabiskan waktu di ruang kuliah dimana setiap
mahasiswa klinik memiliki jadwal jaga masing-masing dan berbagai aktivitas yang menguras tenaga, dengan waktu istirahat yang relatif lebih sedikit sehingga
mahasiswa klinik praktis lebih lelah daripada mahasiswa preklinik. 4.
Bahan yang dipelajari sangat luas dan lebih aplikatif. Mahasiswa klinik dituntut untuk terampil dalam mengaplikasikan seluruh bahan
yang telah dipelajari saat kuliah preklinik. Keadaan ini dapat menciptakan stresor yang dapat memicu timbulnya depresi.
Penelitian terdahulu yang serupa pernah dilakukan pada tahun 2010 oleh Wahyu yang meneliti tentang perbedaan derajat kecemasan dan depresi mahasiswa kedokteran
preklinik dan koasisten.
7
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan penelitian ini, hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa preklinik dan klinik. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan antara lain karena:
1. Perbedaan dalam metode penelitian
Penelitian sebelumnya dalam menganalisis data menggunakan uji t, karena pada penelitiannya menggunakan jenis hipotesis komparatif variabel numerik. Selain
itu pada penelitian sebelumnya, derajat depresi yang dibandingkan yaitu hanya tidak depresi dan depresi saja, sehingga kemungkinan mendapatkan perbedaan