Implementasi Progam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Puskesmas Desa Manisak Kecamatan Rantau Baek Mandailing Natal

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS DESA MANISAK

(Studi Pada Puskesmas Kecamatan Rantau Baek Kabupaten Mandailing Natal)

Disusun Oleh:

NURAISYAH SIREGAR

NIM. 090921006

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang teah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Progam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Puskesmas Desa Manisak Kecamatan Rantau Baek Mandailing Natal”. Dan tak lupa penulis panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam menuju agama Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya kritik ataupun saran serta masukan yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Dalam masa perkuliahan tentunya ada banyak kenangan dan juga kesan yang tak terlupakan, oleh sebab itu penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan maupun petunjuk ataupun nasihat kepada penulis terutama kepada:

1. Terima kasih kasih kepada Dekan FISIP USU, Prof. Dr. Badaruddin, MSi. 2. Terima kasih kepada Bapak Ketua Departemen Administrasi Negara Bapak


(3)

perkuliahan hingga saya mengakhiri kuliah saya di Departemen Administrasi Negara.

3. Terima kasih kepada Ibu Dra. Betty Nasution, M.Si, yang merupakan Sekretaris Departemen Administrasi Negara yang juga telah memberikan ilmunya kepada penulis dan teman-teman penulis.

4. Terima kasih kepada Bapak Drs. Karyono, M.Si, selaku dosen pembimbing. Penulis sangat berterima kasih atas kemudahan yang bapak berikan di sela-sela kesibukan bapak dalam “tugas negara” sehingga skripsi ini selesai lebih cepat dari perkiraan penulis.

5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen-dosenku di Departemen Administrasi Negara mula dari yang “nyeremin” hingga yang ngangeni yang saya cintai dan saya hormati yang tidak bisa diuraikan satu persatu. Terima kasih banyak karena telah membagikan ilmunya dan juga pengalamannya serta memberikan nilai yang mungkin sudah sesuai dengan kapasitas yang saya miliki, sehingga saya bisa menyelesaikan studi S1. Permohonan maaf juga saya ucapkan kepada seluruh dosen yang sempat mengajar saya, atas segala tingkah laku ataupun perkataan yang tidak berkenan. Kemudian untuk para administratur yang ada di Departemen AN, Kak Mega, Kak Indah, Kka Dian, bang Faizal, bang Arza dan semuanya yang telah membantu proses kelancaran administrasi, saya ucapkan terima kasih banyak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.


(4)

6. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan sekali lagi kepada Ibunda dan ayahanda yang selalu mendukung penulus dengan doa-doa yang baik dan selalu memberikan semangat dan inspirasi di saat penulus mulai lelah. Entah bagaimana lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada papa dan mama. Hanya Allah SWT yang mengetahui seberapa besar rasa syukur penulis dan do’a yang penulis panjatkan kepada-Nya untuk kebahagiaan kedua orangtua penulis.

7. Teman-temanku yang selalu memberikan kritik dan saran agar menjadi seseorang yang lebih baik: Mirna, Tita, Sofi, Rika, Fani dan bang Iwan. Jika aku ingin memanggil seseorang sahabat kalianlah yang pantas mendapatkannya.

8. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Ekstensi A.N 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya.

9. Terima kasih terakhir penulis ucapkan kepada Marzan Iskariman Lubis, atas dukungan dan doanya semasa penulis menjalani masa perkuliahan dan masa-masa terberat dalam menyelesaikan skripsi ini, atas harapan-harapannya yang membuat penulis merasa bahwa penulis mampu menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga apapun itu menjadi yang terbaik untuk kita.


(5)

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Tak lupa penulis meminta maaf kepada semuanya apabila ada perkataan maupun perbuatan penulis yang pernah menyinggung perasaan dan juga segala hal yang tidak berkenan dihati. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, Desember 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.6. Kerangka Pemikiran ... 23

1.7. Definisi Konsep ... 24

1.8. Definisi Operasional ... 24

1.9. Sistematika Penulisan... 26

BAB II METODE PENELITIAN ... 28

2.1. Bentuk Penelitian ... 28

2.2. Lokasi Penelitian ... 28

2.3. Populasi dan Sampel ... 28

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

2.5. Teknik Analisa Data ... 31

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 32

3.1. Puskesmas Desa Manisak ... 32


(7)

3.3. Wilayah Kerja Puskesmas Desa Manisak ... 33

3.4. Fasilitas Puskesmas Desa Manisak ... 34

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 38

4.1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak ... 39

4.2. Karakteristik Informan Biasa ... 49

4.3. Tabel Distribusi Mengenai Implementasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak ... 55

4.4. Hasil Wawancara dengan Informan Kunci (Key Informan)... 71

BAB V ANALISA DATA ... 72

5.1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak ... 72

5.2. Implementasi JPK-Desa Manisak ... 73

5.3.Hambatan-hambatan dalam Mengimplementasikan JPK-Desa Manisak di Puskesmas desa Manisak ... 89

BAB VI PENUTUP ... 91

6.1. Kesimpulan... 91

6.2. Saran ... 93


(8)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Rencana Skripsi

Lampiran 2 : Surat Permohonan Judul

Lampiran 3 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji

Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 7 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 8 : Berita Acara Rencana Usulan Penelitian

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 : Panduan Wawancara


(9)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI PROGAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DESA MANISAK KECAMATAN RANTAU BAEK

MANDAILING NATAL Nama : Nur Aisyah Siregar

NIM : 090921006

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono, M.Si

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas Desa Manisak (JPK-DM), mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program JPK-DM serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi JPK-DM di Puskesmas Desa Manisak Kabupaten Mandailing Natal.

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, kuesioner, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.

JPK-DM merupakan salah satu program kesehatan yang menggratiskan masyarakat miskin berobat, baik ke Puskesmas maupun ke rumah sakit milik pemerintah. Program JPK-DM ini muncul karena masih ada masih ada dua puluh persen (20%) penduduk miskin di desa Manisak yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat gratif dikarenakan adanya penyimpangan data masyarakat miskin di desa Manisak sehingga banyak yang tidak mendapatkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dalam program JPK-DM ini sebanyak 500 ribu jiwa masyarakat miskin di desa Manisak berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dan tentunya mereka yang berhak tersebut adalah warga diluar program Jamkesmas. Sasaran program JPK-DM ini meliputi pedagang kaki lima, penarik becak, guru miskin, keluarga miskin dan sebagainya di luar pengguna program Jamkesmas.

Keberhasilan implementasi program JPK-DM dilihat dari beberapa faktor yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.


(10)

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa implementasi program JPK-DM di Puskesmas desa Manisak kabupaten Mandailing Natal tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari ketermbatan pelaksanaan program yang dilakukan oleh Puskesmas desa Manisak, sosialisasi yang tidak dilakukan secara intensif sehingga menyebabkan masyarakat miskin di wilayah kerja mereka tidak mengetahui dengan baik tentang program JPK-DM, dan pendataan masyarakat yang tidak dilakukan dengan baik dan teliti sehingga kembali menimbulkan kasus salah sasaran. Implementasi program JPK-DM ini mengalami beberapa hambatan, diantaranya koordinasi dan komunikasi yang kurang baik terutama antara pihak kelurahan dengan pihak Puskesmas, ketidaktahuan implementor mengenai kriteria keluarga miskin, kurangnya komitmen yang dimiliki implementor dalam mengimplementasikan program serta kurangnya kesadaran aparatur Puskesmas akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pelaksana program JPK-DM.


(11)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI PROGAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DESA MANISAK KECAMATAN RANTAU BAEK

MANDAILING NATAL Nama : Nur Aisyah Siregar

NIM : 090921006

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono, M.Si

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas Desa Manisak (JPK-DM), mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program JPK-DM serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi JPK-DM di Puskesmas Desa Manisak Kabupaten Mandailing Natal.

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, kuesioner, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.

JPK-DM merupakan salah satu program kesehatan yang menggratiskan masyarakat miskin berobat, baik ke Puskesmas maupun ke rumah sakit milik pemerintah. Program JPK-DM ini muncul karena masih ada masih ada dua puluh persen (20%) penduduk miskin di desa Manisak yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat gratif dikarenakan adanya penyimpangan data masyarakat miskin di desa Manisak sehingga banyak yang tidak mendapatkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dalam program JPK-DM ini sebanyak 500 ribu jiwa masyarakat miskin di desa Manisak berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dan tentunya mereka yang berhak tersebut adalah warga diluar program Jamkesmas. Sasaran program JPK-DM ini meliputi pedagang kaki lima, penarik becak, guru miskin, keluarga miskin dan sebagainya di luar pengguna program Jamkesmas.

Keberhasilan implementasi program JPK-DM dilihat dari beberapa faktor yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.


(12)

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa implementasi program JPK-DM di Puskesmas desa Manisak kabupaten Mandailing Natal tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari ketermbatan pelaksanaan program yang dilakukan oleh Puskesmas desa Manisak, sosialisasi yang tidak dilakukan secara intensif sehingga menyebabkan masyarakat miskin di wilayah kerja mereka tidak mengetahui dengan baik tentang program JPK-DM, dan pendataan masyarakat yang tidak dilakukan dengan baik dan teliti sehingga kembali menimbulkan kasus salah sasaran. Implementasi program JPK-DM ini mengalami beberapa hambatan, diantaranya koordinasi dan komunikasi yang kurang baik terutama antara pihak kelurahan dengan pihak Puskesmas, ketidaktahuan implementor mengenai kriteria keluarga miskin, kurangnya komitmen yang dimiliki implementor dalam mengimplementasikan program serta kurangnya kesadaran aparatur Puskesmas akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pelaksana program JPK-DM.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-undang Nomor 23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utam selain pendidikan dan ekonomi. Oleh karena itu, pada tahun 2006 pembangunan kesehatan diarahkan untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat, terutama penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan dasar. Beberapa sasaran yang akan dicapai antara lain keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, dan puskesmas, sekitar 22.000 puskesmas pembantu dan 6.132 puskesmas keliling. Hampir seluruh kabupetan/kota telah memiliki rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta. Meskipun demikian, banyak golongan masyarakat terutama penduduk miskin belum sepunuhnya dapat mengakses pelayanan kesehatan karena beberapa kendala, salah satunya kendala biaya.


(14)

Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta umur harapan hidup 60,5 tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat. Miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor sperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal.

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945, sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Pada tahun 2005 pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin diselenggarakan dalam mekanisme asuransi kesehatan yang dikenal dengan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin atau Askeskin.

Atas pertimbangan pengendalian biaya kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan akuntabilitas dilakukan perubahan mekanisme pada tahun 2009 yang meliputi : pemisahan fungsi verifikator dan pembayar, penempatan pelaksana verifikasi di rumah sakit, penerapan Paket tarif Jamkesmas 2009, pembentukan Tim Pengelola Jamkesmas dan Tim Koordinasi Jamkesmas serta penugasan serta penugasan PT. ASKES dalam manajemen kepesertaan. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pada tahun 2009 dinamakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sasaran program Jamkesmas berjumlah 19,1


(15)

juta rumah tangga miskin (RTM) yang setara dengan 76,4 juta jiwa masyarakat yang terdiri dari masyarakat yang terdiri dari masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu. Kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam membuat kebijakan untuk pembiayaan gratis terhadap rakyat miskin melalui program Jamkesmas adalah kebijakan yang patut didukung. Namun kebijakan Depkes RI yang positif ini, tidak di tindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah secara serius. Karena ternyata dalam pelaksanaannya di sejumlah daerah terdapat adanya kasus salah sasaran.

Ada keluarga yang rumahnya berlantai keramik, punya listrik, telepon, dan sepeda motor yang menerima program Jamkesmas. Sedangkan keluarga yang lebih miskin justru tidak menerima. Fakta lapangan tentang ketidakmerataan pembagian dan banyaknya salah sasaran tetap saja didalih oleh pemerintah sebagai hal yang wajar dan dianggap sangat manusiawi.

Fakta tentang masih banyaknya masyarakat miskin yang tidak terserap dan terdata untuk merasakan program Jamkesmas tersebut juga terdapat di Desa Manisak Kecamatan Mandailing Natal. Saat ini masih ada puluhan ribu rakyat miskin di luar kuota Jamkesmas yang belum mendapatkan kepastian jaminan kesehatan. Hal ini merupakan satu bagian dari bentuk diskriminasi terhadap rakyat miskin dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Dan masih ada puluhan ribu rakyat miskin di luar kuota Jamkesmas yang belum mendapatkan kepastian jaminan kesehatan dari pemerintah daerah Mandailing Natal. Berdasarkan kondisi tersebut pemerintah Kecamatan Mandailing Natal kemudian merumuskan suatu program yang dapat


(16)

menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk masyarakaa miskin yang belum mendapatkan Jamkesmas yaitu

Program Jaminan Kesehatan di desa Manisak

Kecamatan Mandailing Natal

yang didukung SK Bupati Mandailing Natal No 440/923.K/2008. Hal ini dilakukan agar seluruh rakyat miskin dapat terfasilitasi haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara adil dan merata.

JPK-DM sebagai program yang memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin diterapkan di seluruh puskesmas yang ada di kabupaten Mandailing Natal serta beberapa rumah sakit milik pemerintah. Dan harapan yang ada pada program ini semoga masyarakat miskin yang sebelumnya tidak memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan pada akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama seperti masyarakat yang lain. Namun dari awal pelaksanaannya program Jamkesmas ini sudah mengalami banyak kendala, dimulai dari lamanya pemberian izin dari Bupati, Kriteria dan syarat-syarat penerima program yang dinilai tidak jelas hingga keterlambatan pelaksanaan program dari waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Ditambah lagi masalah sosialisasi program yang tidak merata dan proses pendataan masyarakat miskin yang dilakukan secara sembarangan dan tidak transparan.

Bagi penulis hal ini menarik untuk diteliti guna mengetahui bagaimana implementasi JPK-DM dan ketertarikan penulis dituangkan ke dalam skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan di Desa Manisak Kecamatan Mandailing Natal”.


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak (JPK-DM).

2. Hambatan-hambatan apa saja yan terjadi dalam proses implementasi program JPK-MS di Puskesmas Desa Manisak, Kecamatan Mandailing Natal?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak

2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan proses implementasi program jaminan pemeliharaan kesehatan medan sehat di puskemas

3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan hambatan hambatan yang terjadi dalam proses implermentasi jaminan kesehatan di puskesmas.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak diambil dari penelitian:

1. Secara teoritis /akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan pendiidikan, khususnya mengenai implementasi program jaminan kesehatan, serta dapat menjadi bahan masukan bagi


(18)

mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan informan penelitian yang lebih banyak.

2. Secara praktis,hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan implementasi program JAMKESMAS.

1.5 Kerangka Teori

Sebelum melangkah pada operasional penelitian,akan dikemukan terlebih dahulu teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang dilalsanakan.sebagai upaya untuk lebih mengarahkan mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian,sebab ia merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. (Suyonto, 2005 : 34)

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah: 1.5.1 Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of Needs)

Perilaku seseorang pada suatu ketika biasanya ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat.hal ini hendaknya dapat dipahami oleh setiap aparatur pemerintahan bahwa pada umumnya setiap masyarakat mempunyai


(19)

kebutuhan kebutuhan yang dianggap paling penting baginya. Untuk membicarakan kebutuhan kebutuhan yang mempunyai kekuatan yang tinggi pada saat tertentu bagi seseorang, Abraham Maslow telah mengenbangkan suatu konsep teori motivasi yang dikenal dengan hierarki kebutuhan (hierarchy of needs).

Menurut Maslow,tampaknya ada semacam hierarki yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan kebutuhan manusia ini,dimana kebutuhan ini akan dapat dipenuhi seperti anak tangga dari tangga kebutuhan yang satu ke tangga kebutuhan berikutnya.(Thoha,2007:221)

Tinggi Fisik

Keamanan

Sosial

Pen

Aktualisasi Diri

Rendah

Gambar 1

Hierarki Kebutuhan dari Maslow Sumber : Thoha (2007:222)


(20)

Maksudnya, pada saat ini kebutuhan tersebut merupakan kebtuhan yang paling kuat diantara yang lain. Sebenarnya tidak bisa dipungkiri,pada awalnya mayoritas dari aktivitas kehidupan manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik ini. Ketika aktivitas pemenuhan kebutuhan fisik ini sudah mulai menurun maka naiklah kebutuhan lain seperti mencari keamanan. Dalam hal ini seseorang sangat membutuhkan makan,pakaian,dan bebas rasa sakit. Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.(Gibson,1997:97).

Begitu pula yang terjadi dengan masyarakat kita terutama masyarakat miskin,ketika kebutuhan akan sandang,pangan dan papan telah terpenuhi tentunya mereka memerlukan tubuh yang sehat untuk terus memenuhi tiga kebutuhan utama tersebut.Terlebih lagi kesehatan bagi masyarakat menjadi sebuah kebutuhan mendasar karena menyangkut kualitas hidup masyarakat dimasa yang akan datang. Artinya kualitas hidup masyarakt dimasa yang akan datang salah satunya dipengaruhi oleh faktor kesehatan dimasa kini. Karena itu masyarakat akan semakin menuntut tersedianya pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Namun kesehatan malah menjadi sesutau yang mahal yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakatnya saja.Biaya perawatan kesehatan seperti biaya rumah sakit dan obat tidak dapat terjangkau oleh sebagian besar masyarakat kita yang golongan ekonominya masih rendah.


(21)

Banyak warga masyarakat miskin yang tidak menyadari bahwa pelayanan kesehatan dasar merupakan hak dasar yang seyogyanya disediakan oleh negara. Berkaitan dengan hal ini, negara sebagai instrumen publik memiliki kewenangan dan kewajiban untuk memenuhi hak-hak dasar tersebut. Negara berwenang memformulasikan anggaran bagi publik melalui program pemerintah maupun swasta.

Dengan demikian, atas dasar untuk memenuhi kebutuhan fisiologis masyarakat miskin akan kebutuhan bebas dari rasa sakit maka dibuatlah satu kebijakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satunya dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak.

Program ini muncul karena memang masih banyaknya masyarakat miskin di kota Medan yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Banyaknya masyarakat miskin yang tidak bisa berobat ke puskesmas ataupun rumah sakit disebabkan karena keterbatasan biaya dan hal inilah yang telah mendorong pemerintah baik pusat dan daerah untuk memprioritaskan kebutuhan masyarakat miskin terhadap kesehatan.

Program JPK-DM bertujuan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin kota Medan terutama yang tidak mendapatkan program Jamkesmas. Pada program ini pemerintah kota Medan memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada 500 ribu jiwa masyarakat miskin yang belum mendapatkan program kesehatan apapun. Dimulai dari berobat ke puskesmas


(22)

hingga berobat gratis ke rumah sakit apabila penyakit yang diderita tergolong penyakit parah dan tidak dapat ditanggulangi oleh Puskesmas.

1.5.2. Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Definisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangakaian proses kebijakan publik. Proses kebijakan adalah suatu rangakaian tahap yang salaing bergantung yang diatur menurut urutan waktu : penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakn, dan penilaian kebijakn (winarno, 2002:29).

Meskipun demikian, harus diakui bahwa studi tentang implementasi kebijakan kurang mendapat perhatian di kalangan ilmuwan politik maupun policy maker (Winarno, 2001:104). Sebenarnya hal ini bukan berarti bahwa studi entang implementasi kebijakan tidak terlalu penting melainkan karena rumitnya kompleksitas interelasi yang terdapat di dalamnya.

Tentang hal ini dinyatakan :

“Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa proses implementasi diabaikan oleh para pembuat kebijakan dan analisis-analisis kebijakan, dan juga tidak berarti bahwa hambatan-hambatan tersebut tidak dapat diatasi. Beberapa ilmuwan politik maupun pembuat kebijakan telah mulai mengembangkan studi implementasi kebijakan. Salah satu faktor yang menjadi pendorong adalah akibat dari hasil –hasil yang mengecewakan dari


(23)

Program-program sosial yang bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang membantu pemahaman proses implementasi kebijakan”. (Winarno, 2002:106)

Perhatian besar terhadap masalah implementasi kebijakan timbul pada awal tahun 1970-an atau tepatnya sejak diterbitkannya karya Pressman dan Wildavsky yang berjudul implementation pada tahun 1973 (Solichin, 2001:60).

Webster (dalam Solichin, 2001:64) merumuskan implementasi secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melakasanakan sesuatu); to give practical effect (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Implikasi dari pandangan ini maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakn (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, dan dekrti presiden).

Pressman dan Wildavsky (Solichin, 1997:65) menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya terkait langsung dengan kata benda kebijaksanaan. Senada dengan ini, Van Meter dan Van Horn memberikan batasan terhadap konsep implementasi dengan menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah : tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok –kelompok), pemerintah, atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan –keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini


(24)

mencakup usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Jones (dalam tangkilisan, 2003) menganalisis masalah pelaksanaan kebijakan dengan mendasarkan pada konsepsi kegiatan –kegiatan fungsional. Jones mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program-program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor–aktor yang terlibat dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Jadi implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan adalah :

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain-lai (Tangkilasan, 2003:19)


(25)

Setidaknya ada dua hal mengapa implementasi kebijakan pemerintah memiliki relevansi : Pertama, secara praktis akan memberikan masukan bagi pelaksanaan operasional program sehingga dapat di deteksi apakah program telah berjalan sesuai dengan yang telah dirancang serta medeteksi kemungkinan tujuan kebijakan negatif yang di timbulkan. Kedua, memberikana alternatif model pelaksanaan program yang lebih efektif.

Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (winarno, 2002:102)

Berdasarkan pandangan yang diutarakan diatas dapat disimpulkan, bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif (Tangkilisa, 2003:19).


(26)

1.5.2.2. Model –Model Implementasi Kebijakan

Kemudian dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan beberapa model, antara lain:

a. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan Model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kencenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

b. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi; (2) jenis atau tipe-tipe manfaat yang dihasilkan; (3) derajat perubahan yang diharapkan; (4) letak pengambilan keputusan; (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteritisk lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.


(27)

c. Metode Meter dan Horn

Meter dan Horn mengemukakan model implementasi kebijakan yang dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu (1) standar kebijakan dan sasaran yang akan menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh; (2) sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan aktivitas pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan; dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

d. Model Deskriptif

William N. Dunn (dalam Tangkilisan, 2003) mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting di antaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian; dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1) Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan dalam suatu kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.


(28)

e. Model George Edward III

Menurut George C. Edward III, implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh pelaksanaan kebijakan (implementor).

Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan satu sama lain, yakni:

1. Komunikasi

Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan-keputusan dan perintah itu dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan.

a. Transmisi; sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang


(29)

langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukan keputusan-keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian, seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.

b. Kejelasan; jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksana tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Seringkali instruksi-instruksi yang diteruskan kepada pelaksana-pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal.

Konsistensi; jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah- pelaksanaan kebijakan mempunyai unsur kejelasan, tetpi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif.. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya financial serta fasilitas-fasilitas. Sumber daya adalah factor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di atas kertas dan menjadi


(30)

dokumen saja. Sumber-sumber yang penting meliputi : staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, informasi, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menterjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik

a. Staf

Barangkali sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Salah satu hal penting yang harus diingat bahwa jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil.

b. Informasi

Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk ; pertama, informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Pelaksana-pelaksana perlu mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana harus melakukannya. Dengan demikian para pelaksana diberi petunjuk untuk melaksanakan kebijakan. Kedua, data tentang ketaatan personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah. Pelaksana-pelaksana harus mengetahui apakah orang-orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan mentaati undang-undang ataukah tidak.


(31)

c. Wewenang

Wewenang ini akan berbeda-beda dari suatu program ke program lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda, seperti misalnya : hak untuk mengeluarkan surat panggilan untuk datang ke pengadilan; mengajukan maslah-masalah ke pengadilan; mengeluarkan perintah kepada para pejabat lain; menarik dana dari suatu program; menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada pemerintah daerah; membeli barang-barang dan jasa.

d. Fasilitas-fasilitas

Fasilitas fisik mungkin pula merupakan sumber-sumber penting dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. 3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. (Subarsono, 2005:90).


(32)

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi secara sadar atau tidak sadar memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern. Asatruktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktifitas organisasi tidak fleksibel. Selain itu menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai standard operating procedures (SOP) dan fragmentasi.

a. Standards Operating Procedures (SOP)

Struktur organisasi-organisasi yang melaksanakan kebijakan mempunyai pengaruh penting pada implementasi. Salah satu dari aspek-aspek struktural paling dasar dari suatu organisasi adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya (Standard Operating Procedures, SOP). Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. Para pelaksana jarang mempunyai kemampuan untuk menyelidiki dengan seksama dan secara individual setiap keadaan yang mereka hadapi. Sebaliknya, mereka mengandalkan pada prosedur-prosedur biasa yang menyederhanakan pembuatan keputusan dan menyesuaikan tanggungjawab program dengan sumber-sumber yang ada.


(33)

Namun demikian, prosedur-prosredur biasa yang dirumuskan pada masa lalu mungkin dimaksudkan untuk menyelesaikan keadaan-keadaan khusus yang berbeda dengan keadaan sekarang sehingga justru akan menghambat perubahan dalam kebijakan karena prosedur-prosedur biasa itu tidak sesuai dengan keadaan –keadaan baru atau program-program baru. SOP sangat mungkin menghalangi implementasi kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan.

b. Fragmentasi

Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasiorganisasi. Tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan sering tersebar diantara beberapa organisasi, seringkali pula terjadi desentralisasi kekuasaan tersebut dilakukan secara radikal guna mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Kongres dan lembaga-lembaga legislatife lain mencantumkan banyak badan secara terpisah dalam undang-undang agar dapat mengamatinya lebih teliti dan dalam usaha menentukan perilaku mereka.

Sementara itu, badan-badan yang ada bertentangan satu sama lain untuk mempertahankan fungsi-fungsi mereka dan menentang usaha-usaha yang menentang usaha-usaha yang memungkinkan mereka mengkoordinasi kebijakan-kebijakan dengan badan-badan yang melaksanakan program-program yang berhubungan. Konsekuensi yang paling buruk dari fragmentasi birokrasi adalah usaha untuk menghambat koordinasi. Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi. Hal ini akan menimbulkan dua konsekuensi


(34)

pokok yang merugikan bagi implementasi yang berhasil. Pertama, tidak ada orang yang akan mengakhiri implementasi kebijakan dengan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu karena tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan terpecah-pecah. Di samping itu, karena masing-masing badan mempunyai yuridiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas penting mungkin akan terdampar antar retak-retak struktur organisasi. Kedua pandangan-pandangan yang sempit dari badan-badan mungkin juga menghambat perubahan.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasi mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bias disebut sebagai kebijakan yang berhasil ? peters (dalam Tangkilisan, 2003:22) mengatakan bahwa :

“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu ; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferemsiasi tugas dan wewenang”.


(35)

1.6. Kerangka Pemikiran

Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2005:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini :

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan Dasar Masyarakat Pemerintah Mengeluarkan Kebijakan Implementasi JPK b. Sosialisasi JPK c. Pendataan masy.

Miskin yang berhak menerima JPK

d. Pendistribusian kartu JPK e. Pemberian pelayanan

kesehatan

Output

a. Diketahuinya program JPK-MS oleh masyarakat b. Terdatanya masy.

Miskin sebagai peserta JPK c. Diterimanya kartu JPK

sebagai bukti kepesertaan d. Masy. Miskin menerima

pelayanan kesehatan Hambatan - hambatan


(36)

1.8. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkansecara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Singarimbun, 1989:33). Tujuannya adalaha untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang di teliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep yaitu :

a. Implementasi adalah proses tindakan yang dilakukan untuk merealisasikan suatu kebijakan sampai tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam

penelitian ini yang menjadi pelaksana tersebut adalah aparatur puskesmas Manisak Kecamatan Rantau Baek yang bertanggung jawab terhadap program Jamkesmas

b. Implementasi Program Jamkesmas ialah usaha pemerintah untuk menyediakan akses kesehatan untuk masyarakat miskin di Kecamatan Rantau Baek sehingga akhirnya mereka mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan masyarakat lainnya dan akhirnya tercapailah derajat kesehatan masyarakat miskin yang lebih baik secara efektif dan efisien.

1.9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehuingga dalam pengukuran ini dapat


(37)

diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagi pendukung untuk dianalisa dari variabel tersebut (Singarimbun, 1999:46).

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Implementasi Program jaminan Pemeliharan Kesehatan Medan Sehat. Dalam penelitian mengenai implementasi program JPK-MS ini, peneliti memakai teori George Edward III sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. Implementasi program JPK-MS di Puskesmas kota Matsum, Kecamatan Medan Area dilihat dari : a. Komunikasi

1. Transmisi; Pengetahuan implementor tentang program JPK-DM dan waktu pelaksanaannya.

2. kejelasan; Pengetahuan implementor tahap-tahap pelaksanaan program JPK-DM.

3. Konsistensi; Pelaksanaan program JPK-DM sesuai dengan peraturan yang ada

b. Sumber Daya

1. Staf; Ketersedian Sumber Daya Manusia (SDM) dalam proses Implementasi JPK-DM

2. Informasi; Ketaatan implementor dalam melaksanakan JPK-DM sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis(juknis) dan petunjuk pelaksana (juklak).

3. Wewenang; Hak masing-masing implementor dlam mengimplementasikan JPK-DM.


(38)

4. Fasilitas; fasilitas yang dimiliki puskesmas Kota matsum yang mendukung pengimplementasian program JPK-DM.

C. Disposisi

1. Komitmen yang dimiliki aparatur puskesmas Desa Manisak Kecamatan Mandailing Natal dalam pelaksanaan JPK-DM

2. Kejujuran aparatur puskesmas Kecamatan Mandailing Natal terkait tugas dan fungsinya sebagai pelaksana kebijakn JPK-DM

D. Struktur Birokrasi;

1. Kejelasan Standart Operating Prosedurs (SOP)

2. Fragmentasi yakni pandangan yang sempit dari para implementor.

1.10. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka berfikir, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, Populasi dan sample, teknik pengumpulan data, skala pengukuran dan instrument penelitian, serta analisa data, dan pengujian hipotesis.


(39)

Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relevan dengan penelitian

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang diperoleh setelah melakkan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi semua pihak yang membutuhkan.


(40)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif . Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi.

Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti. Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami fenomena yang ada pada implementasi progam JPK-MS.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Desa Manisak Kecamatan Rantau Baek kabupaten Mandailing Natal.

2.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akaan diduga. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil


(41)

sebagai representasi atau wakil populasi yang bersangkutan, (Singarimbun,1989:132)

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh implementator yang bekerja di Puskesmas manisak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purpisive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan sengaja oleh peneliti atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu secara proporsional(Singarimbun,1989:168). Adapun yang menjadi sampel d

Menjadi informan kunci (key informan) pada penelitian ini secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (pusposive). Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan : 3 orang b. Perawat Puskesmas Kota : 10 orang c. Bidan Puskesmas kota : 7 orang

Pegawai Puskesmas Desa Manisak yang menjadi informan adalah pegawai bidang sumber daya manusia (SDM) dan Humas.

Sedangkan yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin di kecamatan Rantau Baek kabupaten Mandailing Natal yang berada di wilayah kerja Puskesmas desa Manisak dan sudah didata untuk menerima program JPK-DM, yang ditetapkan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive). Dan penulis menetapkan jumlah informan biasa sebanyak 20 orang. Penggalian data dilakukan dengan menggunakan


(42)

kuesioner semi terbuka dari satu informasi ke informan lainnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi (informasi jenuh), yang dalam pengertian bahwa kebanyakan informan telah memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan yang diberikan tentang masalah yang diteliti (Hamidi, 2004: 75).

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknis pengumpulan data dengan dua cara antara lain:

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara:

a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti.

b. Kuesioner, adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara serentak. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan jawaban pada informan dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh penulis.


(43)

c. Pengamatan atau observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperlukan untuk mendukung data primer. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis, dokumen arsip institusi terkait dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif, yakni dengan menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data dari penyebaran kuesioner (angket) akan dianalisa melalui tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa menurut keterangan yang diberikan informan.

Sedangkan data dari hasil wawancara akan diuraikan dengan masing-masing tokoh yang dijadikan key informain. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian diambil kesimpulandari peneliti.


(44)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Puskesmas Desa Manisak

Puskesmas Desa Manisak terletak di jalan Lintas Sumatera Barat Desa Manisak Kecamatan Ranto Baek Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dengan luas wilayah kerja mencapai 15.271,52 Ha dan jumlah penduduk mencapai 9.970 jiwa.

3.2. Visi, Misi, Fungsi dan Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Desa Manisak Adapun visi dari Puskesmas Desa Manisak, kecamatan Ranto Baek adalah:

Desa Manisak Sehat 2010”

Sedangkan misi dari Puskesmas Desa Manisak adalah sebagai berikut: Misi:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan; b. Memberdayakan

c. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya;


(45)

Puskesmas Desa Manisak memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pusat penggerakan bangunan berbasis kesehatan b. Pusat pemberdayaan masyarakat ;

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama;

1. Pelayanan kesehatan perorangan (Private Goods) 2. Pelayanan kesehatan masyarakat (Publik Goods)

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Desa Manisak melakukan beberapa upaya. Upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut:

a. Upaya promosi kesehatan; b. Upaya kesehatan lingkungan;

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta KB; d. Upaya perbaikan gizi masyarakat;

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular; f. Upaya pengobatan

3.3. Wilayah Kerja Puskesmas Desa Manisak

Puskesmas Desa Manisak melaksanakan kegiatannya dengan melayani 3 (tiga) kelurahan yang berada di wilayah kecamatan Rantau Baek, yaitu:

1. Dese Manisak 2. Desa Bandikek 3. Desa Muara Bangkok


(46)

3.4. Fasilitas Puskesmas Desa Manisak

Dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas Desa Manisak di dukung oleh berbagai fasilitas-fasilitas, antara lain:

a. Gedung Puskesmas permanen b. Sumber daya manusia

c. Administrasi d. Imunisasi

e. Alat-alat kesehatan f. Obat-obatan

3.4.1. Fasilitas Gedung Puskesmas Permanen

Gedung Puskesmas Desa Manisak merupakan bangunan permanen yang mempunyai fasilitas sebagai berikut:

a. Kamar Ka. Puskesmas : 1 buah

b. Klinik Gigi : 1 buah

c. Kamar KIA : 1 buah

d. Ruang KB : 1 buah

e. Ruang Pertemuan : 1 buah f. Ruang obat-obatan : 1 buah

g. Ruang Dapur : 1 buah

h. Ruang Imunisasi : 1 buah i. Ruang Tata Usaha : 1 buah


(47)

j. Ruang Data : 1 buah k. Ruang Mandi dan WC : 1 buah

3.4.2. Fasilitas Sumber Daya Manusia

Puskesmas Desa Manisak mempunyai 26 orang pegawai aktif dalam lingkungan Puskesmas yang mencakup PNS, maupun tenaga honorer.

3.4.3. Fasilitas Administrasi

Adapun perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki oleh Puskesmas Desa Manisak dalam menjalankan perannnya agar terlaksana laporan administrasi Puskesmas antara lain:

a. Meja b. Kursi

c. Arsip dan lemari arsip d. Lemari alat

e. Buku cacatan

f. Kartu berobat pasien g. Formulir kegiatan lapongan h. Buku laporan kegiatan i. Kartu KIA/KB

j. Buku bendahara k. White Board


(48)

3.4.4. Fasilitas Imunisasi

Dalam menjalankan perannya sebagai ujung tombak program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, Puskesmas Desa Manisak mempunyai fasilitas imunisasi antara lain:

a. Lemari pendingin b. Alat-alat imunisasi

c. Vaksin seperti: BCG, Polio, campak, DPT, TT, Hepatitis B d. Sterilisator sebanyak 1 rak

3.4.5. Fasilitas Alat-alat Kesehatan

Fasilitas alat-alat kesehatan yang dimiliki Puskesmas Desa Manisak untuk menunjang kegiatannya dalam usaha kesehatan, dilengkapi dengan alat-alat:

a. Stetoskop b. Stetoskop janin c. Tensimeter d. Termometer e. Timbangan bayi f. Timbangan dewasa g. Pengukur tinggi badan h. Perlengkapan genekology i. Tongue Spatel


(49)

k. Lemari es tipe kompresi l. Tempat tidur

m. Lemari peralatan n. Lemari obat


(50)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data-data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner / angket, dan observasi sehingga dapat menjawab permasalahan utama yang ingin peneliti deskripsikan.

Data mengenai program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK) Puskesmas Desa Manisak peneliti peroleh dari dokumen di Puskesmas Desa Manisak berupa buku-buku pedoman mengenai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan seperti satu buku yang berisikan data tentang program dan masyarakat yang telah di data sebagai penerima Jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut dan sumber-sumber lain yang relevan seperti berita dari internat.

Sedangkan hasil wawancara yang diperoleh dari informasi kunci akan penulis coba sajikan dalam bentuk wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara tertulis ini merupakan salinan atas wawancara yang pernah penulis lakukan di lokasi penelitian mengenai implementasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang telah penulis susun sebelumnya, namun dalam pelaksanaan wawancara yang penulis lakukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian.


(51)

Kemudian hasil penyebaran kuesioner (angket) akan penulis sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi disertai keterangan-keterangan yang diberikan oleh informa biasa.

4.1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak

4.1.1. Pengertian Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak

Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak merupakan suatu progam yang menggratiskan masyarakat miskin berobat seperti ke Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatant merupakan progam yang lahir dikarenakan masih ada 20 persen penduduk miskin di Desa Manisak yang belum mendapatkan asuransi kesehatan yang disebabkan karena adanya penyimpangan data masyarakat miskin di di Puskesmas Desa Manisak ini sehingga banyak yang tidak mendapatkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak ini, sebanyak 500 ribu jiwa masyarakat Ranto Baek berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Mereka yang berhak mendapatkannya pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak tersebut adalah warga masyarakat di luar program Jamkesmas. Sarana program tersebut meliputi petani kecil, para penarik becak, guru miskin, keluarga miskin (Gakin) dan sebagainya di luar pengguna program Jamkesmas.


(52)

Program Jaminan Pemeliharaan ini diberlakukan sejak Desember 2008 dan program ini merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah daerah Desa Manisak, Dinas Kesehatan Kabupaten Madina serta bersama rumah sakit yang ditunjuk sebagai provider) rumah sakit yakni: RS. Madina, dan seluruh Puskesmas yang ada di kabupaten Madina.

4.1.2. Tujuan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK)

Pada dasarnya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Manisak ini memiliki tujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin yang tidak mendapatkan program Jamkesmas. Namun diluar tujuan tersebut Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak memiliki tujuan lain, yakni:

a. Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. b. Tujuan khusus: Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak

mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.


(53)

4.1.3. Sarana Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Puskesmas Desa Manisak

Sasaran progam adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di Desa Manisak sejumlah 500 ribu jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas Desa Manisak adalah:

a. Meningkatnya persentase penduduk yang menjadi peserta sistem pemeliharaan dengan pembiayaan pra-upaya

b. Meningkatkanya badan usaha yang menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan dengan pembiayaan pra-upaya

c. Tersedianya Jaringan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bermutu, baik pemerintah maupun swasta.

d. Meningkatnya jumlah unit jaringan pelayanan dokter keluarga sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan paripurna bermutu dengan pembiayaan praupaya.

4.1.4. Pokok-Pokok Pengaturan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak

Pokok-pokok pengaturan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas (JPK) Desa Manisak, secara prinsip sama dengan penyelenggaraan program-program pelayanan kesehatan sebelumnya (kecuali beberapa aspek teknis):


(54)

a. Nama Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Puskesmas Desa Manisak tahun 2009;

b. Pendanaan berasal dari APBD kabupaten Mandailing Natal tahun anggaran 2009 sebagai dana Bantuan Sosial Sektor Kesehatan.

c. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan sebagai berikut: 1. Dana amanah dan dikelola secara nirlaba,

2. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan kebutuhan medis yang efektif;

3. Iuran dijamin oleh pemerintah daerah kabupaten Mandailing Natal 4. Dikelola secara transparan dan akuntabel

d. Pengelolaannya meliputi: 1. Tatalaksana kepesertaan

Sasaran peserta adalah masyarakat sangat miskin, miskin dan mendekati miskin; jumlah peserta 500 ribu jiwa; Kuota ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten sedangkan ketetapan nama dan alamat peserta ditetapkan oleh masing-masing kelurahan.

2. Tatalaksana pelayanan kesehatan

Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan (Yankes) meliputi rawat jalan, rawat inap dan Yankes gawat darurat; pelayanan kesehatan berdasarkan rujukan berjenjang; pelayanan rawat inap di Puskesmas perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS. Pemerintah, RS. Khusus, RS. TNI/POLRI dan RS. Swasta yang


(55)

bekerjasama; Dinas Kesehatan kabupaten/kota membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat; pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh PPK wajib memberikan pelayanan walaupun tidak memiliki PKS; biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut tarif paket yankes Jamkesmas sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa penyakit/prosedur sebagai dasar pengajuan klaim; peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun.

3. Tatalaksana administrasi keuangan

Sumber dana berasal dari APBD sebagai dana bantuan sektor kesehatan tahun anggaran 2009 Bantuan /kontribusi lain dari Pemerintah Kabupaten yaitu:

1) Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2009

2) Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien miskin dari RS kabupaten/kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukan dari Puskesmas ke RS ditanggung oleh baiya operasional Puskesmas.

3) Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan 4) Pendamping pasien rawat inap

5) Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas


(56)

4. Pengorganisasian dan manajemen

Dalam pengorganisasian dan manajemen program, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK) Puskesmas Desa Manisak memiliki Tim Pengelola Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak yang tugasnya melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin meliputi kegiatan-kegiatan manajemen kepersertaan, pelayanan, keuangan, perencanaan dan sumber daya manusia (SDM), informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil verifikasi.

Pengorganisasian dan manajemen program ini dilakukan oleh: pemerintah kabupaten Madina (Pemkab Madina) yang bertanggung jawab menyiapkan dana untuk pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, melakukan pengawasan terutama terhadap proses implementasi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Kemudian Dinas Kesehatan kabupaten Madina (Dinkes Madina) yang bertanggung jawab menyusun petunjuk teknis program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, dan menyiapkan kartu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa ManisakS\, yang merupakan kartu identitas penerimaan program tersebut.

PT. Asuransi Tafakul Keluarga (sebagai pihak ketiga) bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, membayarkan kliam dana sesuai dengan


(57)

laporan dari para provider Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, menyalurkan dana kepada provider Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak sesuai besarnya klaim dan melakukan pencetakan kartu peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak bersama dengan Dinas Kesehatan.

Kemudian Puskesmas dan rumah sakit; Puskesmas bertugas memberikan pelayanan kesehatan dasar dan utama kepada masyarakat berupa usaha kesehatan preventif dan pengobatan preventif. Pengobatan preventif adalah pengobatan yang diberikan pada waktu permulaan penyakit, agar tidak lebih parah dan lebih sukar sembuhnya. Namun jika pihak Puskesmas tidak bisa menangani penyakitnya maka pasien dapat langsung dirujuk ke rumah sakit yang telah ditunjuk sebagai provider. Dan rumah sakit tersebut pun wajib memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan pengobatan terhadap pasien.

4.1.5. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan dalam Program Jamianan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamianan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak di Puskesmas dan jaringannya adalah jenis kegiatan yang diutamakan pada upaya pelayanan kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) bagi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak,


(58)

disamping upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada upaya pencegahan yang bersifat sekunder yaitu diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit (early diagnostic) dan tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor risiko ancaman penyakit tersebut terhadap masyarakat melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan di luar gedung. Ruang lingkup program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak di Puskesmas dan jaringan tersebut meliputi:

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer

Pelayanan rawat jalan tingkat primer yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas dan jaringannya di wilayah tersebut mencakup:

1. Pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan 2. Pelayanan pengobatan umum

3. Penanganan gawat darurat 4. Penanganan gizi kurang/buruk 5. Tindakan medis/operasi kecil

6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak (pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas dan nenatai dan neonatis)

7. Penyuluhan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan faktor risiko kesehatan

8. Surveilans penyakit menular dan gizi 9. Imunisasi dasar


(59)

11.Pelayanan keluarga berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN) 12.Pemberian obat generik dengan mutu paten

13.Rujukan kerumah sakit umum daerah kemudian ke RSU pusat 14.Menekan angka kematian ibu hamil

15.Penanganan cepat bagi KLB (Kejadian Luar Biasa)

16.Pemberian 6 program kesehatan ( 6 basic) bagi masyarakat b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Primer

Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan peraatan maka sebagai alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap di Puskesmas perawatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, apabila tidak memiliki kemampuan perawatan lanjutan harus dilakukan rujukan ke rumah sakit yang memberikan pelayanan program JPK-MS. Jenis pelayanan pada Puskesmas perawatan dan rumah sakit tersebut adalah:

1. Penanganan gawat darurat

2. Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk dan gizi kurang

3. Perawatan persalinan

4. Penanganan rujukan balik dari rumah sakit 5. Perawatan satu hari (one day care)

6. Tindakan medis yang diperlukan 7. Pemberian pelayanan obat-obatan


(60)

Perbedaan yang paling mendasar dari Jamkesmas dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak adalah bahwa Jamkesmas memberikan pelayanan pengobatan terhadap pasien yang menderita penyakit koroner seperti jantung, gagal ginjal, kanker dan lain-lain seperti pelayanan dokter spesialis (rawat jalan, rawat inap, tindakan operatif) maupun pelayanan penunjang spesialis (laboratorium, radiologi). Sedangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak hanya mengobati penyakit yang memerlukan pengobatan sekunder dan tidak mencapai tahap operasi.

4.1.6. Komposisi Masyarakat di desa Manisak yang telah Didata sebagai Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak

Berikut ini merupakan komposisi masyarakat kecamatan rantau baek yang sebelumnya telah didata oleh Puskesmas dan dikategorikan layak untuk menerima program JPK-DM.

Tabel 1

Komposisi Masyarakat Desa Manisak Yang telah didata sebagai Peserta JPK

No Puskesmas Desa Manisak Jumlah Peserta Persentase (%)

1 Desa Manisak 117 30.87

2 Desa Pandikek 138 36.41

3 Desa Muara Banko 124 32.72

Jumlah 379 100


(61)

4.2. Karakteristik Informan Biasa

Dalam karakteristik informan ini akan dijelaskan data mengenai identitas informan yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lamanya bermukim dilokasi penelitian.

4.2.1. Data Tentang Jenis Kelamin Informan

Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa informan dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada informan dengan jenis kelamin laki-laki.

Tabel 2

Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 50 35

2 Perempuan 10 65

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2009

Maka jumlah perempuan dengan jumlah 13 orang (65%) dan laki-laki sebanyak 7 orang (35%) seperti yang tercantum di dalam tabel bukan berarti terdapat perbedaan gender namun disebabkan karena perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga memiliki peran yang lebih besar dalam menjaga kesehatan keluarga.


(62)

4.2.2. Data Tentang Usia Informan

Tabel 3

Distribusi Data Informan Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 17-25 tahun 4 20

2 26-34 tahun 5 25

3 35-42 tahun 7 35

4 44-52 tahun 4 20

5 53 tahun ke atas 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Usia masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini berkisar antara 17 tahun sampai 53 tahun ke atas. Penulis menetapkan usia informan antara 17 sampai 53 tahun keatas karena pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak suara dalam pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap sebagai usia yang cukup berpengalaman terutama dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan. Jika dilihat dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 35-43 tahun yaitu sebanyak 35%.


(63)

4.2.3. Data Tentang Tingkat Pendidikan Informan Tabel 4

Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak sekolah 5 25

2 Tamat SD 6 30

3 Tamat SMP/Sederajat 6 30

4 Tamat SMU/Sederajat 3 15

5 Akademi/Diploma 0 0

6 Sarjana 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pola kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan sarana pendukung bagi tercapainya kesuksesan manusia. Pendidikan pada umumnya mempengaruhi pola pikir seseorang dan juga penafsiran / pandangan akan sesuatu hal.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, informan terbesar jumlah dan persentasenya adalah informan yang tamat SD dan tamat SMP/Sedarajat yakni sebanyak 6 orang (30%) dan informan yang paling sedikit persentasenya adalah tamat SMA/Sedarajat yakni sebanyak 3 orang (15%).


(64)

4.2.4. Data Tentang Jenis Pekerjaan Informan Tabel 5

Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Wiraswasta 3 15

2 Guru 0 0

3 Petani 8 40

4 Tukang becak 5 25

5 Dan lain-lain 4 20

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Jika dilihat distrib usi informan dari jenis pekerjaannya, maka menunjukkan variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan. Dari penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwa informan terbanyak bekerja sebagai buruh yakni sebanyak 8 orang (40%) dan paling sedikit persentasenya bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (15%) dan lain-lain juga sebanyak 4 orang (20%). Dan lain-lain yang dimaksudkan disini adalah yang bekerja sebagai tukang cuci, pedagang kaki lima.


(65)

4.2.5. Data Tentang Masa Domisili / Lama Bermukim Informan Tabel 6

Distribusi Informan Berdasarkan Masa Domisili / Lama Bermukim

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 5-10 tahun 7 15

2 11-15 tahun 8 0

3 16-20 tahun 4 40

4 21-25 tahun 0 25

5 > 25 tahun 1 20

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Data tentang lamanya informan bermukim di tempat penelitian menurut penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal di suatu tempat, maka pengetahuan terhadap daerahnya akan semakin besar. Baik pengetahuan mengenai kinerja aparatur pemerintah setempat maupun pengetahuan mengenai keadaan ekonomi, geografi, serta politik daerah setempat.

Pada tabel 6, dapat kita lihat informan yang paling banyak persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim 11-15 tahun yakni sebanyak 8 orang (40%) dan yang paling sedikit persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun yakni sebanyak 1 orang (5%).


(66)

4.2.5. Data Tentang Masa Domisili /Lama Bermukim Informan Tabel 6

Distribusi Informan Berdasarkan Masa Domisili /Lama Bermukim No Masa Domisili Frekuensi Persentase (%)

1 5-10 tahun 7 35

2 11-15 tahun 8 40

3 16-20 tahun 4 20

4 21-25 tahun 0 0

5 > 25 tahun 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Data tentang lamanya informan bermukim di tempat penelitian menurut penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal di suatu tempat, maka pengetahuan terhadap daerahnya akan semakin besar. Baik pengetahuan mengenai kinerja aparatur pemerintah setempat maupun pengetahuan mengenai keadaan ekonomi, geografi, serta politik daerah setempat.

Pada tabel 6, dapat dilihat informan yang paling banyak persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim 11-15 tahun yakni sebanyak 8 orang (40%) dan yang paling sedikit persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun yakni sebanyak 1 orang (5%).


(67)

4.3. Tabel Distribusi Mengenai Implementasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak

Pada bagian ini disajikan jawaban-jawaban yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 20 informan. Distribusi jawaban ini meliputi faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan menurut George Edward III diantaranya komunikasi, sumber daya, disposisi / kecenderungan, dan struktur birokrasi.

4.3.1. Komunikasi

Data ini penulis ambil untuk mengetahui sejauhmana informan mengetahui dan memahami tentang program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak serta untuk melihat apa komunikasi yang dibangun implementor dengan masyarakat. Adapun hasil distribusi jawaban informan yang ditampilkan pada bagian ini yaitu pengetahuan tentang adanya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Manisak, darimana informan mengetahui adanya progam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, pengetahuan mengenai latar belakang munculnya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, pengetahuan mengenai maksud dan tujuan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak, serta pengetahuan tentang tahap-tahap pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak.


(68)

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan diketahui bahwa semua informan mengetahui adanya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak di Kabupaten Mandailing Natal. Hal ini dapat dilihat dari tabel 7, sebanyak 20 orang informan (100%) menyatakan bahwa mereka mengetahui adanya program JPK-Desa Manisak.

Tabel 7

Distribusi Jawaban Responden

Tentang Adanya Program JPK-Desa Manisak

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 20 100

2 Kurang tahu 0 0

3 Tidak tahu 0 40

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Sedangkan mengenai darimana informan mengetahui adanya program JPK-Desa Manisak, diperoleh hasil sebanyak 15 orang informan (75%) mengetahui adanya program JPK-Desa Manisak ini dari tetangga yang telah mendaftar menjadi peserta JPK-Desa Manisak, 5 orang informan (25%) mengetahui adanya program JPK-Desa Manisak ini dari petugas kelurahan dan 0 orang (0%) yang mengetahui program ini dari iklan sosialisasi.

Hal ini menunjukkan keadaan bahwa para implementor tidak melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat dengan baik. Kebanyakan informan


(69)

mengetahui program ini dari tetangga, dan dari beberapa informan penulis juga mendapatkan keterangan bahwa yang banyak melakukan pendataan dalam program ini adalah petugas kelurahan dan bukan petugas Puskesmas.

Diketahui pula bahwa ternyata ada warga yang mendapatkan berita tentang program ini dari keluarga dan sanak saudara yang bekerja di instansi tertentu dan ada pula yang mengetahuinya dari para calon legislatif yang sedang berkampanye, bukan dari sosialisasi yang dilakukan implementor.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel 8 di bawah ini: Tabel 8

Distribusi Jawaban Informan tentang Tentang Adanya Program JPK-Desa Manisak

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Petugas Kecamatan 5 25

2 Iklan Sosialisasi 0 0

3 Tetangga 15 75

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Kemudian pada pertanyaan mengenai pengetahuan informan tentang latar belakang munculnya program JPK-Desa Manisak, sebanyak 20 orang informan (85%) menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui latar belakang munculnya program JPK-Desa Manisak tersebut. Karena selama ini mereka tidak pernah


(70)

mendapatkan keterangan yang lebih jelas mengenai progam JPK-Desa Manisak ini, yang mereka tahu hanyalah ada program kesehatan gratis yang disediakan oleh Pemkab Madina khusus untuk masyarakat miskin. Dan 3 informan (15%) menyatakan bahwa mereka mengetahui latar belakang munculnya JPK-Desa Manisak.

Keterangan mereka dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9

Distribusi Jawaban Informan tentang Pengetahuan Latar Belakang Munculnya Program JPK-Desa Manisak

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 3 15

2 Kurang tahu 0 0

3 Tidak tahu 17 85

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2010

Pertanyaan selanjutnya mengenai maksud dan tujuan dari program JPK-Desa Manisak, sebanyak 16 orang informan (80%) menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui maksud dan tujuan dari program JPK-Desa Manisak dan yang menjawab kurang tahu ada sebanyak 4 orang (20%). Sesuai keterangan masyarakat pada halaman sebelumnya bahwa mereka tidak pernah mendapatkan penjelasan mengenai program JPK-Desa Manisak ini, baik mengapa program ini dibuat dan apa maksud serta tujuan dari program JPK-Desa Manisak itu sendiri.


(1)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Implementasi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Manisak Sehat merupakan suatu program untuk menggartiskan masyarakat miskin berobat seperti ke Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa Manisak (JPK-Desa Manisak) merupakan program yang lahir dikarenakan masih ada 20 persen penduduk miskin di desa Manisak yang belum mendapatkan asuransi kesehatan yang disebabkan karena adanya penyimpangan data masyarakat miskin di desa Manisak ini sehingga banyak yang tidak mendapatkan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dalam program JPK-Desa Manisak ini, sebanyak 500 ribu jiwa masyarakat desa Manisak berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Mereka yang berhak mendapatkannya pelayanan JPK-Desa Manisak tersebut adalah warga masyarakat di luar program Jamkesmas. Sasaran program tersebut meliputi pedagang kaki lima, para penarik becak, guru miskin, keluarga miskin (gakin) dan sebagainya di luar pengguna program Jamkesmas.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat data dan fakta bahwa implementasi JPK-Desa Manisak di Puskesmas desa Manisak berlangsung sejak bulan Februari 2010, terlambat 2 (dua) bulan dari


(2)

jadwal yang telah ditetapkan. JPK-Desa Manisak ini mendapatkan respon yang cukup dari masyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang mendaftarkan sebagai peserta JPK-Desa Manisak ke Puskesmas desa Manisak.

3. Implementasi JPK-Desa Manisak di Puskesmas desa Manisak tidak berjalan dengan baik, hal tersebut dikarenakan dari awal pelaksanaan program aparatur Puskesmas sudah tidak mematuhi aturan jadwal pelaksanaan JPK-Desa Manisak. Sosialisasi yang dilakukan aparatur Puskesmas pun tidak intensif dan tidak sesuai dengan petunjuk pelaksana program. Proses pendataan juga tidak dilakukan dengan baik, akibatnya banyak warga yang merasa tidak puas terhadap kinerja aparatur Puskesmas dalam mengimplementasikan JPK-Desa Manisak ini.

4. Salah satu tujuan dibuatnya program JPK-Desa Manisak adalah memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin. Diharapkan dengan adanya program JPK-Desa Manisak maka akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat dan pada akhirnya tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Namun masyarakat miskin yang telah mendaftar sebagai peserta JPK-Desa Manisak belum dapat menerima pelayanan kesehatan di Puskesmas desa Manisak karena mereka belum memiliki kartu peserta JPK-Desa Manisak. Dan ternyata kartu peserta JPK-Desa Manisak masih ada di tangan pihak Puskesmas dan belum dibagikan sama sekali.


(3)

6.2. Saran

a. Dilakukan sosialisasi yang lebih intensif lagi kepada masyarakat sehingga dikeluarkan pemerintah apalagi jika program tersebut menyangkut kepentingan umum seperti JPK-Desa Manisak. Sosialisasi yang maksimal akan membuat masyarakat mengetahui dan mengerti maksud dan tujuan dari suatu program serta tahapan pelaksanaan program.

b. Pemerintah daerah kabupaten Madina perlu menetapkan kriteria masyarakat miskin sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan ketidaktahuan implementor mengenai masyarakat yang digolongkan miskin atau tidak mampu.

c. Koordinasi dan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi program JPK-Desa Manisak lebih ditingkatkan lagi sehingga program ini dapat berjalan dengan baik dan data mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

d. Agar suatu program dapat berjalan dengan baik maka diperlukan komitmen dari para pelaksana kebijakan, tanpa komitmen yang kuat maka program tidak akan menjadi efektif. Komitmen dari implementor JPK-Desa Manisak dalam hal ini aparatur Puskesmas lebih ditingkatkan lagi agar program ini benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat miskin.

e. Kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan akan mendorong keberhasilan pelaksanaan suatu program. Oleh sebab itu aparatur Puskesmas perlu meningkatkan kesadaran mereka akan tugas serta tanggung


(4)

jawabnya terutama sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.

f. Pemerintah kabupaten Madina harus meningkatkan pengawasan terutama terhadap suatu program yang bermanfaat untuk masyarakat umum seperti JPK-Desa Manisak sehingga program ini tidak sia-sia dan benar-benar sampai kepada masyarakat miskin yang sangat membutuhkan akses pelayanan kesehatan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

______________. 2005. Desentralisasi Sistem Kesehatan: Konsep-konsep, Isu dan Pengalaman di Berbagai Negara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Buku Pedoman Jamkesmas

Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H. Donnely. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Erlamngga.

Rahz, Handali. 2001. Berjuang Meraih Hak Sehat: Dinamika Pendampingan Lapangan. Bandung: Ashoka Indonesia.

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Manurung, P. 2005. Metode Penelitian. Medan: Diklat.

Moeloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Singarimbun, Masri, Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Subarsono, AG. 2005. Public Policy. Surabaya: Airlangga University.

Sugiyono, Dr. Prof. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif. Jakarta: Kencana.

Tangkilisan, Hessel Nogi, Drs., M.Si. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset dan YPAPI.

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahab, Solichin. 2001. Implementasi Kebijakan Publik. Malang: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.


(6)

UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

www.depkes.go.id/ks sebagai pilar utama, 20122008/21.00 www.depkes.go.id/jpkms.pdf/20122008/20.15