sangat mendukung proses implementasi program JPK-Desa Manisak ini. Terlebih lagi, Puskesmas desa Manisak berada di daerah yang mudah
dijangkau dan strategis sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengunjungi tempat tersebut.
Menurut pengakuan informan, fasilitas Puskesmas masih layak pakai dan memiliki berbagai peralatan yang sangat mendukung implementasi
program JPK-Desa Manisak ini. Kantor merupakan pusat informasi kegiatan bagi sebuah lembaga dan
merupakan hal yang cukup penting bagi keberlangsungan kegiatan. Fasilitas- fasilitas fisik memang hanya pendukung, namun dari jawaban diatas tersirat
bahwa dengan adanya fasilitas pendukung, aparatur Puskesmas menjadi bersemangat dalam beraktivitas di Puskesmas desa Manisak.
5.2.3. Disposisi Kecendrungan
JPK-Desa Manisak merupakan program yang muncul karena sebelumnya telah terjadi penyimpangan pendataan pada program Jamkesmas, sehingga untuk
program JPK-Desa Manisak pihak Puskesmas menjadi pemegang kunci dalam keefektifan implementasi program. Kecendrungan-kecendrungan implementor dalam
melaksanakan kebijakan bisa menjadi penghambat. Kecenderungan yang dimaksud disini ialah watak dan karakteristik implementor, seperti kejujuran, keiklasan,
komitmen, tanggung jawab dan sikap demokratis.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan kunci didapati bahwa dalam pelaksanaan program JPK-Desa Manisak ada suatu ketidakjujuran yang
ditunjukkan oleh aparatur Puskesmas. Ketidakjujuran ini terlihat jelas ketika penulis menanyakan perihal kartu peserta yang tidak juga didistribusikan. Selain memberikan
jawaban yang berbeda sebagai alasan mengapa tidak mendistribusikan kartu secepatnya ternyata aparatur Puskesmas juga memberi jawaban yang berbeda kepada
masyarakat yakni bahwa kartu peserta belum ada pada mereka. Selain ketidakjujuran, terlihat pula bahwa aparatur Puskesmas belum
memiliki komitmen dan tanggung jawab dalam melaksanakan program JPK-Desa Manisak dip desa Manisak. Karena dari awal program ini dijalankan sudah memiliki
masalah yakni adanya keterlambatan pelaksanaan program, kemudian masalah pendataan yang dikatakan masyarakat tidak baik karena menurut mereka ada
masyarakat yang mampu dan sangat mampu mendaftar sebagai peserta program ini tabel 13, kemudian masalah kartu yang belum ada diberikan kepada masyarakat
sehingga menyebabkan masyarakat sampai saat ini belum dapat menikmati fasilitas berobat gratis ke Puskesmas. Dan hal ini membuat komitmen dan tanggung jawab
dari pihak Puskesmas patut dipertanyakan.
5.2.4. Struktur Birokrasi a.
Standard Operationg Procedurs SOP
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
Universitas Sumatera Utara
prosedur organisasi yang standar Standard Operating Procedurs atau SOP. Dan SOP ini menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
Standar operasional dan prosedur dalam implementasi JPK-Desa Manisak ialah kejelasan petunjuk pelaksanaan, terkait dengan bagaimana
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dari hasil wawancara kami dengan pihak Puskesmas, untuk mengimplemtasikan JPK-Desa Manisak mereka
diatur oleh buku pedoman dan juknis serta juklak JPK-Desa Manisak. Menurut mereka, segala langkah yang dilakukan berdasarkan buku tersebut.
Mulai dari sosialisasi JPK-Desa Manisak, pendataan warga, proses distribusi kartu dan pemberian pelayanan kesehatan.
Namun yang menjadi salah satu masalah dalam implementasian JPK- Desa Manisak ini selain berbagai masalah yang telah diungkapkan
sebelumnya adalah aparatur Puskesmas yang tidak tahu mengenai kriteria keluarga miskin karena tidak terdapat dalam buku pedoman ataupun juknis.
Program JPK-Desa Manisak ini mereka berikan saja kepada setiap warga yang datang ke Puskesmas untuk mendaftar tanpa dilihat dulu apakah warga
tersebut termasuk keluarga miskin atau tidak.
b. Fragmentasi