Berdasarkan hasil wawancara diketahui pula bahwa penyaluran kartu bukti peserta JPK-Desa Manisak kepada masyarakat hingga saat ini belum
dilakukan padahal kartu peserta sudah ada di tangan pihak Puskesmas. Tidak dilakukannya penyaluran kartu peserta diungkapkan pegawai Puskesmas
karena adanya proses pemeriksaan ulang terhadap kartu peserta tersebut agar tidak ada kesalahan dalam penulisan nama dan data-data lain pada kartu
peserta JPK-Desa Manisak sedangkan menurut kepala Puskesmas kartu belum bisa didistribusikan karena kartu tersebut belum lengkap. Hal ini jelas
menunjukkan inkonsistensi dalam implementasi sebuah kebijakan yang telah memiliki petunjuk pelaksana.
5.2.2. Sumber Daya
Mengimplementasikan kebijakan dengan cermat, jelas dan konsisten tidaklah cukup untuk menghasilkan implementasi yang efektif tanpa didukung oleh
sumber daya. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi JPK-Desa Manisak adalah sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan, informasi mengenai
bagaimana melaksanakan suatu kebijakan, wewenang yang dimiliki dalam pelaksanaan program dan fasilitas-fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan.
a. Staf
Sumber daya manusia pelaksanaan dalam implementasi program ini ialah pegawai Puskesmas yang merupakan pelaksanaan kebijakan dan
pemberi pelayanan kesehatan. Ketersediaan 35 orang pegawai aktif di
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas secara kasat mata dinilai sebagai sesuatu yang positif di dalam implementasi kebijakan karena dianggap sangat memadai untuk
melaksanakan semua tahap-tahap implementasi JPK-Desa Manisak. Satu hal yang harus diingat bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis
mendorong agar implementasi berjalan dengan baik. Tanpa adanya rasa tanggung jawab dan komitmen yang kuat dari implementor untuk
melaksanakan suatu kebijakan dengan sebaik-baiknya maka mustahil suatu kebijakan dapat berjalan semestinya.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada masyarakat diketahui bahwa komitmen, kinerja, dan tanggung jawab Puskesmas dalam
mengimplementasikan JPK-Desa Manisak tidak baik tabel 17 dan 18. Seperti halnya sosialisasi yang tidak dilakukan secara benar, pendataan yang
tidak dilakukan secara intensif dan akurat semakin mendukung jawaban masyarakat atas kinerja aparatur Puskesmas. Dan penilaian terhadap kinerja
aparatur Puskesmas semakin negatif manakala kartu peserta tidak didistribusikan langsung setelah kartu itu mereka terima dari Dinas Kesehatan
dan akibatnya sampai saat ini belum ada masyarakat yang dapat merasakan manfaat dari program JPK-Desa Manisak tersebut.
Hal ini semakin memperjelas bahwa banyaknya jumlah staf didalam implementasi sebuah kebijakan tidak menjamin implementasi kebijakan
tersebut dapat berjalan dengan baik kecuali staf yang ada benar-benar
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan komitmen dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan suatu kebijakan.
b. Informasi
Informasi merupakan sumber daya terpenting setelah staf atau SDM dalam implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk yakni
bagaimana melaksanakan suatu kebiajakan dan data-data ketaatan personil terhadap peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan kunci diketahui bahwa pelaksana kebijakan sudah dibekali dengan suatu buku
pedoman diantaranya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana program. Namun ketika penulis mencoba menanyakan perihal keberadaan juknis dan
juklak tersebut kepada pihak Puskesmas mereka mengatakan bahwa buku itu tidak lagi berada di Puskesmas dan sudah dikembalikan ke Dinas Kesehatan
ketika mereka menyerahkan daftar nama calon peserta JPK-Desa Manisak. Penulis juga memperoleh keterangan bahwa semua peraturan yang ada
di juklak dan juknis tidak semuanya dapat dilaksanakan dengan baik terutama dari segi waktu pelaksanaan program yang terlambat dari waktu yang telah
ditentukan. Kemudian sosialisasi program yang tidak dilaksanakan implementor karena menurut mereka masyarakat sudah cukup pintar untuk
mencari tahu mengenai program yang dibuat pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Tidak dilaksanakannya sosialisasi oleh para implementor menunjukkan ketidaktaatan mereka terhadap peraturan yang telah dikeluarkan
pemerintah. Keterangan lain yang semakin menunjukkan ketidaktaatan implementor tersebut adalah kartu peserta yang hingga saat ini tidak
dibagikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat hingga saat ini belum bisa menikmati program pemerintah di bidang kesehatan tersebut.
Ketika melakukan analisa terhadap transmisi telah penulis uraikan data mengenai ketidaktaatan implementor terhadap peraturan yang telah ada
sebelumnya yakni pelaksanaan program yang dimulai dari bulan Desember 2009 dan berakhir pada bulan Februari 2010. Keterlambatan tersebut berlanjut
hingga proses pendistribusian kartu peserta dan sampai ketika penulis menyelesaikan penelitian di Puskesmas kartu tersebut belum juga dibagikan
kepada masyarakat. Ketidaktaatan Puskesmas terhadap peraturan pemerintah semakin
mereka tunjukkan dengan menyatakan bahwa masa berakhir program ini jatuh pada bulan November 2010.
c. Wewenang