58
Tugu Pratama Indonesia telah sesuai dengan fatwa yang mengatur pengembalian dana qardh.
2. Kesesuaian dengan PMK No. 18 Tahun 2010
PMK No. 18PMK.0102010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip
Syariah mengatur pengalokasian surplus underwriting dana tabarru. Pasal 13 Ayat 1 sama halnya dengan fatwa DSN-MUI No. 53 tentang
pembagian surplus underwriting dimana pembagian surplus underwriting yang dilakukan oleh Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia apabila
terdapat surplus maka perusahaan akan memperoleh 50 sebagai intensip atas pengelolaan sedangkan sisanya 50 akan didistribusikan secara
proporsional sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap peserta. Hal inilah yang belum disesuaikan oleh Unit Syariah PT Tugu
Pratama Indonesia dalam pembagian surplus underwriting. Kemudian pada ayat 2 pilihan pembagian surplus underwiritng wajib
dimuat di dalam polis. Dalam setiap polis Unit Syariah PT Tugu Pramata Indonesia telah memuat pembagian surplus underwriting apabila terjadi.
Hal tersebut telah sesuai dengan telah diatur didalam PMK. Kemudian pada ayat 3 pembagian surplus underwriting dan proporsi
pembagian surplus underwriting tidak dapat diubah sampai dengan berakhirnya polis. Setiap polis yang dikeluarkan oleh Unit Syariah PT
Tugu Pratama
Indonesia mencantumkan
pembagian surplus
59
underwritingyang tentunya tidak akan berubah sampai berakhirnya polis. Hal ini sesuai dengan pmk.
Kemudian pada ayat 4 surplus underwriting yang dapat dibagikan dihitung berdasarkan kekayaanaktiva dalam bentuk kas. Perhitungan
dalam laporan keuangan yang dihitung oleh PT Tugu Pratama Indonesia berdasarkan kekayaan dalam bentuk kas. Hal ini telah sesuai dengan
aturan yang dimuat dalam pmk. Kemudian ayat 5 dalam hal pembagian surplus underwriting kepada
peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada bagian yang akan dibagiakan, perusahaan tidak dapat mengambil bagian
Peserta tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam Dana tabarru’,
memperitungannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode berikutnya, atau memanfaatkannya untuk dana sosial. Berdasarkan
wawancara dengan pihak Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa Dalam hal pembagian surplus underwriting kepada Peserta secara
ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan kepada Peserta, maka disetujui bahwa bagian Surplus
Underwriting yang menjadi hak Peserta dimaksud digunakan untuk Menambah Dana Tabarru’ atau Mengurangi Kontribusi Peserta periode
asuransi berikutnya, atau Dana sosial.
63
Hal ini telah disesuaikan oleh Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia terhadap pmk.
63
Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015
60
Kemudian ayat 6 pemanfaatan bagian surplus underwriting peserta sebagaimana dimaksud pada ayat 5 wajib diatur di dalam polis.
Pemanfaatan bagian surplus underwriting dimaksud pada ayat 5 tidak diatur di dalam polis artinya pada Unit Syariah PT Tugu Pratama
Indonesia tidak menyesuaikan dengan pmk. Pasal 14 ayat 1 perusahaan dilarang melakukan pembagian surplus
underwriting kepada peserta atau perusahan apabila masih terdapat Qardh di dalam kewajiban dana
tabarru’ dan pembagian surplus underwriting dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas dana
tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian ayat 2 dalam hal
terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 surplus underwriting seluruhnya ditambahkan ke dalam dana
tabarru’. Pada pasal ini Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia telah sesuai karena Hasil wawancara
dengan pihak Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa Surplus Underwriting tidak dapat dibagikan dalam hal Masih terdapat Qardh di
dalam kewajiban Dana Tabarru’, dan atau Pembagian Surplus
Underwriting dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas Dana Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian, Surplus Underwriting akan ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’ seluruhnya
64
. Pembagian surplus underwriting jika dibandingkan dengan
perusahaan asuransi syariah kerugian lainnya seperti Unit Syariah PT
64
Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015
61
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pembagian surplus underwriting yang komposisinya sebesar 30 untuk peserta, 65,5 untuk
pengelola dan 2,5 untuk cadangan dana tabarru’.
65
Dimana Unit syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 telah sesuai dalam
pembagiannya. Kemudian pada unit syariah PT Asuransi Ramayana dalam pembagian surplus underwriting ketentuan komposisinya sebesar 60
untuk pengelola, 30 diberikan kepada peserta dan 10 dikembalikan cadangan dana
tabarru’.
66
pembagaian ini pun telah sesuai dengan fatwa DSN no 53 tahun 2006. Namun bila melihat ketiga perusahaan ini dalam
pembagian surplus underwriting besaran pembagian yang diberikan kepada perusahaan lebih besar dibanding pembagian kepada peserta
ataupun ke cadangan dana tabarru’. Hal ini akan mangacu kepada praktik
maisir, dimana perusahaan lebih banyak mengambil keuntungan dari suplus underwriting dengan persentase yang lebih besar dalam
pembagiaannya.
65
Euis Lia Karwati, “Metode Alokasi Surplus Underwriting Dana Tabarru’ pada Asuransi Kerugian Syariah Studi Pada Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967,” skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Huku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, hal. 78
66
Khoiro Indana Fahma, “Teknik Perhitungan Surplus underwriting Produk Asuransi Kebakaran dan Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit Syariah”,
skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, hal. 73
62
BAB V PENUTUP