26
tidak mengeluarkan dana apa pun dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambil dari dana tabungan peserta
tabarru’.
39
Perusahaan asuransi syariah memiliki biaya-biaya opersional yang disebut sebagai “beban asuransi”. Beban yang ada pada perusahaan
asuransi kerugian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Beban klaim yang terdiri dari : klaim bruto, klaim reasuransi, estimasi kenaikan penurunan kalam retensi sendiri.
b. Beban komisi, adalah pengeluaran untuk membayar komisi
perantara baik itu agen ataupun broker asuransi. c.
Beban usaha adalah pengeluaran perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
d. Beban lain-lain adalah keseluruhan beban yang digunakan
untuk mengelola usaha diluar beban klaim, beban komisi, dan beban usaha.
Kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasi dikurangi dengan
beban asuransi jika masih tersisa dalam jangka waktu yang ditentukan maka sudah sepatutnya perusahaan mengalami surplus underwriting.
B. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia MUI yang secara struktural berada dibawah MUI
dan bertugas menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi
39
Ah. Azharuddin Lathif, Kompilasi Bahan Kuliah Hukum Perjanjian Asuransi Syariah Jakarta: FSH, 2012, hal. 40.
27
syariah, baik yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah ataupun lainnya. Pada prinsipnya, pendirian DSN-MUI dimaksud sebagai
usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan, selain itu DSN-
MUI juga diharapkan dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai prinsip ajaran islam dalam kehidupa
ekonomi.
40
1. Kedudukan Fatwa DSN
Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat.
Bahkan umat islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa dikalangan
masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid. Kedudukan fatwa bagi kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.
41
Otoritas fatwa tentang ekonomi syariah di Indonesia, berada dibawah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Komposisi
anggota plenonya terdiri dari para ahli syariah dan ahli ekonomikeuangan yang mempunyai wawasan syariah. Dalam membahas masalah-masalah
yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syariah Nasional melibatkan
40
RM Priyo Handoko. “Peran DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB dari http:www.rmpriyohandoko.comblog20130114peran-dewan-syariah-nasional-
majelis-ulama-indonesia-dalam-perbankan-syariah
41
Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.10 WIB dari http:ekisopini.blogspot.com201001fatwa-
ekonomi-syariah-di-indonesia.html
28
pula Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro Syariah dari Bank Indonesia.
42
2. Tugas dan Wewenang
43
a. Tugas
1 Tugas DSN yaitu menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai
syariah dalam kegiatan perekonimian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan
reksadana. 2
Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah. b.
Wewenang 1
Mengeluarkan fatwa mengikat DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
2 Mengeluarkan
fatwa yang
menjadi landasan
bagi ketentuanperaturan
yang dikeluarkan
oleh instansi
yang berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI.
3 Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-
nama yang akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.
4 Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang
diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneterlembaga keuangan dalam dan luar negeri.
42
Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.20 WIB dari http:ekisopini.blogspot.com201001fatwa-
ekonomi-syariah-di-indonesia.html
43
DSN. “sekilas tentang DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB dari http:www.dsnmui.or.idindex.php?page=sekilas
29
5 Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
6 Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil
tindakan apabila peringatan tidak ditindakkan. c.
Mekanisme Kerja 1
DSN mengesahkan rancangan fatwa yag diusulkan oleh badan pelaksana Harian DSN
2 DSN melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan,
atau bilamana diperlukan 3
Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan tahunan bahwa lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan telahtidak memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
d. Dewan Pengawas Syariah
Berdasarkan surat keputusan DSN No. 3 tahun 2000, dijelaskan bahwa DPS adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, dimana penempatannya atas persetujuan DSN. e.
Fungsi DPS 1
Melakukan pengawasan secara periodik pada LKS yang berada di bawah pengawasannya.
2 Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan LKS kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.
30
3 Melaporkan perkembangan produk dan operasional LKS yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 dua kali dalam 1 satu tahun anggaran.
4 Merusmuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan DSN. f.
Struktur DPS 1
Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi.
2 Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja
manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi system dan produk-produk agar
tetap sesuai dengan syariah islam. 3
Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan
system pembinaan
ke-islaman yang
telah diprogramkan setiap tahunya.
4 Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam dilingkungan
perusahaan tersebut. 5
Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh Biro Syariah.
g. Keanggotaan DPS
1 Setiap LKS harus memiliki setidaknya tiga orang anggota DPS.
2 Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua.
31
3 Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 empat tahun dan akan
mengalami pergantian antar waktu apabila meniggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh LKS yang bersangkutan, atau telah
merusak citra DSN. h.
Mekanisme Kerja DPS 1
DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.
2 DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga
keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.
3 DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga
keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang- kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4 DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan DSN.
C. Surplus Underwriting