2.5. Pengendalian Kualitas Six Sigma Motorola Motorola`s Six Sigma Quality
Control
Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang diterapkan oleh perusahaan Motorola sejak tahun
1986, yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola
dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak
mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol zero defect. Banyak sistem manajemen kualitas, seperti: Malcolm Baldrige, ISO
9000 dan lain-lain, hanya menekankan pada upaya peningkatan terus menerus berdasarkan kesadaran mandiri dari manajemen, tanpa memberikan solusi yang
ampuh dalam hal terobosan-terobosan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol. Prinsip-prinsip pengendalian
dan peningkatan kualitas Six Sigma Motorola mampu menjawab tantangan ini dan terbukti perusahaan Motorola selama kurang lebih 10 sepuluh tahun setelah
implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO defect per million opportunities atau disebut juga kegagalan per sejuta kesempatan
Gaspersz, 200: 303 - 304 Setelah Motorola memenangi penghargaan The Malcolm Baldrige National
Quality Award MBNQA pada tahun 1988, rahasia kesuksesan mereka menjadi pengetahuan publik dan sejak saat itu program Six Sigma yang diterapkan Motorola
Universitas Sumatera Utara
menjadi sangat terkenal di Amerika Serikat. Pada saat ini, masih terdapat kerancuan di banyak pihak terutama di kalangan dunia industri, tentang prinsip-prinsip Six
Sigma Motorola, yang seolah-olah menafsirkan merupakan pengembangan dari “3- sigma statistical quality control”. Memang ide dasar dari prinsip-prinsip Six Sigma
diambil dari 3-sigma statistical quality control, tetapi implementasinya sangat berbeda Gaspersz, 2001: 304.
Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi program Six Sigma Gaspersz, 2001: 304 adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas rata-rata : 12,3 per tahun.
b. Penurunan cost of poor quality COPQ lebih dari 84.
c. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7.
d. Penghematan biaya manufakturing lebih dari 11 miliar.
e. Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata adalah 17 dalam
penerimaan, keuntungan dan harga saham Motorola.
2.5.1. Beberapa istilah dalam konsep six sigma motorola Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep Six Sigma Motorola, perlu
dikemukakan beberapa istilah yang berlaku dalam metode Six Sigma agar untuk selanjutnya dapat mudah dipahami Gaspersz, 2001: 306-310 yaitu:
1. Black Belt
Merupakan pemimpin tim team leader yang bertanggung jawab untuk pengukuran, analisis, peningkatan, dan pengendalian proses-proses kunci
Universitas Sumatera Utara
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan danatau pertumbuhan produktivitas. Black belt adalah orang yang menempati posisi pemimpin
penuh waktu full-time position dalam proyek Six Sigma. Sebelum menjadi Black Belt, orang ini harus memperoleh pelatihan dari Master
Black Belt atau konsultan selama kurang lebih 160 jam pelatihan efektif, ditambah penanganan sebuah proyek Six Sigma yang berjangka waktu
empat bulan. 2.
Green Belt Serupa dengan Black Belt, kecuali posisinya tidak penuh waktu not full-
time position 3.
Master Black Belt Guru yang melatih Black Belt, sekaligus merupakan mentor danatau
konsultan proyek Six Sigma yang sedang ditangani oleh Black Belt. Kriteria pemilihan atau kualifikasi dari seorang Master Black Belt adalah
keterampilan analisis kuantitatif yang sangat kuat dan kemampuan mengajar serta memberikan konsultasi tentang manajemen proyek yang
berhasil. 4.
Champion Dalam struktur Six Sigma, champion merupakan individu yang berada
pada manajemen atas top management yang memahami Six Sigma dan bertanggung jawab untuk keberhasilan dari Six Sigma itu.
Universitas Sumatera Utara
5. Critical-to-Quality CTQ
Atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan.
6. Defect
Merupakan kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.
7. Defects Per Opprtunity DPO
Ukuran kegagalan yang dihitung dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu
kesempatan. Dihitung dengan menggunakan formula : DPO = banyaknya cacat atau kegagalan yang ditemukan dibagi dengan
banyaknya unit yang diperiksa dikalikan banyaknya CTQ potensial yang menyebabkan cacat atau kegagalan itu.
8. Defect Per Million Opportunities DPMO
Ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan.
9. Process Capability
Kemampuan proses untuk memproduksi atau menyerahkan output sesuai dengan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan. Process capability
merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses mampu
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
10. Variation
Merupakan apa yang pelanggan lihat dan rasakan dalam proses transaksi antara pemasok dan pelanggan itu. Semakin kecil variasi akan semakin
disukai, karena menunjukkan konsistensi dalam kualitas. 11.
Stable Operation Jaminan konsistensi, proses-proses yang dapat diperkirakan dan
dikendalikan guna meningkatkan apa yang pelanggan lihat dan rasakan akan meningkatkan ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.
12. Design for Six Sigma DFSS
Suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses process capability. DFSS merupakan suatu metodologi sistematik
yang menggunakan peralatan, pelatihan, dan pengukuran untuk memungkinkan pemasok mendesain produk dan proses yang memenuhi
ekspektasi dan kebutuhan pelanggan. 13.
Define, Measure, Analyze, Improve and Control DMAIC Merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju target Six
Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta.
14. Six Sigma
Suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Konsep six sigma motorola
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk barang dan jasa diproses pada
tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang
diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. DPMO untuk berbagai nilai sigma dapat dilihat pada Tabel 2.1. Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem
industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok industri dan pelanggan pasar.
Tabel 2.1. Defects per Million Opportunities at Various Sigma Levels
Sigma Level Defects per Million Opportunities One Sigma
690.000 Two Sigma
308.000 Three Sigma
66.800 Four Sigma
6.210 Five Sigma
230 Six Sigma
3,4 Sumber : Drake, 2008: 35
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu:
1. Identifikasi pelanggan anda
2. Identifikasi produk anda
3. Identifikasi kebutuhan anda dalam memproduksi produk untuk pelanggan
4. Definisikan proses anda
Universitas Sumatera Utara
5. Hindari kesalahan dalam proses anda dan hilangkan semua pemborosan
yang ada. 6.
Tingkatkan proses anda secara terus-menerus menuju target Six Sigma. Apabila
konsep Six Sigma akan diterapkan dalam bidang manufacturing,
perhatikan enam aspek berikut: a.
Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan anda sesuai kebutuhan dan ekspektasi pelanggan
b. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ critical-
to-quality individual. c.
Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dll.
d. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang
diinginkan pelanggan menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ e.
Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ
f. Mengubah desain produk danatau proses sedemikian rupa agar mampu
mencapai nilai target Six Sigma yang berarti memiliki indeks kemampuan proses, C
pm
minimum sama dengan dua C
pm
≥ 2.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL