12
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tingginya angka penggangguran menjadi masalah besar dan serius di Indonesia, Masalah ini tentunya berkorelasi kuat dengan tingginya angka kemiskinan.
Kemiskinan sebagai bentuk ancaman merupakan paradigma yang telah ada sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Kemiskinan telah ada sejak
dahulu kala, pada masa dahulu masyarakat dikatakan miskin karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak mempunyai
pekerjaan yang tetap dan penghasilan yang bagus. Pada masa sekarang kemiskinan menjadi masalah yang semakin kompleks, masyarakat dikatakan miskin bukan hanya
karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak punya tempat tinggal yang layak, maupun pekerjaan dan penghasilan yang baik saja. Tetapi juga masyarakat
dikategorikan miskin jika tingkat pendidikannya rendah, kesehatannya buruk, susah mendapatkan akses ke dunia luar, minim informasi dan sebagainya.
Indonesia sebenarnya adalah negara kaya raya, yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah baik itu dari segi SDA, maupun SDM, tetapi rakyatnya masih banyak
hidup dibawah garis kemiskinan. Disaat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, merupakan awal kehancuran bangsa ini, yang menyebabkan krisis multi
dimensi yang gelombangnya sangat panjang dan berdampak luas serta mendalam, sehingga angka kemiskinan bertambah lagi di Indonesia. Hal ini diperparah lagi
Universitas Sumatera Utara
13 dengan kebijakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang
menaikkan harga bahan bakar minyak BBMdi tahun 2005 dan 2013, yang menyebabkan bertambahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.
Kalau kita melihat sejarah proses kemiskinan di Indonesia, pada dekade 2000, persentase penduduk miskin di Indonesia pernah mengalami penurunan yaitu dari
40,1 menjadi 11,3, namun pada periode 2002 angka ini menjadi 24,29 atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour Organization ILO memperkirakan jumlah
orang miskin di Indonesia mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3. Pada tahun 2005, persentase kemiskinan telah mengalami penurunan, Jumlah penduduk miskin
penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta 14,15 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada
Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta 15,42 persen, berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk
miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan
perdesaan tidak banyak berubah. Pada Bulan Maret 2009, sebagian besar 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan BPS dan Depsos, 2009.
Secara Umum Badan Pusat Statistik BPS mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia sangat fluktuatif. Pada saat krisis moneter tahun 19971998
penduduk miskin Indonesia mencapai 24. Tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 16,58 dari total penduduk, angka kemiskinan pada 2008 sebesar 15,42,
pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 14,15, dan angka resmi BPS
Universitas Sumatera Utara
14 berdasarkan sensus kemiskinan tahun 2010 mencapai 31,02 Juta jiwa atau 13,33
dari jumlah penduduk. Akhirnya pada bulan Maret 2011 BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 Juta jiwa.
Dalam kerangka penanggulangan kemiskinan tersebut, hampir semua kajian masalah kemiskinan berporos pada paradigma modernisasi the modernization
paradigm dan the product centered model yang kajiannya didasari teori pertumbuhan ekonomi kapital dan ekonomi neoclasic ortodox. Secara umum,
pendekatan yang dipergunakan lebih terkonsentrasi pada individual poverty sehingga aspek struktural dan social poverty menjadi kurang terjamah. Beberapa pendekatan
dimaksud tercermin dari tolok ukur yang digunakan untuk melihat garis kemiskinan pada beberapa pendekatan seperti Gross National Product GNP, Human
Development Index HDI dan Human Poverty Index HPI, Social Accounting Matrix SAM, Physical Quality of Life Index PQLI Suharto, 2005.
Kemiskinan tidak hanya terjadi pada negara dunia ke tiga tetapi juga terjadi pada negara industri maju. Hampir di setiap negara berkembang memiliki penduduk
miskin yang sangat banyak dan sangat sulit menikmati hasil dari pembangunan, sementara itu ada sekelompok kecil masyarakat yang hidup dengan kemewahan dan
meguasai hampir sekuruh sektor fasilitas dari pembangunan itu sendiri. Strategi untuk mengentaskan kemiskinan telah banyak dilakukan tetapi belum
menunjukkan hasil yang signifikan, hasil yang di capai belumlah maksimal, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin yang masih tinggi dan ketidak berdayaan
masyarakat miskin dalam bersaing dan menjalani kehidupan ini.
Universitas Sumatera Utara
15 Untuk dapat memperdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin, dan
meningkatkan posisi bargaining tawar mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, maka yang harus dilakukan adalah kemudahan ekonomi yang
memihak pada masyarakat miskin,. Kemudahan dalam hal mengakses ekonomi seperti proses dalam meminjam uang pada bank yang tidak berbelit-belit, merupakan
salah satu kesempatan emas untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Sedangkan yang dimaksud dengan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk membangun
investasi sosial melalui program-program pemberdayaan sosial. Dan kemudian berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk melakukan
mobilitas sosial ekonomi secara vertikal melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan program penguatan dan kemandirian masyarakat, seperti kebutuhan akan
pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai, bahkan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam melakukan partisipaasi politik.
Salah satu tantangan pengentasan kemiskinan adalah bagaimana mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Sebab
pembangunann tanpa partisipasi masyarakat hanya akan menimbulkan ketergantungan dan masyarakat hanya menjadi objek dalam proses pembangunan.
Selama lebih dari tiga dasawarsa pembangunan Indonesia, kelompok lapisan masyarakat bawah belum secara aktif dilibatkan dalam pembangunan. Bahkan
kelompok ini menjadi kelompok marginal dan menjadi beban pembangunan. Persepsi negatif yang muncul adalah bahwa kelompok masyarakat bawah kurang partisipatif
dalam pembangunan. Pemberdayaan masyarakat bukan merupakan fenomena baru
Universitas Sumatera Utara
16 pada bangsa kita yang masuk kedalam tata kehidupan masyarakat tetapi
pemberdayaan yang dikaitkan dengan usaha pemerataan, kemandirian dan keberpihakan kepada masyarakat kecil yang telah lama digembar gemborkan sebagai
slogan yang menjanjikan kehidupan masyarakat kecil. Salah satu lembaga yang consent terhadab masalah pengentasan kemiskinan
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Ummat PKPU. 10 Desember 1999 lahirlah lembaga swadaya masyarakat yang bernama Pos
Keadilan Peduli Ummat PKPU dengan badan hukum Yayasan. PKPU menisbahkan dirinya sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial. Pada 8 Oktober 2001,
berdasarkan SK Menteri Agama No 441, PKPU telah ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional LAZNAS. Hal itu membuktikan
bahwa kepercayaan masyarakat kepada PKPU semakin besar. Seiring dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan
keberbagai lapisan masyarakat diseluruh penjuru Indonesia serta besarnya dorongan masyarakat luas untuk bekerjasama dalam memberdayakan bangsa, maka pada tahun
2004, PKPU bertekad untuk membangun kemandirian rakyat Indonesia dengan memperluas lingkup kerjanya sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional
PKPU Cabang Medan menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah pada 3 program penting yaitu: Pertama, program sinergi pemberdayaan komunitas
prospek, merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Kedua, beasiswa pendidikan, dengan memberikan bantuan pendidikan
berupa beasiswa dan perlengkapan sekolah kepada anak yatim yang miskin dan
Universitas Sumatera Utara
17 pintar, dengan harapan generasi mendatang memiliki wawasan ilmu serta
pengetahuan yang luas, sehingga mereka memperoleh lapangan kerja yang lebih baik dari orangtua mereka. Ketiga, program kesehatan, dengan melakukan aksi kesehatan
berupa pemeriksaan kesehatan, penyuluhan demam berdarah dan fogging. Program
Pemberdayaan Ekonomi Komunitas PROSPEK merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Masyarakat yang
menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok petani gurem, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan nelayan.
Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat KSM untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan rutin. KSM, kemudian dihimpun dalam
koperasi yang dikelola oleh, dari dan untuk anggota Di Sumatera Utara PKPU sudah berhasil menjalan kan Program PROSPEK.
program Pemberdayaan Ekonomi Ibu Tangguh PKPU mendapatkan dukungan yang sangat luas dari masyarakat di Kota Medan dan Sumatera Utara terbukti banyak
mitra yang mendukung program ini mitra perusahaan dan individu. Sampai dengan saat ini penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi Ibu Tangguh PKPU
sebanyak 275 orang di Kota Medan Sumatera Utara yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang, Medan Kota, Medan Amplas, Medan Barat dan Kecamatan
Merindal 2 Kabupaten Deli Serdang. Setelah melihat program yang berjalan pada Kelompok Amanah Kecamatan
Medan Amplas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang “Peranan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas PROSPEK
Universitas Sumatera Utara
18 Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat P K P U dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas.
1.2. Perumusan Masalah