Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit

66 Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tanggal 1 Mei 2005, maka tambahan air irigasi sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 38.6. Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan air irigasi sebesar 75. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif 85 hari sebesar 180.74 mm, atau 2.1 mmhari atau 2.1 literm 2 hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 8.4 liter airm 2 hari, atau 84,000 liter airhahari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 8.53 lihat Lampiran 20.

C. Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit

Tidak semua lahan sesuai untuk irigasi. Dalam memilih lahan yang sesuai untuk irigasi, penelitian mendalam harus dilakukan terhadap tanah. Sifat-sifat tanah yang menentukan adalah:  Tekstur tanah sampai kedalaman beberapa kaki,  Ada tidaknya lapisan impermeabel atau kerikil dalam kedalaman 1.5 hingga 1.8 meter,  Akumulasi garam-garam terlarut yang meracun,  Kemiringan dan kerataan permukaan tanah, dan  Perilaku tanah setelah diirigasikan. Permukaan tanah harus rata karena kalau tidak, biaya perataan leveling sangat tinggi. Lereng yang seragam dengan kemiringan 3.1 m hingga 6.2 meter setiap mil atau sekitar 0.2 hinga 0.4 dapat dipergunakan, meskipun lereng yang lebih tajam dengan kemiringan 23 dapat dipergunakan juga. Lahan yang teriris oleh lembah-lembah yang curam sebaiknya dihindarkan Hakim et al, 1986. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah. Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam a irigasi 67 permukaan, b irigasi lapisan bawah permukaan, c sprinkler, d drip atau trickle . Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran kedalam lahan yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan atau melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya, sedangkan irigasi selokan furrow umumnya untuk tanaman yang ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat, jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air untuk cara penggenangan atau melalui tabung siphon untuk irigasi selokan. Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa puluh centimeter di bawah permukaan tanah. Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan, sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol. Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman. Akan tetapi, apabila diterapkan di perkebunan kelapa sawit kurang cocok mengingat tinggi tanaman yang mencapai 18 meter dan jarak tanaman yang cukup lebar yaitu 9 x 9 meter. Sehingga banyak memerlukan biaya untuk pemasangan maupun perawatannya. Irigasi tetes drip merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskannya melalui pipa-pipa disekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi hampir seluruh air yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat oleh akar pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Cara ini juga sangat adaptif pada daerah berlereng curam dimana cara irigasi lain tidak dapat diterapkan. 68 Areal perkebunan kelapa sawit yang berada di PT. Condong Garut mempunyai kontur yang tidak beraturan, berikut gambar daerah perkebunan kelapa sawit di perkebunan PT. Condong Garut : Gambar 21. Areal perkebunan dengan kontur yang tidak teratur. Irigasi yang paling sesuai untuk kondisi daerah perkebunan PT. Condong berdasarkan keadaan lapangan adalah sistem irigasi tetes. Akan tetapi sistem irigasi tersebut sulit diterapkan disana mengingat luasnya areal perkebunan kelapa sawit dan tingginya biaya operasional untuk menerapkan sistem irigasi tersebut. Sistem pemberian air yang diberikan di PT. Condong hanya dilakukan untuk pembibitan tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara menyemprotkan air melalui selang. Akan tetapi seharusnya pemberian air irigasi yang efisien adalah dengan irigasi tetes supaya bibit dapat tumbuh dengan optimal. Sedangkan untuk tanaman yang sudah dipindahkan ke lapangan tidak diberikan tambahan air irigasi, melainkan kebutuhan air tanaman hanya dicukupi dengan air yang berasal dari curah hujan saja.

D. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

4 33 67

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

0 52 93

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Analisis kebutuhan air tanaman jarak pagar dengan menggunakan program CWP (Crop Water Balance) sebagai aplikasi teknologi di perkebunan Condong-Garut, Jawa Barat

0 14 91