31
c Evapotranspirasi Maksimum ETmax Evapotranspirasi maksimum Etmax adalah evapotranspirasi
maksimal yang dilakukan oleh tanaman yang dapat diartikan juga sebagai evapotranspirasi tanaman ETc. Menurut Doorenbos dan Pruit
1977, untuk menduga evapotranspirasi maksimal tanaman ada beberapa tahap, yaitu :
Menentukan evapotranspirasi acuan ETo Menentukan koefisien tanaman Kc
Menghitung evapotranspirasi tanaman Etmax atau ETc Menjelaskan adanya pengaruh iklim lokal
Untuk mengetahui besarnya nilai Etmax diperlukan nilai koefisien tanaman Kc, dimana nilai Kc menunjukan nilai karakteristik
dari suatu tanaman dalam menentukan besarnya kebutuhan air. Kc juga merupakan fungsi dari tahap-tahap fenologi taanaman yang nilainya
beragam diantara
tiap-tiap kelompok
tanaman dan
tahap perkembangannya. Koefisien tanaman Kc, menujukkan hubungan
antara ETo dan ETmax, sementara itu nilai ETo dapat didekati dengan nilai ETp.
Doorenbos, J. and Pruit, W. O. 1977 menghitung evapotranspirasi
maksimaltanaman berdasarkan
fungsi dari
evapotranspirasi acuan dengan parameter karakteristik tanamannya, yang digambarkan dengan persamaan berikut:
ETcrop = Kc x ETo Dimana :
ETcrop : Evapotranspirasi tanaman Kc : Koefisien Tanaman ETo : Evapotranspirasi acuan
2. Indeks Kecukupan Air
Indeks kecukupan air merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat kebutuhan air oleh tanaman. Nilai tersebut
dicerminkan oleh rasio antara ETa dan ETmax. Indeks kecukupan air
32
dapat digunakan sebagai evaluasi apakah sistem suatu tanaman yang ada sudah efisien dalam memanfaatkan air.
Ada dua konsep yang melatarbelakangi analisis ETaETmax, yaitu a hubungan antara tanaman dan air yang merupakan fungsi linear pada
umumnya relevan digunakan untuk menduga penurunan hasil tanaman ketika tanaman mengalami strees air yang diakibatkan oleh cekaman air.
b kekurangan air cekaman air yang terjadi pada fase kritis tanaman akan mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar dibandingkan jika
terjadi pada fase lainnya.
3. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman
Kehilangan hasil disebabkan oleh cekaman air yang sangat ditentukan oleh tingkat intensitas cekaman air. kekurangan air pada fase
vegetatif tidak berakibat langsung terhadap penurunan hasil, tetapi hanya menurunkan pertumbuhan sumber asimilasi seperti pada daun dan batang.
Sedangkan kekurangan air pada fase pembungaan dapat berdampak langsung terhadap penurunan hasil.
Perhitungan nisbah ETa secara runut waktu dalam suatu hamparan memungkinkan untuk dapat mempresentasikan keragaman spasial dan
temporal indeks kecukupan air di suatu wilayah. Untuk menekan resiko terjadinya kekeringan dan penurunan hasil tanaman, maka upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengantisipasi terjadinya cekaman air pada fase kritis melalui penyusunan masa tanam.
4. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif
Prediksi hasil tanaman kaitannya dengan defisit air. Untuk memprediksi potensi penurunan hasil pada tanaman akibat kekurangan air
telah dibuat satu model linier fungsi produksi tanaman yang telah disusun oleh FAO Doorenbos dan Kassam, FAO vol. 33, 1987.
ETc Etc
Ky Ym
Ya
i
. 1
1
Dimana :
Ya : Produksi tanaman actual tha
33
Ym : Produksi tanaman maksimum yang diharapkan
i
Etc : Evapotranspirasi tanaman actual mmhari Etc : Evapotranspirasi potensial pada kondisi standar dimana tidak ada
stres air mmhari Ky : Faktor respon produksi -
Ky adalah faktor yang mendeskripsikan penurunan produksi relatif sehubungan dengan penurunan Etc yang diakibatkan oleh kondisi defisit
air. Nilai Ky untuk setiap tanaman adalah berbeda dan bervariasi selama masa pertumbuhannya. Pada umumnya penurunan produksi akibat defisit
air selama fase vegetatif dan pemasakan relatif kecil, sementara itu selama fase pembungaan dan pembentukan hasil nilai Ky lebih besar.
34
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Condong Garut Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan April sampai Juli
2007.
B. Alat Dan Bahan
Dalam pelaksanaan penelitian, peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan antara lain : buku-buku literatur yang
menunjang kegiatan penelitian, GPS, kamera foto yang digunakan untuk mendokumentasikan objek-objek yang diperlukan pada penyajian laporan,
perangkat lunak software MS Excel dan Crop Water Balance Evapotranspiration
CWB-Eto yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun 2001, program Arc view.
C. Data dan Informasi Yang Diperlukan
Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini , antara lain : i. Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum, suhu
udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan evapotranspirasi potensial perhitungan FAO Penman-Monteith.
ii. Data agronomi primer dan sekunder antara lain : umur tanaman initial, fase vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji,
waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kedalaman akar tanaman maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air diasumsikan
50 dan koefisien tanaman pada tiap fase. iii. Data primer tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu
permanen, total air tersedia TAW, total evaporasi TEW, dan readly evaporative water
REW. iv. Data penunjang, meliputi : Peta Perkebunan PT. Condong, Peta Tanah
Perkebunan PT. Condong, Garut Jawa Barat.