Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Penanganan Kebiasaan Merokok Melalui Konseling Behavioristik

12

2.1.3 Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-

Laki Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasnida dan Indri Kemala menunjukan bahwa terdapat hubungan antara stres dan perilaku merokok pada remaja laki-laki. Hubungan yang diperoleh dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa hubungan antara stres dan perilaku merokok pada remaja laki-laki adalah hubungan yang positif dengan rxy = 0.792 dan p = 0.000 artinya semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi tingkat perilaku merokok pada remaja laki-laki, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat stres maka semakin rendah tingkat perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan perolehan nilai koefisien determinan r 2 yang diperoleh dari hubungan antara stres dan perilaku merokok pada remaja laki-laki adalah sebesar 0.63, dapat dinyatakan bahwa kontribusi stres terhadap perilaku merokok pada remaja laki-laki adalah sebesar 63 dalam www.linkpdf.comdownloaddljurnal-psikologi-klinis-stres-.pdf di unduh pada 9 November 2010.

2.1.4 Penanganan Kebiasaan Merokok Melalui Konseling Behavioristik

Dengan Teknik Pengelolaan Diri Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni Fitriana diketahui bahwa kebiasaan merokok di kalangan pelajar semakin memprihatinkan, jumlahnya kian bertambah dan sulit dibendung karena para pemilik perusahaan rokok dengan gencarnya mempromosikan produknya dengan menjadi sponsor kegiatan remaja bahkan kegiatan olahraga pun tak lepas dari sasarannya. Kebiasaan merokok 13 sangatlah berbahaya karena merupakan gerbang awal menuju penggunaan zat-zat adiktif berbahaya, seperti minuman keras, narkotika, dan psikotropika. Salah satu jalan keluar untuk menghentikan kebiasaan merokok yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan konseling behavior dengan teknik pengelolaan diri. Teknik pengelolaan diri adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam prosesnya individu klien mengarahkan perubahan perilakunya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan konseling ada siswa yang termasuk kategori perokok ringan, sedang dan berat. Berdasarkan hasil konseling maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok siswa belum dapat dihentikan secara total melalui konseling behavior dengan teknik pengelolaan diri, siswa hanya dapat mengurangi konsumsi rokoknya Fitriana, 2010: vii. Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa stres dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja, baik tua mapun muda, bekerja atau pun pengangguran. Stres yang di alami oleh banyak orang ini dapat disebabkan dari berbagai macam faktor. Beberapa faktor yang ditemukan adalah faktor pekerjaan dan tempat bekerja, variabel dalam kondisi individu, dan faktor hubungan dengan lingkungan sosial. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani stres adalah konseling individual melalui pendekatan behavioristik dengan teknik pengelolaan diri. 14

2.2 Stres