33
ini merupakan suatu cara yang dapat mengubah tingkah laku seseorang. Karena pada dasarnya tujuan konseling behavioristik adalah memperoleh tingkah laku
adaptif dan menghapuskan tingkah laku yang maladaptif.
2.3.2 Hakikat Manusia
Konseling behavioristik berpandangan bahwa seluruh tingkah laku manusia di dapat dengan cara belajar, dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah
dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. “Manusia mempunyai dorongan yang bersifat fisik, melalui social learning terbentuk motif, yang dengan motif itu
individu didorong untuk mencapai tujuan” Pujosuwarno, 1993: 80. Dengan kata lain individu dibentuk oleh proses belajar yang berasal dari pengalaman-
pengalaman yang dilakukan individu. Pada hakekatnya dalam diri setiap individu memiliki kecenderungan-
kecenderungan baik yang positif maupun negatif. Tergantung kecenderungan yang mana pada saat itu yang muncul menjadi sebuah perilaku. Setiap individu
dapat mengontrol apa-apa yang akan dilakukannya. Setiap individu dapat mengubah atau memperoleh perilaku yang baru dengan cara mempelajarinya dan
memberikan respon berbagai stimulus dari lingkungannya. Perilaku yang muncul pada individu dapat terjadi karena pengaruh dari perilaku orang lain dan juga
sebaliknya.
2.3.3 Tujuan Konseling
Tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan
perilaku yang diinginkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan “tujuan
34
konseling behavioristik adalah untuk membantu klien membuat respon-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon baru yang lebih
sehat” Willis, 2004:70. Terapi behavioral berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh:
1 Fokusnya pada perilaku yang spesifik dan tampak.
2 Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment perlakuan.
3 Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.
4 Penilaian objektif mengenai hasil konseling.
2.3.4 Fungsi dan Peran Konselor
Konselor secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-
prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru. “Dalam proses konseling konselor memainkan peran aktif dan direktif, terapis
menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah kliennya” Corey, 2007: 202.
2.3.5 Asumsi Individu Bermasalah
Menurut Eysenck dalam Pujosuwarno, 1993: 82 konseling behavioristik memandang individu bermasalah adalah sebagai berikut:
1 Adanya kekeliruan hasil belajar yang diadopsi oleh individu Unadative
conditioned response. 2
Individu cenderung mengambil stimulus yang menyenangkan, dan menghindari stimulus yang tidak menyenangkan dirinya, sehingga akan
menimbulkan tingkah laku yang tidak sesuai atau salah.
35
3 Perilaku salahsuai pada individu disebabkan karena individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini yang disebut perilaku bermasalah salah satunya
adalah kebiasaan menunda mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Kebiasaan menunda mengerjakan tugas-tugas kuliah tersebut bisa dikarenakan
interaksi individu dengan lingkungannya dan hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stres mahasiswa dalam menghadapi aktivitas kuliah
dikarenakan mahasiswa harus bekeraja dibawah tekanan sehingga gejala-gejala stres pun mucul.
2.3.6 Prosedur dan Tahap-Tahapan Konseling Behavioristik