Berpikir Kritis Keterampilan Higher Order Thinking

42

2.1.7.1 Berpikir Kritis

Berpikir kritis dipertimbangkan sebagai suatu konsep penting dalam pendidikan. Sistem pendidikan modern mencari jalan untuk mengaktifkan perannya dalam proses pendidikan sebagai sebuah kemampuan dari higher order thinking dalam rangka menjadikan siswa membentuk interaksi yang efisien dengan lingkungan sekitar Melhem Mohd, 2013. Berpikir kritis adalah proses kognitif yang kompleks, dan memungkinkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan, membuat keputusan, mengevaluasi informasi, dan merumuskan kesimpulan Nazeem, et al., 2013. Fisher 2009 mengungkapkan berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknnya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi, dan lain-lain. Berpikir kritis dengan jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan sumber-sumber informasi lainnya. Ia juga menuntut keterampilan dalam memikirkan asumsi- asumsi, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan relevan, dalam menarik implikasi-implikasi singkatnya, dalam memikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. Facione 2010 merumuskan indikator berpikir kritis terdiri dari enam komponen, yaitu 1 interpretation, 2 analysis, 3 inference, 4 evaluation, 5 explanation, dan 6 self-regulation. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa adalah karakteristik berpikir kritis menurut Facione seperti pada Tabel 2.4 sebagai berikut. 43 Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis No Indikator Deskripsi 1 Interpretation Memahami dan mengungkapkan makna dari berbagai pengalaman yang luas, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. 2 Analysis Mengidentifikasi keterangan dan hubungan kenyataan kesimpulan antar keterangan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lain dari penggambaran untuk menyatakan kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. 3 Inference Mengidentifikasi dan menjamin unsur yang diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan yang masuk akal, untuk membentuk perkiraan dan dugaan, mempetimbangkan informasi yang relevan dari data, pernyataan, prinsip, bukti, pernyataan, kepercayaan, pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain dari penggambaran. 4 Evaluation Menilai kepercayaan pernyataan atau gambaran lain yang memperhitungkan atau mendeskripsikan tanggapan seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan, atau pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain dari penggambaran. 5 Explanation Menyatakan dan mengungkapkan penalaran dalam bentuk pembuktian, konsep, metodologi, kriteria, dan pertimbangan kontekstual terhadap hasil pemikiran seseorang, dan menampilkan alasan dalam bentuk pendapat. 6 Self- regulation Kesadaran diri untuk memonitor aktivitas kognitif seseorang, unsur yang digunakan pada aktivitas tersebut, mengaplikasikan kemampuan analisis, dan mengevaluasi keputusan seseorang dengan mempertimbangkan pertanyaan, konfirmasi, validasi, dan mengoreksi hasil pemikiran seseorang. Sumber: Facione 2010

2.1.7.2 Berpikir Logis