Berpikir Kreatif Keterampilan Higher Order Thinking

47 mencakup tiga subkomponen yaitu: 1 pengetahuan deklaratif declarative knowledge, mencakup pengetahuan tentang diri sendiri dan peserta didik serta faktor apa yang mempengaruhi prestasi; 2 pengetahuan prosedural procedural knowledge, mengarah kepada pengetahuan tentang strategi dan prosedur; dan 3 pengetahuan kondisional conditional knowledge, mencakup pengetahuan tentang mengapa dan kapan menggunakan strategi khusus. Sedangkan regulasi kognitif mengacu kepada paling sedikit tiga komponen, yaitu: 1 planning, memuat pemilihan strategi yang sesuai dan alokasi sumber; 2 monitoring, memuat kemampuan pengujian diri yang diperlukan untuk mengontrol pembelajaran; dan 3 evaluation mengarah pada penilaian produk dan pengaturan proses suatu pembelajaran. Dalam penelitian ini, indikator kemampuan berpikir metakognitif Schraw dan Robinson digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir metakognitif siswa.

2.1.7.4 Berpikir Kreatif

Baker mendefinisikan berpikir kreatif, sebagaimana yang dikutip oleh Folly Sulaiman 2013, sebagai suatu proses divergen, usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru dan melanjutkan pelanggaran terhadap prinsip yang diterima. Torrance dalam Nadeem, et al. 2012 menyatakan berpikir kreatif sebagai kemampuan menggunakan perasaan dalam masalah untuk membuat dugaan, menghasilkan ide baru, dan mengkomunikasikan hasil. Sedangkan menurut Nagamurali 2013 berpikir kreatif mengungkapkan pemikiran berpikir yang mengarah pada sudut pandang yang baru, keseluruhan pemahaman terhadap strategi baru dan pemahaman terhadap sesuatu. Johnson 2010:215 48 mengungkapkan bahwa berpikir kreatif adalah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Nadeem, et al. 2012 menyebutkan bahwa tujuan berpikir kreatif adalah untuk menstimulasi rasa ingin tahu dan mempromosikan perbedaan. Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif No Indikator Ciri-ciri 1 Fluency 1 Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar; 2 memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.; 3 selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2 Flexibility 1 Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; 2 mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda- beda; 3 mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3 Originality 1 Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; 2 memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri; 3 mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian- bagian atau unsur-unsur. 4 Elaboration 1 Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; 2 menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Guilford mengidentifikasi empat komponen dari berpikir kreatif, yaitu: 1 fluency, 2, flexibility, 3 originality, dan 4 elaboration Salim Nizam, 2014. Selanjutnya, Sumarmo 2010 merinci indikator dari empat komponen berpikir kreatif seperti Tabel 2.4. Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kreatif yang muncul pada siswa dilihat dengan pemenuhan indikator sesuai yang disebutkan oleh Sumarmo. 49

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Keterampilan higher order thinking sangat mempengaruhi aspek kognitif peserta didik. Penelitian yang memusatkan perhatian dalam peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun pendidik. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Ganiron dalam penelitiannya mengenai “The Impact of Higher Level Thinking on Studen ts’s Achievement toward Project Management Course”, Ganiron 2014 menyatakan bahwa: Exposure to higher level thinking exercise in case based teaching resulted in greater gains and improvement in the achievement test scores of Project Management Course. This indicates that teaching of thinking skills in subject matter teaching leads to improved student’s thinking and more meaningful context learning. Applying opportunities for brainstorming sessions and demonstrating higher order thinking skills more likely improve the cognitive structure as well as the academic performance and the students. Penelitian lain dilakukan oleh Widodo dan Kadarwati 2013. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Higher Order Thinking berdasarkan Problem Based Instruction dapat meningkatkan aktivitas siswa, dan karakter siswa yang akhirnya juga meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan HOT-PBI mampu meningkatkan interaksi siwa-siswa, dan guru-siswa. Siswa lebih berani untuk bertanya pada guru, mengusulkan ide dan terbentuknya keberanian menghadapi soal sulit dapat dijadikan modal untuk menghadapi soal ujian nasional dan atau tes olimpiade. Model dan media yang sesuai dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan