berdampak pada kelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk dapat melihat sejauh mana agroforetry telah berkembang di HPGW dan mencapai tingkat keberhasilan khususnya keuntungan yang
diperoleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan suatu analisis untuk mengukurnya. Analisis
yang sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek berbasis finansial. Karena sistem agroforestry ini menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka
waktu pemanenannya berbeda, dimana paling sedikit satu tahun, maka analisis ini diperlukan untuk melihat sejauh mana usaha agroforestry tersebut
memberikan keuntungan.
B. Perumusan Masalah
Sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan mulai tahun 1997, masyarakat di sekitar HPGW terutama dari Desa Hegarmanah yang
berbatasan langsung dengan hutan melakukan kegiatan perambahan dengan menanami lahan hutan dengan tanaman pangan. Kegiatan tersebut terus
berlangsung hingga masyarakat melakukan penebangan liar untuk tujuan memperoleh kayu, tetapi selain itu masyarakat juga ingin mendapatkan lahan
pertanian yang lebih luas. Sampai tahun 2004 lahan yang sudah dirambah kurang lebih mencapai 75 Ha Trison, 2005
Dalam upaya mempertahankan kelestarian hutan dan mengatasi masalah perambahan di HPGW pada tahun 2001, konsep agroforestry telah
dikembangkan dengan bentuk pembinaan terhadap masyarakat sekitar hutan. Dalam rangka proyek restorasi hutan tropis yang terdegradasi di Asia
Tenggara maka HPGW mendapat dukungan dana dari ASEAN-Korea Enviromental Cooperation Project AKECOP untuk restorasi hutan dengan
sistem agroforestry yang menyertakan partisipasi masyarakat. Masyarakat sekitar hutan HPGW yang melakukan kerjasama ini pada
umumnya memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi hutan melalui kerjasama agroforestry. Selain itu, partisipasi masyarakat
dalam kegiatan ini juga dipengaruhi oleh unsur kemampuan dan kesempatan berpartisipasi. Kemampuan dipengaruhi oleh faktor pendapatan, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja, umur dan kegiatan penyuluhan.
Pada umumnya, tingkat pendidikan masyarakat di sekitar HPGW masih dianggap rendah sehingga banyak petani agroforestry yang belum dapat
menghitung komponen biaya manfaat dari hasil agroforestry. Mereka belum memahami dari pengelolaan agroforestry dapat menghasilkan keuntungan
yang maksimal bila dalam pengelolaannya diperhatikan biaya produksi dan manfaatnya. Untuk itu, perlu ditinjau aspek kelayakan usaha agroforestry
dengan melihat pendapatan dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam kurun waktu tertentu.
C. Kerangka Pemikiran
Masyarakat di sekitar HPGW merupakan pelaku dari program kerjasama agroforestry ini. Pihak HPGW sebagai fasilitator yaitu
menyediakan lahan untuk digarap oleh para petani. Sedangkan AKECOP sebagai mitra atau penyedia dana dalam penyelenggaraan program
kerjasama agroforestry untuk rehabilitasi dan restorasi HPGW. Untuk mengetahui seberapa pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan
masayarakat terutama para petani penggarap agroforestry maka dilakukan uji kelayakan usaha dengan menggunakan analisis finansial yaitu kriteria
yang digunakan berupa Net Present Value NPV, Benefit Cost Ratio BCR, Internal Rate of Return IRR, Break Event Point BEP dan Payback Periode
PBP. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Masyarakat sekitar HPGW pelaku
HPGW - IPB fasilitator
AKECOP mitra
Agroforestry
Kesejahteraan Masyarakat
NPV ? BCR ?
IRR ? BEP ?
PBP ?
D. Tujuan Penelitian