Menurut Widianto,
et.al 2003 sistem agroforestry memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem monokultur, karena adanya
beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam satu sistem, dalam hal ini jenis produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi
penggunaan produk sehingga sangat mempengaruhi fungsi sosial ekonomi dari sistem agroforestry. Pola penyerapan tenaga kerja dan karakteristik
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam sistem agroforestry dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya adalah jenis dan komposisi tanaman pepohonan
dan tanaman semusim tingkat perkembangan atau umur. Dalam
Suprayogo, et.al 2003 keberhasilan usaha pertanian dengan
menggunakan konsep agroforestry sangat tergantung pada tingkat pemahaman interaksi antara pohon - tanah - tanaman semusim. Pemahaman
interaksi ini dapat berdasarkan pengamatan, pengalaman maupun penelitian di lapangan.
Menurut Suharjito,
et.al 2003 dalam analisis ekonomi terhadap suatu sistem agroforestry harus memperhatikan ciri-ciri sistem agroforestry
diantaranya : • Menghasilkan lebih dari satu macam produk
• Pada lahan yang sama ditanam paling sedikit satu jenis tanaman semusim dan satu jenis tanaman tahunan pohon
• Produk-produk yang dihasilkan dapat terukur tangible dan tak terukur intangible
• Terdapat kesenjangan waktu time lag antara waktu penanaman dan pemanenan produk tanaman tahunan pohon yang sudah lama.
B. Analisis Kelayakan Usaha
Penilaian suatu proyek dapat dilakukan dalam dua analisis yaitu finansial dan analisis ekonomi. Analisis finasial berarti melihat keberhasilan
suatu proyek dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam investasi dalam proyek atau pihak yang berkepentingan dalam proyek
tersebut. Sedangkan analisis ekonomi melihat dari segi perekonomian secara keseluruhan Kadariah, et.al, 1978.
Menurut Gittinger
1986 analisis finansial adalah metode untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan hidupnya
kepada usaha tersebut. Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah
hasil untuk modal saham equity capital yang ditanam dalam proyek Kadariah, et al, 1978.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan suatu proyek menurut Gittinger 1986 adalah :
1. Aspek teknis
Analisis secara teknis yang berhubungan dengan penyediaan input dan output proyek.
2. Aspek institusional, organisasi dan manajerial Penetapan institusi atau lembaga proyek harus tepat, harus
mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani proyek. Usulan organisasi proyek harus diteliti agar proyek dapat
diarahkan dan organisasi proyek harus mempertimbangkan kebiasaan dan prosedur organisai di suatu daerah atau negara. Dalam hal ini
manajerial harus diteliti kesanggupan atau keahlian staf yang ada dalam menangani kegiatan-kegiatan sektor publik yang berskala besar.
3. Aspek sosial
Dengan mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Selain itu proyek harus tanggap
pada kebiasaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. 4. Aspek
komersial Menyangkut perencanaan penyediaan input yang dibutuhkan untuk
kelangsungan proyek dan rencana pemasaran output yang dihasilkan proyek.
5. Aspek finansial
Menganalisis biaya-biaya yang diperlukan, hasil-hasil proyek yang dapat menutupi biaya-biaya administrasi dan upaya mempertahankan
kelangsungan proyek. 6. Aspek
ekonomi Menganalisis apakah proyek dapat memberikan kontribusi yang nyata
terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumberdaya
yang diperlukan.
Tujuan dari analisis proyek menurut Gray, 1992 adalah untuk : 1. Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui
investasi dalam suatu proyek. 2. Sejalan dengan point 1, menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu
dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan. 3. Mengadakan pemilihan terhadap peluang investasi yang ada sehingga
dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan. 4. Sejalan dengan 3, menentukan prioritas investasi.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan sutau calon proyek, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Suatu
proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak dan dapat dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasil-hasil yang
diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang diperlukan. Untuk itu dikembangkan beberapa pengukuran yang disebut
kriteria investasi Gray, 1992. Menurut
Suharjito, et.al 2003 analisis finansial pada dasarnya
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi
terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-ukuran
terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang umum digunakan adalah :
• Net Present Value NPV atau Nilai Kiwari Bersih
Yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai
waktu dari uang atau time value of money. Untuk mengetahui nilai uang di masa yang akan datang dihitung pada
saat ini, maka baik biaya maupun pendapatan agroforestry di masa yang akan datang harus dikalikan dengan faktor diskonto yang
besarnya tergantung kepada tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasaran.
Suatu usaha termasuk usaha agroforestry akan dikatakan menguntungkan dan sebagai implikasinya akan diadopsi oleh
masyarakat apabila memilki nilai NPV yang positif. Besaran NPV yang negatif menunjukkan kerugian dari usaha yang dilakukan sehingga tidak
layak diusahakan. Makin besar angka NPV maka makin baik ukuran kelayakan usahanya.
• Benefit Cost Ratio BCR atau Rasio Keuntungan Biaya
Yaitu perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai dari uang atau
time value of money.
• Internal Rate of Returns IRR
Menunjukkan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek usaha atau dengan kata lain merupakan kemampuan
memperoleh pendapatan dari uang yang diinvestasikan. Dalam perhitungan, IRR adalah tingkat suku bunga apabila BCR yang
terdiskonto sama dengan nol. Usaha agroforestry akan dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar
pada saat tersebut. Menurut Gray et.al 2002 IRR yang unik terdapat apabila terjadi
investasi paling tidak dalam kurun waktu satu tahun yaitu salah satu nilai Ct tidak ditutup 100 oleh benefit dalam tahun t. Sebaliknya jika
Bt – Ct selalu positif, termasuk dalam tahun ke nol maka IRR menjadi tak terhingga. Apabila tiap tahunnya ditutup benefit, maka pendekatan
yang relevan adalah mencari program yang memaksimalkan NPV benefit, mengingat keterbatasan dana yang tersedia.
Pada umumnya, nilai Bt – Ct untuk tahun-tahun permulaan proyek adalah negatif dan selanjutnya selama umur proyek akan bernilai
positif. Jadi lazimnya Bt – Ct akan memperlihatkan pola - - - + + +. Jika polanya terlihat seperti - - + + - + + yaitu memperlihatkan campuran
tanda plus dan minus setelah periode investasi semula, maka secara matematis terdapat paling tidak dua pemecahan dimana salah satu
diantaranya mungkin negatif. Dalam evaluasi proyek hanya dipakai nilai yang positif. Jika kedua-duanya positif, biasanya dipilih nilai IRR yang
kelihatan “wajar” yaitu tidak terlalu tinggi Gray et.al, 2002.
Kriteria lainnya yaitu Analisis Break Even Point BEP yang digunakan
sebagai penentu batas produksi minimal suatu kegiatan usaha yang harus menghasilkan atau menjual produknya agar tidak menderita rugi. BEP adalah
suatu keadaan usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Sedangkan
Pay Back Periode menurut Gittinger 1986 adalah jangka
waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi kapital yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi
tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan. Lain halnya menurut Djamin yang menyatakan bahwa payback
periode merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek.
C. Persepsi dan Keberlanjutan Program