menyebut berantakan dengan pating gempalang [patiŋ gәmpalaŋ]. Pating slarah
[patiŋ slarah] dan pating gempalang [patiŋ gәmpalaŋ] merupakan wujud sinonim
adjektiva frasa dengan frasa.
NO DATA
SINONIM Kategori
1. Konteks: menunjukkan foto
P1:”Zen, kae fotone Mba Lia thomlo-thomlo banget.
”
[z ԑn kaԑ fɔtɔnԑ mba lia ṭɔmlɔ-
ṭɔmlɔ baŋәt] Konteks: heran melihat Riska
P1:”Gumun aku, Riska bunder banget raine mangan apa
sih?” [gumun aku riska bundәr baŋәt
rain ԑ maŋan apa sih]
Thomlo-thomlo banget [
ṭɔmlɔ-ṭɔm l
ɔ baŋәt] : Bunder banget
[bundәr baŋәt]
Adjektiva
2. Konteks: marah-marah
P1:”Aku nggo omeh-omehan, aku ora budheg.
”
[aku ŋgɔ ɔmԑh- ɔmԑhan, aku ɔra buḍәg]
Konteks: membanding-
bandingkan P1:”Kae kaya nini Caplang
dadi budhong, diundangi ora krungu-krungu
.” [ka
ԑ kaya nini caplaŋ dadi bu
ḍɔŋ diundaŋi ɔra kruŋu kruŋu]
Ora budheg [ ɔra
bu ḍәg]
: ora
budhong [
ɔra bu
ḍɔŋ] Adjektiva
4.2 Faktor Penyebab Sinonim
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesinoniman diantaranya faktor waktu, wilayah, penutur dan sosial, nuansa makna, dan bidang kegiatan
atau pemakaina.
4.2.1 Faktor Waktu
Contoh data tuturan sinonim nomina dalam dialek Banyumasan:
Konteks tuturan : seorang ibu sedang memerintah anaknya.
P1:
“ Pune diwadhaih kresek kuwe”
[punԑ diwaḍaih krԑsԑ? kuwԑ] „Toplesnya dimasukan ke dalam kantong plastik itu.‟
P2: ”Lah endi.”
[lah әndi].
„Mana.‟ Konteks Tuturan: bertamu
P1:”Kuwe sing nang toples roti apa?”
[kuwԑ siŋ naŋ tɔplԑs rɔti apa] „Yang di dalam toples itu kue apa?‟
Dari tuturan di atas terdapat kata pun [pun]. Kata itu di desa Sirau mempunyai makna toples yang terbuat dari bahan sejenis seng. Pun [pun] banyak
disebut oleh orang-orang jaman dahulu, kemudian penyebutan dengan istilah lodhong
[lɔḍɔŋ], dan sekarang penyebutan pun [pun] sudah jarang dan sebagian besar sekarang menyebut pun [pun] dengan istilah toples. Perbedaan waktu dan
kemajuan jaman yang menyebabkan istilah pun [pun] jarang sekali digunakan bahkan hampir punah.
Urutan pemakaian kata: pun [pun] lodhong [lɔḍɔŋ] toples
Selain itu, juga terlihat pada tuturan sinonim adjektiva di bawah ini:
Konteks : Seorang ibu sedang membicarakan saudaranya di ruang tamu.
P1
:”Umpamane diparingi struk ora teles ngapa-ngapa, mbok ya melu
anak.” [umpamane diparingi struk ɔra tԑlԑs ŋapa-ŋapa mbɔ? Ya mԑlu ana?]
„Seandainya diberi struk tidak bisa apa-apa, kan ikut anak.‟ Konteks tuturan: sedang bermain game
P1: “Kiye sing pertama endi?” [kiyԑ siŋ pәrtama әndi]
„Ini yang pertama mana?‟
P2:”Kaya teyeng?”
[kaya tԑyԑŋ] „Apa bisa?‟
P1: “Teyeng insyaalloh.”
[tԑyԑŋ insyaallɔh] „Bisa insyaalloh.‟
Dari tuturan di atas terdapat istilah teles [tԑlԑs] yang mempunyai makna
bisa. Di desa Sirau juga mempunyai istilah lain yaitu teyeng [tԑyԑŋ], jegos [jegɔs]
dan bisa. Teles [tԑlԑs], istilah itu dipakai pada jaman dahulu oleh orang-orang tua
jaman kuna. Urutan pemakaian kata: teles
[tԑlԑs] Mempunyai makna bisa dipakai oleh
orang-orang tua jaman dulu. teyeng
[tԑyԑŋ] Mempunyai makna bisa, masih banyak
digunakan oleh anak muda, dan masyarakat.
jegos [jegɔs]
Untuk menyatakan bisa, mumpuni dalam pekerjaan.
Bisa Untuk
menyatakan mampu
pada umumnya.
Sekarang yang banyak dipakai adalah bisa. Faktor waktu yang menyebabkan istilah ini sudah jarang sekali dipakai. Teles
[tԑlԑs] dapat juga bermakna basah teles
[tәlәs]. Urutan pemakaian kata: teles
[tԑlԑs] teyeng [tԑyԑŋ] bisa Data lain juga terlihat pada tabel berikut:
No. Data
Sinonim Kategori
1. Konteks:
membicarakan oleh-
oleh pergi haji. P1:”Kakine malah ora ulih
apa-apa kang Arab. ”
[kakinԑ malah ɔra ulih apa-apa kaŋ arab]
Konteks tuturan: berbincang- Kaki
[kaki]: kakek
[kakԑ?], mbah
kakung [mbah kakuŋ],
eyang kakung
[ԑyaŋ kakuŋ] Nomina
bincang di depan rumah P1:
“Ya ora nana, bar kuwe maring nggone nini Simar,
wong anu mbah Muhdar
arep umroh maning.” [Ya ɔra nana, bar kuwԑ mariŋ
ŋgɔnԑ nini Simar, wɔŋ anu mbah Muhdar arәp umroh
maniŋ] P2:
“ Kur arep umroh thok ora kaji.”
[kur arәp umrɔh ṭɔ? ɔra kaji] Keterangan:
Kaki banyak dituturkan pada jaman dulu. Jaman sekarang sebagian besar menyebut kakek dengan mbah kakung, eyang kakung.
Urutan pemakaian kata: Kaki mbah kakung eyang kakung
Kaki mempunyai makna orang tua dari ibu, terkesan kuno, desa. Mbah kakung penyebutan untuk makna kakek pada umumnya di
Sirau. Eyang kakung mempunyai makna gaul, sudah terpengaruh suasana
kota.
2. Konteks: Bertamu
P1:”Kae ana dhayoh kang endi?
” [kaԑ ana ḍayɔh kaŋ әndi]
Konteks: di tukang pijat
P1:”Kowe nek arep pijet maning sore ya, nek isuk akeh
tamu.” [kɔwԑ nԑ? Arәp pijәt maniŋ
sɔrԑ ya nԑ? Isu? akԑh tamu] Dhayoh
[ḍayɔh] : tamu [tamu]
Nomina
Keterangan: Dayoh
[ḍayɔh] banyak dituturkan pada jaman dulu. Jaman sekarang sebagian besar menyebut tamu dengan tamu saja tetap.
4.2.2 Faktor Wilayah
Contoh data tuturan yang mengandung sinonim nomina disebabkan oleh faktor wilayah adalah:
Konteks : seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar bersama tetangganya.
P1: “Karo cethok kuwe, mbok wis ra duwe cethok sing kaya kiye.”
[karo cԑṭɔ? kuwԑ, mbɔk wis ra duwԑ ceṭɔk kaya kiye] „Sama tempat serok sampah itu, kan sudah tidak punya tempat serok
sampah yang seperti ini.‟
P2: “Duwe. Timpalan mbok?”
[duwԑ, timpalan mbɔk] „Punya, tempat serok sampah kan?‟
Dari data tuturan di atas, terdapat istilah cethok [ceṭɔk] dan timpalan
[timpalan]. Kedua istilah itu merujuk pada makna yang sama yaitu tempat untuk menyerok sampah. Penggunaan istilah cethok
[ceṭɔk] dipakai oleh sebagian besar masyarakat desa Sirau, sedangkan istilah timpalan [timpalan] digunakan oleh
masyarakat desa Sirau yang berbatasan dengan desa Sikanco kabupaten Cilacap. Data lain juga terlihat pada tabel berikut:
No Data
Sinonim Kategori
1. Konteks: percakapan antar
penjual dan pembeli di pasar Sirau.
P1:”Gawa godhong budin karo godhong gandhul malah
nang kuwe wetan durung dibayar
.” [gawa gɔḍɔŋ budin karo
gɔḍɔŋ ganḍul malah naŋ kuwe wetan duruŋ dibayar]
Konteks : melihat mas Yatin
tetangga di pekarangan. Mas Yatin tinggal di dekat
daerah kanco
yang merupakan daerah bagian
Godhong budin [gɔḍɔŋ budin]:
godhong lobak
[gɔḍɔŋ lɔba?],
godhong boled
[gɔḍɔŋ bɔlԑ] Nomina
dari kabupaten Cilacap. P1:”Kang lagi ngepeti apa
kuwe?” [kaŋ lagi ŋәpԑti apa kuwԑ]
P2:”Godhong lobak kiye
arep nggo mecel.” [g
ɔḍɔŋ lɔba? kiyԑ arәp ŋgɔ mәcәl kiyԑ]
Keterangan: godhong lobak
[gɔḍɔŋ lɔba?] banyak dituturkan oleh masyarakat Sirau yang berbatasan dengan desa Sikanco.
4.2.3 Faktor Penutur dan Sosial
Kesinoniman nomina dapat disebabkan oleh faktor penutur diantaranya:
Konteks : melihat penjual kipas.
P1:” Dah, ilir kuwe kaya nggone mbaeh.” melihat penjual kipas
[dah, ilɪr kuwe kaya ŋgɔnԑ mbaeh] „Dah, kipas itu seperti miliknya simbah.‟
P2:” Arep tuku?” bertanya [arәp tuku]
„Mau membeli?‟ Konteks: cuaca panas.
P1:”Panas temen ndi kipase kiye” [panas tәmәn ndi kipasԑ kiyԑ]
„Panas sekali, kipasnya dimana?‟ Dari tuturan di atas terdapat kata ilir
[ilɪr] yang mempunyai makna kipas besar terbuat dari bambu. Orang-orang tua seperti nenek-nenek, kakek-kakek
banyak yang menyebut kipas itu dengan istilah ilir [ilɪr]. Sedangkan anak-anak
muda jaman sekarang jarang sekali yang mengenal istilah ilir [ilɪr], mereka
menyebutnya dengan kipas. Faktor penutur berdasarkan usia juga mempengaruhi terjadinya kesinoniman.
Dapat dilihat juga dalam sinonim adjektiva pada tuturan berikut:
Konteks
: percakapan kumpulan orang yang sedang membicarakan anak tetangganya tenggelam di pantai selatan.
P1:
“ Ya, seprene kaya wong kenthir, wong anak siji-sijine thok.”
[ya, sәprԑnԑ kaya wɔŋ kәnṭir, wɔŋ ana? siji-sijinԑ ṭɔ?] „Ya, seperti orang gila, anak hanya satu-satunya.‟
Konteks : membicarakan tetangganya.
P1:”Wong kae stres gara-gara kakehen utang ya kang?” [w
ɔŋ kaԑ stres gara-gara kakԑhәn utaŋ ya kaŋ] „Orang itu gila karena mempunyai banyak hutang ya Mas?‟
Dari tuturan di atas terdapat kata kenthir [kәnṭir] yang bermakna orang gila,
kurang waras. Kata-kata itu biasa dituturkan oleh orang-orang yang kurang berpendidikan. Kata tersebut termasuk kata yang kasar. Data lain juga terlihat
pada tabel berikut.
No. Data
Sinonim Kategori
1. Konteks: bercerita di
samping rumah. P1:”Enyong, ya sering
maring sawah sering ngonoh
ora tau
mampir, ngarep wis disosi
.” [әῆɔŋ ya sәriŋ mariŋ
ŋɔnɔh ɔra tau mampir, ŋarәp wis disɔsi]
Konteks: mencari
kunci sekolahan. P1:”Jere Mas, kuncine
nang Pak Sukir.” [jԑrԑ mas kuncinԑ naŋ
pa? Sukir] Sosi
[sɔsi]: kunci [kunci] Nomina
Keterangan: Kata sosi
[sɔsi] untuk menyatakan kunci banyak dituturkan oleh orang tua atau sepuh. Banyak ditemui di kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Jaman sekarang anak-anak muda jarang yang mengenal kata itu.
2. Konteks:
membicarakan sifat
tetangganya. P1:”Mangan sarimi
akeh banget,
mbangsrong
banget.” [maŋan sarimi akԑh
baŋәt, mbaŋsrɔŋ
baŋәt] Konteks:
di ruang
makan. P1:”Kemaruk temen
gole mangan koh.”
[kәmaru? Tәmәn gɔlԑ maŋan kɔh]
Mbrangsong [mbaŋsrɔŋ]
:rakus [rakus], kemaruk [kәmaru?]
Adjektiva
Keterangan: mbangsrong [mbaŋsrɔŋ] banyak dituturkan oleh orang-
orang tua sosial menengah ke bawah untuk menyatakan orang yang rakus terhadap makanan.
4.2.4 Faktor Nuansa Makna
Contoh tuturan sinonim nomina yang dilatarbelakangi faktor nuansa makna:
Konteks : sedang membicarakan oleh-oleh haji.
P1:”Kakine malah ora ulih apa-apa kang Arab.” [kakinԑ malah ɔra ulih apa-apa kaŋ arab]
„Kakeknya malah tidak dapat apa-apa dari Arab.‟ P2:
”Zam-zam.” [zam-zam]
„Zam-zam.‟
P1:”Ora, ya ulih sithithik karo gendul.”
[ɔra, ya ulih seṭiṭi? karɔ gәndul] „Tidak, ya dapat sedikit memakai botol.‟
Konteks : menyuruh mengisi air.
P1: ”Kiye Nis, banyune wadhaih botol dhisit”
[kiyԑ nis baῆunԑ waḍaih bɔtɔl ḍisit] „Ini Nis, airnya dimasukkan botol dulu.‟
Dari tuturan di atas terdapat kata gendul [gәndul] yang mempunyai makna
botol. Kata gendul [gәndul] di desa Sirau mempunyai makna yang terkesan kuno,
dipakai oleh orang-orang jaman dulu. Sekarang sudah jarang dipakai, pada umumnya menggunakan istilah botol.
Contoh tuturan sinonim adjektiva di desa Sirau:
Konteks : sedang membicarakan wisuda.
P1:”Wisuda pas wingi februari?” [wisuda pas wiŋi fԑbruari]
„Wisuda kemarin februari?‟
P2:”Jos banget lah.”
[jɔs baŋәt lah] „Sangat hebat ya.‟
Dari tuturan di atas, terdapat kata jos [jɔs] yang mempunyai makna sangat
hebat. Masyarakat Sirau jika sudah berkata jos [jɔs] berati mereka dalam hati
kagum, bangga terhadap orang lain bukan hanya sekedar memberikan pujian. Data lain juga terlihat pada tabel berikut.
No. Data
Sinonim Keterangan
1. Konteks: Bercerita tidak
mempunyai uang. Lah jan sekeng banget
yakin. [lah jan sԑkԑŋ baŋәt yakin]
Konteks:
mengajak membeli makanan
P1:”Bebeh lah pet, aku lagi kere, aku bebeh tuku jajan
.” [bәbәh lah pԑt, aku lagi kԑrԑ,
aku bәbәh tuku jajan] Sekeng
[sԑkԑŋ]: kere
[kԑrԑ], ora duwe
[ɔra duwԑ], mlarat [mlarat]
Adjektiva
Keterangan: Sekeng
[sԑkԑŋ] mempunyai makna tidak mempunyai harta atau uang. Sedangkan mlarat [mlarat] menyatakan benar-benar tidak
mempunyai harta benda.
2. Konteks:
memerintah menyimpan pisang.
P1:”Kuwe gedhange
dibenaih senthong bae.
” [kuwԑ gәḍaŋԑ dibәnaih
sәnṭɔŋ baԑ] Konteks:
menjenguk tetangga.
P1:”Bagas sih nang kamar apa? ndi jere mriyang.”
[bagas naŋ kamar apa jԑrԑ mriyaŋ]
Senthong [sәnṭɔŋ]: kamar
[kamar] Nomina
Keterangan: Senthong
[sәnṭɔŋ] mempunyai makna sama dengan kamar. Jika menggunakan rasa, kata senthong
[sәnṭɔŋ] terdengan kuno, karena senthong banyak ditemui oleh tuturan orang-orang jaman dulu atau
orang-orang sepuh.
4.2.5 Faktor Bidang KegiatanPemakaian
Contoh tuturan dalam dialek Banyumasan di desa Sirau:
Konteks
: Seseorang sedang makan sayur nangka muda. P1:
” Rasane nylekapet banget kiye.” [rasanԑ ῆlәkapәt baŋet kiyԑ]
„Rasanya enak sekali ini.‟ P2:
”Anu apa sih?” [anu apa sih]
„Apa sih?‟ Konteks: mencicipi masakan.
P1:” Kiye ndukhim temen yah jangan kangkunge.” [kiyԑ ndukhim tәmәn yah jaŋan kaŋkuŋԑ]
„Enak sekali sayur kangkung ini.‟ Dari data di atas terdapat kata nylekapet [
ῆlәkapәt] yang mempunyai makna enak, gurih. Selain itu, kata lain yang menyatakan enak di desa Sirau yaitu
ndukhim [ndukhim], nylekitho [ ῆlәkiṭɔ]. Nylekapet [ῆlәkapәt] digunakan untuk
menyatakan enak pada masakan yang bersantan kental. Ndukhim [ndukhim]
digunakan untuk menyatakan enak pada sayuran yang ditumis dengan kuah sedikit. Sedangkan nylekitho [
ῆlәkiṭɔ] digunakan untuk menyatakan rasa enak pada lauk pauk misalnya ayam goreng, sate dan lain-lain. Tuturan lainnya yaitu:
Konteks tuturan: membicarakan cuaca
P1:” Adhem.”
[aḍәm] „Dingin.‟
P2:”Pancen lah.” [pancԑn lah]
„Memang.‟ Konteks: membicarakan air
P1:”Banyune anyes banget lah.” [ba
ῆunԑ aῆәs baŋәt lah] „Airnya dingin sekali.‟
Adhem
[aḍәm] mempunyai makna hawa atau cuaca yang sejuk, dingin. Nama lain adhem
[aḍәm] yaitu atis [atis], anyes [aῆәs]. Penggunaan kata adhem [aḍәm] dan atis [atis] untuk menyatakan hawa, sedangkan anyes [aῆәs] untuk
menyatakan benda yang dingin seperti es. Istilah untuk menyatakan makna dingin berbeda pada setiap konteks tuturannya tergantung benda atau objek yang
dibicarakan. Data lain terlihat pada tabel berikut.
No. Data
Sinonim Kategori
1. Konteks:
kagum melihat
orang cantik.
P1:”Wow, ayu temen ya.”
[woʷ, ayu tәmәn ya] Konteks: melihat perempuan
P1: “Mlisninge kulite kaya
bengkoang prembun.” [mlisniŋԑ
kaya bәŋkɔaŋ
Ayu:mlowes [mlɔwԑs],
mlisning [mlisniŋ],
moncer [mɔncԑr],
Adjektiva
prәmbun] Keterangan:
Ayu digunakan cantik secara umum. Mlowes
[mlɔwԑs] digunakan untuk menyatakan cantik pada orang yang berkulit putih.
Mlisning [mlisniŋ] digunakan untuk menyatakan cantik pada orang
yang berkulit kuning. Moncer
[mɔncԑr] digunakan untuk menyatakan cantik pada orang yang dalam berpakaian berlebihan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan