7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing
Model pembelajaran role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan
imajinasi dan
penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi
dan penghayatan
dilakukan siswa
dengan memerankannya  sebagai  tokoh  hidup  ataupun  benda  mati  Hamdayama,  2014:
190. Pernyataan ini juga senada diungkapkan oleh Arjoranta 2011 : . . .  Role-playing games are a diverse phenomenon, ranging from digital
games to live action role-playing. Sementara menurut Rustaman sebagaimana dikutip oleh Fatiya 2010, model
pembelajaran    role  playing  bermain  peran  juga  diartikan  sebagai  pembelajaran dengan  cara  seolah-olah  berada  dalam  situasi  untuk  memperoleh  suatu
pemahaman  tentang  suatu  konsep.  Djariyo  dan  Wijaya  2012  sebelumnya  telah melakukan  penelitian  bahwa  dengan  menggunakan  model  pembelajaran  role
playing  siswa  menjadi  mudah  mengerti  karena  bahasa  yang  lebih  mudah  untuk dipahami, tidak merasa rendah diri, malu dan merasa bebas untuk bertanya dengan
teman  sendiri.  Dengan  demikian  siswa  tertarik  untuk  aktif  belajar  dan  tidak merasa jenuh atau bosan dengan pelajaran IPA.
Menurut Surami 2013, tujuan dari model pembelajaran role playing adalah agar penanaman dan pengembangan aspek nilai, moral dan sikap siswa akan lebih
mudah  dicapai  bilamana  siswa  secara  langsung  mengalami  memerankan  peran tertentu,  daripada  hanya  mendengarkan  penjelasan  ataupun  melihatmengamati
saja
.
Pelaksanaan  model  pembelajaran  role  playing  ini  disertai  dengan penggunaan apron karton bertuliskan nama peran yang dikalungkan pada siswa
sesuai perannnya. Apron ini bertujuan untuk memperjelas peran seorang siswa. Menurut  Djamarah  dalam  Hamdayama  2014:  192,  langkah-langkah  dalam
menerapkan model pembelajaran role playing antara lain:
1  Memilih  masalah,  guru  mengemukakan  masalah  yang  diangkat  dari kehidupan  peserta  didik  agar  mereka  dapat  merasakan  masalah  itu  dan
terdorong untuk mencari penyelesaian. 2  Pemilihan  peran  yang  sesuai  dengan  permasalahan  yang  akan  dibahas,
mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. 3  Menyusun  tahap-tahap  bermain  peran.  Dalam  hal  ini,  guru  telah  membuat
dialog sendiri. 4  Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah merupakan semua
siswa yang tidak menjadi pemain atau peran. 5  Pemeranan,  pada  tahap  ini  para  peserta  didik  mulai  bereaksi  sesuai  dengan
apa yang terdapat pada skenario bermain peran. 6  Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang
muncul dari siswa 7  Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan.
Langkah-langkah  menurut  Djamarah  dan  Hamdayama  2014:  192  di  atas diperkuat  dengan  pernyataan  Freeman  2008  bahwa  diskusi  di  akhir
pembelajaran  diperlukan  untuk  menghubungkan  antara  model  role  playing  dan tujuan pembelajaran, sebagaimana kutipan berikut:
...  It is best used near the midpoint of the course as a reinforcement of the concepts and issues that have been discussed to date. Of course, this
will  depend  on  when  the  concepts  are  discussed  initially.  The “Discussion”  at  the  end  of  the  simulation  provides  the  necessary
connections between the role-play and the course. Role playing juga diorganisasi berdasarkan kelompok-kelompok siswa yang
heterogen.  Masing-masing  kelompok  memeragakanmenampilkan  skenario  yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi, namun dalam batas-
batas skenario dari guru Huda, 2013: 172 Pengalaman  belajar  yang  diperoleh  dari  model  ini  meliputi,  kemampuan
kerja  sama,  komunikatif,  dan  menginterprestasikan  suatu  kejadian.  Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar
manusia  dengan  cara  meragakan  dan  mendiskusikannya,  sehingga  secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap- sikap, nilai-nilai,  dan berbagai  strategi  pemecahan masalah   Hamdayama, 2014:
191. Setiap  model  pembelajaran  memiliki  kelebihan  dan  kelemahan  masing-
masing. Kelebihan model pembelajaran role playing diantaranya: 1
Melibatkan  seluruh  siswa  dapat  berpartisipasi  mempunyai  kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam berkerja sama.
2 Siswa bebas ,mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
3 Permainan  merupakan  penemuan  yang  mudah  dan  dapat  digunakan  dalam
situasi dan waktu yang berbeda. 4
Guru dapat  mengevaluasi  pemahaman tiap siswa  melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
5 Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyyenangkan bagi anak.
Kekurangan model pembelajaran role playing diantaranya: 1
Sebagian anak yang tidak ikut bermain menjadi kurang aktif . 2
Banyak memakan waktu. 3
Memerlukan tempat yang luas. 4
Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penontonpengamat Hamdayama, 2014: 195
2.1.2 Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar