puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.
Selain itu, amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat harus dibedakan dengan tema.
Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan
khusus. Makna puisi bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan situasi, tempat
penyair mengimajinasikan puisinya Jabrohim 2003:67. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa amanat
merupakan kesan dan makna yang terkandung dalam karya sastra yang bersifat subjektif, dan umum.
2.2.3 Hakikat Menulis Puisi
Tarigan 2008:3 mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus memulai
latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Berbeda dengan pendapat tokoh di atas, Kartono 2009:17
mengemukakan bahwa menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Ide yang sudah tertuang dalam tulisan, kelak
memiliki kekuatan untuk menembus ruang dan waktu sehingga keberadaan ide atau gagasan tersebut akan abadi.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hakikat menulis adalah kegiatan yang produktif, ekspresif yang dapat menuangkan ide
atau gagasan, pemikiran yang akan disampaikan terhadap khalayak. Dalam menulis puisi prinsip litentia poetica kebebasan berekspresi sangat diperhatikan,
hal ini bertujuan agar puisinya benar-benar natural, fleksibel, dan apa adanya yang merupakan wujud ekspresi diri secara bebas tanpa mengikuti kaidah kebahasaan.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif karena dengan menulis dapat menghasilkan sebuah karya. Salah satunya menulis puisi, melalui menulis
dapat menghasilkan karya sebuah puisi yang indah, dan imajinatif. Menurut Jabrohim 2003:68 menulis puisi merupakan suatu kegiatan yang menuntut
seseorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar menguasai bahasa, harus luas wawasannya, dan peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi
agar puisi-puisi yang ditulis bukan puisi-puisi kenes dan cengeng, bukan puisi- puisi sentimental. Intelektualitas dan kecengengan akan tersensor oleh kadar
intelektualitas yang tinggi dan wawasan yang luas. Kecuali itu, dengan persyaratan tersebut, tidak muncul tuduhan bahwa puisi hanyalah pelampiasan
“uneg-uneg” mereka yang sedang frustasi atau kerja mereka yang sedang dilanda cinta.
Thobroni 2008:70 mengemukakan bahwa menulis puisi adalah kegiatan menulis dengan memanfaatkan emosi dan mengembangkan imajinasi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam menulis puisi seperti mampu menyelaraskan antara makna kata, irama kata, serta pengucapan kata.
Pendapat lain dipertegas oleh Sulistyono 2008:57 yang menyatakan bahwa menulis puisi berarti proses belajar melahirkan atau menuangkan gagasan,
pikiran ke dalam bentuk tulisan yang padat, bermakna, dan bentuk tertentu. Selain itu, Day dan John 2009 mengemukakan bahwa menulis puisi
adalah hasil interpretasi dari pengalaman. Dari pengalaman-pengalaman yang berbeda, mereka mendapat cerita. Mereka menggabungkan cerita dari
pengalamannya sehingga menghasilkan sebuah puisi. Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa menulis puisi adalah kegiatan menulis untuk menuangkan ide atau gagasan, pemikiran seseorang dengan bahasa yang ekspresif, menggunakan
daya imajinasi dan memanfaatkan emosi, dan menggunakan pengalaman.
2.2.4 The Real Things Media