47
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada karakteristik dan kondisi fisik lingkungan siswa
beserta permasalahannya.
2.1.7. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bekerja sama yang teratur dalam kelompok, terdiri dari dua orang atau lebih, dan keberhasilan
kerja kelompok tersebut sangat dipengaruhi oleh partisipasi aktif para anggotanya Solihatin dan Raharjo, 2011:4
Anitah 2009:3.7 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa dapat bekerja
sama memaksimalkan kegiatan belajarnya. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil setelah mendapat pengantar materi kemudian diberi tugas oleh
guru untuk didiskusikan bersama-sama. Pembagian kelas tersebut dilakukan secara heterogen. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar Trianto, 2007:41. Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengondisikan siswa belajar secara berkelompok sehingga terjadi interaksi antarsiswa dalam satu kelompok maupun dengan
kelompok lain untuk mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan guru.
48
2.1.8. Teori Belajar yang Mendasari Model Terpadu Numbered Head
Together dan Scramble
Beberapa landasan teori yang mendasari penerapan model terpadu Numbered Head Together dan Scramble adalah teori belajar konstruktivis, teori
perkembangan kognitif dan teori pembelajaran sosial. Berikut penjelasan tentang ketiga teori tersebut.
a. Teori Belajar Konstruktivis
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan tersebut tidak lagi sesuai. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam pikirannya dengan cara
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru yang dterimanya. Dengan kata lain, teori konstruktivis adalah teori perkembangan kognitif yang
menekankan peran serta siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita dan informasi yang diterimanya Slavin dalam Trianto, 2011:74.
Sedang kan menurut Rifa’i dan Anni 2011:225, teori konstruktivis
merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri.
Esensi pembelajaran kontruktivistik adalah individu menemukan dan mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu
menjadi miliknya. Teori konstruktivis merupakan salah satu teori belajar yang mendasari
pembelajaran melalui model terpadu Numbered Head Together dan Scramble
49
dengan media Powerpoint. Dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk mengumpulkan dan bertukar informasi dengan siswa lainnya dalam
memecahkan masalah. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa dapat terbentuk dengan
sendirinya. b.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Menurut Piaget dalam Siregar dan Nara, 2014:32-33, proses belajar
terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang
sudah ada sebelumnya. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru terbentuk. Sedangkan equilibrasi adalah
penyeimbang atau penyambung antara proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Trianto 2011:72 proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif siswa. Terdapat empat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor 1,5-2 tahun, praoperasional 2-8 tahun, operasional
konkret usia 78 tahun sampai 1214 tahun, dan operasional formal lebih dari 14 tahun. Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
semakin teratur dan abstrak cara berpikirnya. Implikasi teori Piaget tersebut, jelaslah guru harus mampu menciptakan
keadaan kondusif yang mendukung siswa untuk menemukan pengalaman nyata. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi
siswa.
50
Teori ini merupakan salah satu teori yang mendasari penerapan model terpadu Numbered Head Together dan Scramble dengan media Powerpoint.
Siswa mengalami proses belajar kognisi dalam tahap asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Pada tahap asimilasi, siswa mengintegrasikan konsep yang
dimilikinya dengan konsep baru melalui proses membaca dan mengamati. Pada tahap akomodasi, siswa menganalisis permasalahan yang diberikan guru
untuk didiskusikan bersama siswa lain dalam kelompoknya. Sedangkan pada tahap equilibrasi, siswa diarahkan untuk siap menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. c.
Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky Vigotsky dalam Trianto, 2011:76-77 berpendapat bahwa proses
pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan
mereka yang disebut zone of proximal development, yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit tersebut merupakan daerah perkembangan seseorang
saat ini. Ide penting dari Vigotsky adalah scaffolding. Artinya pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya.
Teori pembelajaran sosial Vygotsky merupakan salah satu teori belajar yang mendasari pembelajaran melalui model terpadu Numbered Head
Together dan Scramble dengan media Powerpoint. Dalam pembelajaran siswa dikelompokkan secara heterogen, diarahkan untuk berinteraksi dalam
51
memecahkan masalah dan siap mewakili kelompoknya. Sehingga seluruh siswa dituntut untuk tampil berani dan bertanggungjawab atas kelompoknya.
2.1.9. Model Numbered Head Together NHT