BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1. Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
2.1.1.1.Definisi Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah BBLR adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah BBLR
yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan Prawirohardjo, 2008.
Bayi dengan berat lahir rendah BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir. Bayi prematur preterm termasuk
dalam klasifikasi bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat atau sering disebut “Intra Uterine Growth Retardation” IUGR Proverawati, 2010.
2.1.1.2.Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
Beberapa klasifikasi pengelompokkan bayi dengan berat lahir rendah BBLR, yaitu Usman, 2008 ; Proverawati, 2010 adalah sebagai berikut :
Menurut harapan hidup : a.
Bayi berat lahir rendah BBLR, berat lahir 1.500-2.500 gram b.
Bayi berat lahir sangat rendah BBLSR, berat lahir 1.000-1.500 gram
13
14
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah BBLER, berat lahir kurang dari
1.000 gram Menurut masa gestasi :
a. Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu akan tetapi
berat badan sesuai dengan berat badan masa gestasinya. Prematuritas murni sering disebut dengan noenatus kurang bulan sesuai masa
kehamilannya. b.
Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi biasanya mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin atau sering disebut Intra Uterine Growth Retardation IUGR dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilanya. Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas Manuaba, 2007 :
a. Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram
b. Bayi dengan berat badan lebih, lebih dari 4.000 gram
c. Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram 1.500-
2.500 gram d.
Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram e.
Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir
sampai saat kelahiran, yaitu Prawirohardjo, 2006: 771 :
15
a. Bayi kurang bulan preterm, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu 259 hari b.
Bayi cukup bulan aterm, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 – 42 minggu 259-293 hari
c. Bayi lebih bulan post-term, adalah bayi dengan masa kehamilan lebih 42
minggu 294 hari atau lebih
Gambar 2.1. Klasifikasi Neonatus Dengan Berat Lahir Dan Usia Kehamilan Sumber: Jung Ju Lee, 2007
16
2.1.1.3.Epidemiologi Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World Health Organization WHO bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3 3,6 juta dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57 meninggal pada masa
bayi baru lahir usia dibawah 1 bulan dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru lahir yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia
adalah bayi berat lahir rendah 29, asfiksia 27 dan lain-lain 44 JNPK- KR, 2008.
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun 2008 –2012
bahwa semua angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI
2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran
hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012 Angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan
Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa SDKI, 2012.
Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut karakteristik pendidikan dan pekerjaan adalah gambaran dari kepala rumah tangga.
Menurut kelompok umur, persentase BBLR tidak menunjukkan pola kecenderungan yang jelas. Persentase BBLR pada perempuan 11,2 lebih
17
tinggi daripada laki-laki 9,2. Presentase BBLR tahun 2013 sebesar 10,2. Menurut pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan terlihat adanya
kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah prevalensi BBLR. Menurut jenis pekerjaan, persentase BBLR
tertinggi pada anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja 11,6, sedangkan persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai
8,3. Persentase BBLR di perdesaan 11,2 lebih tinggi daripada di perkotaan 9,4 Riskesdas RI, 2013.
Menurut Rustam Mochtar 1998 frekuensi bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR di negara maju berkisar antara 3,6-10,8, di negara berkembang
berkisar antara 10-43. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4. Prevalensi BBLR diperkirakan 15 dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3-38 dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio- ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90 kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram Mulyawan,2009.
2.1.1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR
Penyebab BBLR terbanyak adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
terjadi Proverawati, 2010.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi dengan berat lahir rendah BBLR secara umum, yaitu sebagai berikut Kliegman et al, 2007; Manuaba, 2007 :
1. Faktor Ibu
a. Umur Kehamilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, umur kehamilan adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim. Ditinjau dari
umur atau usia kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut: 1.
Kehamilan trimester pertama usia kehamilan sampai 12 minggu Trimester pertama kehamilan merupakan trimester paling rawan bagi
seorang ibu hamil karena akan mengalami morning sickness yang membuat seorang ibu malas makan apalagi mengkonsumsi makanan yang
sehat dan mencukupi nilai gizi akibatnya seorang ibu mengalami kekurangan nutrisi yang akan berdampak pada janin yang dikandungnya .
Padahal trimester pertama adalah masa penentuan apakah janin yang dikandungnya akan tumbuh dengan sehat dan sempurna atau tidak
sempurna. Organ vital janin akan terbentuk pada trimester pertama kehamilan dan trimester berikutnya hanya bersifat menyempurnakan saja.
Artinya jika organ vital pada trimester pertama terbentuk tidak sempurna atau mengalami kekurangan nutrisi maka akan melahirkan bayi yang tidak
sempurna, premature, BBLR Proverawati, 2010.
19
2. Kehamilan trimester kedua usia kehamilan pada minggu 13-24
Pada trimester kedua terjadi penyempurnaan organ vital, pembentukan wajah, ekstremitas atas dan bawah serta perkembangan gerak motorik
janin seperti menghisap ibu jari dan mengenggam tangannya. Pada kehamilan trimester kedua biasanya dilakukan pemeriksaan yang
berhubungan dengan program pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan seperti pemeriksaan TSH serum ibu hamil sebagai upaya
pencegahan hipertiroid pada kehamilan yang akan berdampak pada abortus pada kehamilan trimester ketiga. Pada kehamilan trimester kedua
biasanya muncul penyakit kronis dan penyakit infeksi seperti TORCH, rubella, HIV-AIDS, TBC, ginjal, jantung, Diabetes Melitus dll. Gangguan
penyakit-penyakit tersebut berpeluang menimbulkan ketidaksempurnaan tumbuh kembang janin seperti klep paru, gangguan perkembangan otak
yang akan berakibat pada gangguan air ketuban maupun fungsi lain akibat adanya gangguan metabolism tubuh janin Proverawati, 2010: 55-62 ;
Yusi D, 2010. 3.Kehamilan trimester ketiga usia kehamilan minggu 25-38
Kehamilan trimester ukuran janin terus membesar, kedudukan bayi sudah dipintu rahim dan kepala bayi akan turun ke pelvik dimana harus
diwaspadai kenaikan ukuran atau BB janin yang berlebih dan komplikasi kehamilan pada trimester tiga seperti hipertensi, perdarahan antepartum,
kehamilan ganda, kelainan air ketuban dll yang ditakutkan akan menjadi
20
penyulit saat proses persalinan Marmi, dkk, 2011: 64-142; Proverawati, 2010: 55-57.
b. Usia ibu Saat Hamil
Usia reproduksi yang optimal bagi ibu adalah usia 20-35 tahun, usia dimana rahim ibu sudah siap menerima kehamilan, mental matang dan
mampu merawat bayi dan dirinya sendiri Draper, 2001. Usia di bawah 20 tahun rahim serta panggul ibu belum siap untuk menerima kehamilan
karena belum tumbuh mencapai ukuran dewasa serta organ-organ reproduksi belum berfungsi secara sempurna. Usia diatas 35 tahun sudah
mengalami degeneratif sel-sel reproduksi . c.
Paritas Paritas merupakan faktor resiko penting dalam menentukan derajat
kesehatan ibu baik atau tidak selama kehamilan maupun persalinan Mochtar, 1998. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko
kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya dan baru mulai membuka jalan lahir. Akan tetapi bila sering
melahirkan, rahim semakin lemah karena jaringan parut. Jaringan parut menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga
menganggu distribusi nutrisi dari ibu ke janin yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin Depkes RI, 2004.
21
d. Jarak kehamilan terlalu dekat atau pendek
Jarak kehamilan kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin terganggu, persalinan lama dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik Kliegman et al, 2007. e.
Riwayat BBLR sebelumnya Riwayat persalinan ibu yang tidak normal sperti perdarahan, abortus,
prematuritas, BBLR merupakan resiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Riwayat BBLR berulang biasanya terjadi karena kelainan anatomis uterus
seperti septum uterus. Septum akan mengurangi kapasitas endometrium sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin, dan menyebabkan
keguguran pada trimester serta persalinan prematur Prawirohardjo, 2008. f.
Komplikasi kehamilan Komplikasi
dari kehamilan
antara lain
anemia, perdarahan,
preeklamsiaeklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini, menderita penyakit malaria, HIV-AIDS, TORCH, IMS serta kehamilan kembar menganggu
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin sehingga meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan BBLR Cunningham et al, 2005 ; Prawirohardjo,
2008 ; Manuaba, 2010. g.
Keadaan sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah mempunyai kemungkinan 50 lebih
tinggi mengalami kelahiran kurang bulan yang menyebabkan BBLR,
22
diukur berdasarkan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status sosial dan pekerjaan jabatan Jusuf, 2008.
h. Sebab lain
Kebiasaan atau life style ibu , misal kebiasaan perilaku merokok baik aktif maupun pasif, kebiasaan minum alcohol, mengkonsumsi NAPZA. Zat
aktif rokok seperti nikotin, sianida, tar, CO dan hidrokarbon bersifat fetotoksik dan efek vasokontrinsik pembuluh darah dan mengurangi kadar
oksigen dan gangguan pembuluh darah yang berakibat aliran nutrisi dari ibu ke janin terganggu sehingga pertumbuhan terhambat Cuningham et al,
2005. i.
Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu hamil yang paling mempengaruhi keadaan atau kondisi
kehamilan yaitu LILA dan kenaikan berat badan BB selama kehamilan. Menurut I dewa Nyoman 2000, mengemukakan bahwa ibu hamil yang
mempunyai LILA 23,5 cm akan mengalami KEK dimana kejadian KEK akan menyebabkan gangguan pada distribusi nutrisi pada ibu ke janin yang
akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin dan mengakibatkan kelahiran BBLR. Indikator yang ke dua yaitu
kenaikan BB ibu selama kehamilan, berat badan BB ibu selama hamil akan menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan. Menurut Irma D
2007, mengemukakan bahwa BB ibu hamil 45 kg atau mengalami penurunan 10 kg selama hamil berisiko BBLR. Status gizi yang kurang
23
pada ibu hamil memiliki risiko 2,7 kali lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan status gizi baik Puspita S,
2013. j.
Status Anemia Ibu Hamil Status anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan kesehatan ibu hamil
yang erat hubungannya dengan kadar Hb dalam darah dimana kurang dari standar normal ibu hamil yaitu 11 distribusi gr. Prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 63,5. Seorang ibu hamil yang memiliki kadar Hb 11 gr atau anemia akan mengakibatkan kekurangan
suplai darah pada tubuh sehingga distribusi nutrisi ibu ke janin menjadi terganggu yang akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan janin dan melahirkan BBLR Tinuk Istiarti, 2000. 2.
Faktor Janin a.
Trisomi 18 atau sering disebut sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000 neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 menyebabkan kelahiran cacat
bawaan seperti cacat jantung hamper 95 terutama defek septum ventrikel atau atrium, kelainan ginjal, aplasia radial dll. Disamping hal itu
janin mengalami gangguan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340 gram.
3. Faktor Plasenta
Ukuran plasenta yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada dinding uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta
24
mempengaruhi distribusi aliran darah ke janin yang dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat Cunningham et al, 2005.
4. Faktor Lingkungan
Semakin tinggi tempat tinggal ibu hamil seperti dataran tinggi atau pegunungan maka semakin rendahnya kadar oksigen yang diserap
sehingga suplai oksigen terhadap janin terganggu yang berakibat pada kelahiran dengan BBLR. Radiasi dan paparan zat racun di lingkungan
tempat tinggal ibu hamil dapt menimbulkan kelainan kongenital janin Sistiarini, 2008.
2.1.2. Hipertiroid Kehamilan