31 Peran orang tua dalam memandirikan anak usia prasekolah, adalah
sangat penting untuk perkembangan anak selanjutnya, walaupun anak hidup dalam lingkungan kelurga yang berkecukupan, tapi orang tua perlu
mendidik anak untuk dapat bersikap mandiri terutama pada perawatan diri sendiri, walaupun mungkin di rumah ada pengasuh tapi anak perlu dididik
sejak dini agar kelak punya tanggung jawab, apabila anak hidup bermasyarakat untuk itu keterlibatan orang tua juga sangat membantu
seoarang anak dapat mandiri, jadi tidak hanya peran para pendidiknya saja peran orang tua juga sangat penting.
C. Metode Bermain Peran Pada Taman Kanak-Kanak
1. Pengertian Bermain
Menurut Musfiroh, Tadkiroatun. 2008:1 Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekianan dari pihak luar Hurlock, 1997:125. Sebagian orang
menyatakan bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian, anak anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain.
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain.
Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain Moeslichatoen, R. 2004 : 31.
32 a. Motivasi intrinsik : tingkah laku bermain dimotivasi dari
dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau
fungsi-fungsi tubuh. b. Pengaruh positif : tingkah laku menyenangkan atau
menggembirakan untuk dilakukan. c. Bukan dikerjakan sambil lalu : tingkah laku itu bukan
dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau aturan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura.
d. Caratujuan : cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri
dari pada keluaran yang dihasilkan. e. Kelenturan : bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan
ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.
Jika menggunakan kelima kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa bila seorang anak menggunakan mainan hewan-hewanan dengan
cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, kegiatannya berpura-pura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan
hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan sedang bermain. Adapun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain
membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan
33 kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau
seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah; suatu dunia anak-anak Moeslichatoen, R. 2004 : 32.
Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin
perkembangan anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan
tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup.
Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini
seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya.
Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti
kegiatan mengukur isi, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan;
memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya.
34 Melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan
bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata
Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya
dengan cara mengenalkan bermacam perasaan, mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri.
Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai
dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap
perbuatan ada konsekuensinya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan
memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi,
memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman
yang menyenangkan Moeslichatoen, R. 2004 : 33. Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi
perkembangan anak usia TK, menurut mayke S Tedjasaputra 2001 : 38 bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak.
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak,
35 misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan
sesama teman, memperoleh perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan- perasaan tertekan. Masih banyak lagi manfaat yang bias dipetik dari
kegiatan bermain. Menurut Jamaris, Marini. 2005:123 bermain merupakan sarana
perkembangan kognitif, koordinasi gerakan motorik, bahasa, dan psikososial. Oleh karena itu kegiatan belajar yang dilakukan anak usia
Taman Kanak-kanak, baik di rumah ataupun di sekolah, hendaknya memanfaatkan kegiatan bermain anak secara efektif. Melalui kegiatan
bermain proses belajar dapat dilakukan oleh orang tua dan guru Taman Kanak-kanak perlu ditingkatkan inisiatifnya dalam menciptakan bentuk
permainan. Khususnya permainan yang dapat dijadikan sarana belajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak.
Dengan bermain peran anak dapat menampilkan bermacam–macam peran, anak berusaha untuk memahami peran orang lain dan dapat
menghayati peran yang akan diambilnya setelah anak dewasa. Bermain juga memberikan dorongan emosi secara aman, misalnya melepaskan
dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dalam kehidupan nyata, dalam situasi bermain anak dapat berkhayal menjadi polisi, sopir, ayah
atau ibu bahkan menjadi presiden dan sebagainya.
36
D. Konsep Metode Bermain Peran di Taman Kanak-Kanak