36
D. Konsep Metode Bermain Peran di Taman Kanak-Kanak
1. Pengertian Metode Bermain Peran
Pembelajaran yang sebaiknya diberikan di Taman Kanak-kanak adalah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, karena
pembelajaran yang menarik artinya memiliki unsur menyenangkan bagi anak untuk dapat terus diikuti, sehingga anak mempunyai motivasi untuk
terus mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang sesuai dengan suasana yang terjadi pada diri
anak sehingga anak memiliki perhatian yang lebih. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di mana
seseorang memerankan karakter orang lain dan mencoba berfikirberbuat dengan carasudut pandang sosok yang diperankannya. Bermain peran
memberi contoh alamiah terhadap perilaku manusia yang riil dan dapat digunakan oleh anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun
sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri Suryani, Lilis. 2010:10
Suryani juga berpendapat bahwa bermain peran sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada saat ini anak berfikir secara
simbolik sehingga nenjadikan bermain peran sebagai metode pengembangan anak usia dini adalah sangat tepat dan efektif dalam rangka
mengoptimalkan potensi anak bagi pembentukan kemampuan dasar fisik, bahasa, kognitif, seni dan perilaku moral-agama dan social-emosional.
37 Menurut Tedjasaputra mayke S 2001 : 33, bermain peran mulai
tampak sejalan dengan mulai tumbuhnya kemampuan anak untuk berfikir simbolik. Dalam bermain peran atau berkhayal ini, misalnya anak tampak
sedang menyuapi boneka, mengajak berbicara dan bermain, mengajari boneka binatangnya berpakaian dan sebagainya. Sekelompok anak dapat
bekerja sama menciptakan jalan cerita sendiri dalam kegiatan bermain ini. Tedjasaputra mayke S 2001 : 33 Kegiatan bermain memberi kesempatan
pada anak untuk bergaul dengan anak lain dan belajar mengenal berbagai aturan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Secara garis
besar, kegiatan bermain dibedakan menjadi 3 katagori yaitu: a. Exploratory and manipulative play bermain menjelajah dan
manipulatif Kegiatan ini bisa diamati sejak masa bayi, anak sering
menunjukkan rasa senang atau antusiasme yang besar sewaktu ia mengamati atau bermain dengan benda-benda di sekelilingnya.
b. Destruktive Play Bermain Menghancurkan Bermain menghancurkan mulai tampak pada awal masa kanak-
kanak. Sering kita lihat anak sambil bermain menghancurkan balok-balok kayu yang sudah disusunnya dengan susah payah dan
berhati-hati, lalu membangunnya kembali dengan bersemangat hanya untuk dihancurkannya kembali. Kegiatan tersebut dilakukan
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak
38 c. Imaginative atau make-believe play Bermain berkhayal atau
berpura-pura Kegiatan ini dimulai sejak anak berusia 3 tahunan. Kegiatan ini
memperlihatkan unsur imajinasi dan peniruan terhadap perilaku orang dewasa, misalnya bermain dokter-dokteran, ibu-ibuan,
masak-masakan, polisi-polisian dan lain-lain. Kegiatan bermain ini dikatagorikan sebagai kegiatan bermain peran dramatic oleh
Stasen Berger1983 maupun Catherine Garvey 1977. Tedjasaputra Mayke S, 2001:57 Bermain peran termasuk salah satu
jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap anak usia sekitar 2 sampai 8 tahun, dapat bersifat produktif atau terhadap
apa yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan bermain peran yang produktif maka anak akan memasukkan unsur-unsur baru
benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Kegiatan bermain peran biasanya dilakukan oleh pengajar dengan
mendramakanmemerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan di mana para murid
diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial, dan metode ini kadang-kadang disebut
dengan dramatisasi Kartini, 2005: 35. Masitoh dkk 2006 mengemukakan bahwa metode bermain peran adalah suatu cara
39 memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut kerjasama
secara utuh diantara para pemainnya. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura,
khayalan, fantasi, make-belive atau simbolik. Bermain peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali ke
masa lalu dan mengembangkan keterampilan khayalan. Menurut Hurlock 1978: 329 bermain peran adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak,
melalui perilaku dan bahasa yang jelas berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang
lainnya. Suryani, Lilis 2010: 10.9 memberikan pengertian bermain peran
dikatagorikan sebagai metode belajar yang berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan. Karakteristiknya
adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang beruntun, konkret dan dapat diamati.
Menurut Gilstrap dan Martin, bermain peran adalah memerankan karaktertingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali,
kejadian masa depan, kejadian masa kini yang penting, atau situasi yang imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan
memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
40 Moeslichatoen 2004 : 34 menjelaskan bermain pura-pura adalah
bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu,
atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang di dalam dunia nyata tidak dilakukan. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di
mana seseorang memerankan karakter orang lain, dan mencoba berfikirberbuat dengan sudut pandang sosok yang diperankannya.
Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek di mana cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan anak mengaduk pasir dalam sebuah
mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya dan mengulang ingatan yang menyenangkan anak usia dini melihat sebuah botol bayi dan
mencoba memberi makan sebuah boneka. Adapun menurut Vygotsky, 1967; Erikson, 1963 bermain peran disebut juga bermain simbolis, pura-
pura, make-believe, atau bermain drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam
tahun. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan
salah satu metode yang selain menyenangkan bagi anak dan efektif juga dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak.
2. Peranan Bermain Peran dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak