40 Moeslichatoen 2004 : 34 menjelaskan bermain pura-pura adalah
bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu,
atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang di dalam dunia nyata tidak dilakukan. Bermain peran adalah metode pengembangan yang efektif di
mana seseorang memerankan karakter orang lain, dan mencoba berfikirberbuat dengan sudut pandang sosok yang diperankannya.
Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek di mana cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan anak mengaduk pasir dalam sebuah
mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya dan mengulang ingatan yang menyenangkan anak usia dini melihat sebuah botol bayi dan
mencoba memberi makan sebuah boneka. Adapun menurut Vygotsky, 1967; Erikson, 1963 bermain peran disebut juga bermain simbolis, pura-
pura, make-believe, atau bermain drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam
tahun. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain peran merupakan
salah satu metode yang selain menyenangkan bagi anak dan efektif juga dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak.
2. Peranan Bermain Peran dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak
Drama peran tidak hanya berhubungan dengan formasi konsep yang abstrak melainkan juga kepada objek yang kita kenali sebagai bagian dari
41 kurikulum sekolah, seperti dalam pengembangan konsep sosial,
matematika, ilmu pengetahuan dan membaca. Childrend Resources International
Kenny: 2002. Peranan bermain peran dalam kurikulum prasekolah:
a. Konsep Ilmu Sosial Anak-anak mengembangkan pemahaman mengenal orang-
orang, perannya serta perilaku-perilakunya. Kesemua ini bersama dengan pengembangan kemampuan interpersonal serta kemampuan
sosial, adalah beberapa diantara kontribusi penting yang dapat dibuat oleh bermain peran serta pembelajaran seorang anak.
b. Konsep matematika Bermain peran memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk menjelajahi konsep-konsep matematika awal. Di pusat kegiatan bermain peran anak-anak mampu mengkategorikan material serta
peralatan-peralatan. Piaget membuat “Klasifikasi” ini dan sangat penting dalam pemahaman logika. Karena tidak sangat mungkin
menambahkan atau mengurangi benda-benda, anak tersebut harus mengerti apa yang membuat sebuah kategori.
Anak-anak berlatih konsep korespondensi satu-satu ketika menyiapkan meja untuk pura-pura makan. Dengan memastikan bahwa
ada sebuah kursi, sebuah piring, sebuah sendok, satu garpu dan pisau untuk setiap orang membawa anak tersebut kepemahaman konsep
42 seperti “cukup, terlalu sedikit, lebih dari, dan sama dengan”. Anak-
anak juga menggunakan konsep-konsep seperti “lebih besar dan lebih kecil”, “lebih lebar dan lebih sempit”, “lebih tinggi dan lebih pendek”,
“lebih berat dan lebih ringan” selama bermain peran. Menepuk tangan dan berbaris semuanya memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk mempelajari pola-pola yang akan membimbing mereka sejalan dengan pelajaran menghitung, urutan dan pengulangan.
c. Konsep ilmu pengetahuan Bermain peran juga memuaskan konsep-konsep yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Anak-anak bisa bereksperimen di dalam bermain perannya: apa yang terjadi jika …. ?
Atau menegaskan: apakah hal yang sama akan terjadi bila saya melakukannya lagi?. Anak-anak belajar melalui pengamatan sebuah
teknik ilmiah yang sangat diperlukan, dengan membandingkan benda-benda atau kejadian-kejadian atas dasar pemahaman dan
perbedaan mereka mengidentifikasi masalah-masalah dan menyimpulkan secara umum kondisi interaksinya di kemudian hari
dengan ilmu pengetahuan. d. Konsep Kesiapan Membaca
Kosa kata dan konsep perkembangan sangat penting dalam membaca. Dalam bermain peran anak-anak menggunakan bahasa
43 untuk memperlancar komunikasi dan bertukar ide hingga
meningkatkan kelancaran membaca dan memperkaya kosa katanya.
3. Macam-macam Metode Bermain Peran