Persentase Pengurangan tinggi dan Pertambahan Panjang Pelepah

Tabel 4.8 Lebar cacahan daun sawit pada berbagai kecepatan putar masing- masing unit mesin pencacah daun dan pengempa pelepah sawit mm Kecepatan unit pengempa rpm Kecepatan unit penggunting rpm Kecepatan unit pencacah rpm 1600 1200 800 70 480 3.45 3.22 3.29 640 3.35 3.09 3.41 800 3.26 3.40 3.21 90 480 3.25 3.39 3.20 640 3.24 3.53 3.20 800 3.45 3.47 3.19 110 480 3.46 3.42 3.14 640 3.20 3.33 3.07 800 3.42 3.26 3.26

4.5.6 Kondisi Operasi Mesin Optimum

Kondisi operasi mesin optimum ditentukan berdasarkan faktor kapasitas mesin yang tinggi, jumlah daun terpotong yang tinggi, pengurangan tinggi pelepah yang besar, pertambahan lebar pelepah yang besar, panjang daun cacahan yang terpendek dan lebar daun cacahan yang terpendek. Kapasitas mesin memiliki faktor pembobot lebih besar dari semua faktor dan diberi skor 0.33. Jumlah daun terpotong memiliki faktor pembobot kedua terbesar dan diberi skor 0.27. Persentase pertambahan lebar memiliki faktor pembobot ketiga terbesar dan diberi skor 0.2. Panjang cacahan memiliki faktor pembobot keempat terbesar dan diberi skor 0.13. Persentase pengurangan tinggi memiliki faktor pembobot kelima terbesar dan diberi skor 0.07. Lebar cacahan daun memiliki faktor pembobot terkecil dan diberi skor 0.00. Tabel penentuan pembobotan dengan digital logic ini disarankan oleh Dieter 1987 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 61. Keseluruahan data faktor penentuan kondisi operasi optimum dihitung setelah mendapatkan skor faktor pembobot. Hasil perhitungan data dan skor disebut dengan nilai indeks terbobot. Nilai indeks terbobot terbesar dari kombinasi perlakukan akan dijadikan sebagai kondisi operasi optimum dari mesin pengempa pelepah dan pencacah daun sawit. Nilai indeks terbobot terkecil bernilai 80.52 dengan kombinasi perlakukan kecepatan putar unit pengempa, unit penggunting dan unit pencacah masing-masing adalah 70 rpm, 480 rpm, 800 rpm. Gambar 4.10 Sampel cacahan daun sawit Nilai indeks terbobot terbesar bernilai 92.67 dengan kombinasi perlakukan kecepatan putar unit pengempa, unit penggunting dan unit pencacah masing- masing adalah 110 rpm, 640 rpm, 1600 rpm. Kombinasi perlakuan dengan nilai indeks terbobot paling besar disarankan menjadi kondisi operasi kecepatan putar mesin pengempa pelepah dan pencacah daun yang optimum. Data nilai indeks terbobot secara lengkap disajikan pada Lampiran 61.

4.6 Simpulan

1. Mesin pencacah daun dan pelepah sawit telah berhasil dirancang dengan 3 unit utama yaitu unit penggunting daun sawit, pengempa pelepah sawit dan pencacah daun sawit. 2. Kapasitas mesin pencacah daun dan pengempa pelepah sawit adalah 207 pelepahjam. 3. Pengujian kecepatan putar pada taraf perlakuan yang diberikan di masing- masing unit mesin tidak memberikan pengaruh nyata dalam interaksinya terhadap parameter yang diamati. 4. Direkomendasikan kecepatan putar yang optimum berdasarkan pendekatan indeks terbobot pada unit pengempa, unit penggunting dan unit pencacah masing-masing adalah 110 rpm, 640 rpm dan 1600 rpm. 5 Analisis Kelayakan Finansial Pengelolaan Pelepah Sawit Menjadi Mulsa dan Kompos

5.1 Pendahuluan

Pengembangan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sektor penghasil devisa negara. Pemilihan komoditas sawit untuk menjadi komoditas andalan dari subsektor perkebunan disamping komoditas lain yang telah lama diusahakan seperti karet, lada, kelapa, kakao dan kopi berdasarkan pada pertimbangan besarnya manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari komoditas ini. Sejak tahun 2004 penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar vegetable oil dunia yang mencapai sekitar 30 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 8 per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar 25 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3.8 per tahun Kemenperin 2015. Pada masa krisis, kegiatan perkebunan sawit terbukti tangguh bertahan dan mampu pulih lebih cepat dibandingkan kegiatan perekenomian sektor-sektor lain, sehingga berperan sebagai penyangga pembangunan nasional Triyanto 2008. Limbah perkebunan kelapa sawit berupa pelepah sawit tidak dikelola secara optimal. Pada umumnya, pelepah kelapa sawit ditumpuk begitu saja tanpa dilakukan pengelolaan lebih lanjut. Pelepah ditumpuk pada jalur tertentu sehingga jalur tersebut disebut menjadi gawangan mati. Gawangan mati tidak dapat lagi dilalui sarana transportasi. Pelepah sawit yang ditumpuk merupakan sumber bahan organik yang dapat dikelola menjadi pupuk kompos. Pengelolaan pelepah sawit menjadi pupuk kompos memerlukan kajian analisis finansial untuk menentukan pengelolaan ini dapat dilakukan atau tidak. Tujuan bab penelitian ini adalah melakukan kajian kelayakan finansial pemanfaatan pelepah sawit perkebunan berdasarkan kriteria investasi net present value NPV, internal rate of return IRR, net benefit cost ratio dan payback period.

5.2 Biaya dan Manfaat Usaha

Biaya usaha merupakan segala bentuk kegiatan yang mengurangi nilai barang dan jasa secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan kegiatan tersebut. Pada umumnya, biaya yang diperhitungan adalah biaya-biaya yang dapat dihitung seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya awal usaha yang nilainya tergolong cukup besar, sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin selama umur usaha. Pada umumnya, biaya operasional terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variabel cost. Menurut Boediono 2014 biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap fixed cost adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Komponen biaya tetap meliputi sewa, penyusutan, pajak dan