Perumusan Masalah Pengembangan Sistem Mekanisasi Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Untuk Mulsa Dan Kompos

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan pengembangan sistem mekanisasi pemanfaatan pelepah kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik fisik dan mekanik pelepah kelapa sawit 2. Menganalisis metode pengomposan daun sawit 3. Mendesain mesin pencacah daun dan pengempa pelepah kelapa sawit 4. Menganalisis usaha kelayakan finansial pengelolaan pelepah sawit secara mekanis pada perkebunan kelapa sawit 5. Merancang model usaha pengelolaan pelepah kelapa sawit untuk mulsa dan kompos secara mekanis pada perkebunan kelapa sawit.

1.4 Kebaruan Penelitian

1. Model sistem pengelolaan limbah pelepah sawit untuk pemanfaatan limbah pelepah perkebunan kelapa sawit menjadi mulsa dan kompos. Konsep yang dikembangkan adalah dengan memanfaatkan daun sawit hasil panen menjadi kompos dan menjadikan pelepah sebagai mulsa. 2. Didesain mesin penggunting daun sawit, pencacah daun sawit dan pengempa pelepah sawit dalam satu unit yang terintegrasi untuk penanganan limbah pelepah sawit.

1.5 Manfaat Penelitian

Pemanfaatan limbah sawit tersebut diharapkan nantinya dapat diterapkan sehingga lahan perkebunan sawit bebas dari tumpukan pelepah sawit di gawangan mati. Kompos dan mulsa yang diterapkan kembali ke perkebunan sawit dapat menurunkan penggunaan pupuk kimia. Dengan demikian perkebunan dapat menjadi lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan kembali limbah hasil perkebunan sekaligus penggunaan kompos dan mulsa dapat memperbaiki struktur tanah di perkebunan sawit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Berbagai penelitian telah banyak dilaporkan mengenai pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit seperti yang dilakukan oleh Wan rosli et al. tahun 2004 mengenai pelepah kelapa sawit menjadi pulp dan paper, Haliza 2006 mengenai biodegrable film dari pelepah kelapa sawit, Sulaiman 2011 mengenai downdraft gasifier dari pelepah kelapa sawit, Simanihuruk et al. 2007 mengenai pemberian pakan ternak dari pelepah kelapa sawit. Purba et al. 2012 melakukan penelitian mengenai kajian mesin pencacahan pelepah kelapa sawit untuk pengolahan pakan ternak. Dalam penelitian tersebut, Purba et al. 2012 menjelaskan bahwa mesin pencacah pelepah kelapa sawit yang ada di kelompok tani menggunakan kombinasi 1 unit pisau statis, 3 unit pisau dinamis dan 36 unit pemukul hummer mill memberikan hasil cacahan yang masih panjang dan tidak sesuai dengan lambung ternak sehingga perlu dimodifikasi dan uji kinerja mesin. Teknologi pencacahan pelepah kelapa sawit sebagai pakan ternak umumnya menggunakan mekanisme pencacahan dan pemukulan. Penelitian mengenai teknologi mesin pengolahan limbah pelepah kelapa sawit untuk mulsa organik dan kompos belum pernah dilaporkan. Mekanisme pencacahan daun serta pengempa rachis dan petiole pada pelepah pada mesin pengolahan limbah pelepah kelapa sawit akan menghasilkan bahan pengomposan dari daun serta mulsa organik dari rachis dan petiole bagi usaha konservasi lahan perkebunan. Pengecilan ukuran pelepah memudahkan dalam proses pemanfaatan kembali daur ulang secara biologis untuk pembuatan kompos. Ukuran partikel sangat menentukan besarnya ruang antar bahan porositas. Pori yang cukup akan memungkinkan udara dan air tersebar lebih merata dalam tumpukan. Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut, dimana ukuran partikel yang optimal untuk pengomposan adalah 2-10 cm. Partikel yang berukuran besar akan menghambat aerasi dan kinerja mikroba sehingga proses pematangan akan membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu, semakin meningkatnya kontak antara mikroba dengan bahan maka proses penguraian juga akan semakin cepat. Tekanan hingga tingkat tertentu pada pelepah dapat memecahkan atau merusak komponen penyusun pelepah secara fisik terutama rachis dan petiole. Komponen jaringan penyusun pelepah berdasarkan penampang pemotongan terdiri dari epidermis, sklerenkim, kolenkhim dan parenkim Intara et al. 2005. Hasil pemecahan jaringan penyusun pelepah kelapa sawit rachis dan petiole selanjutnya dapat disebar pada lahan kelapa sawit perkebunan sebagai mulsa tanaman. Mulsa dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan cadangan air tanah. Mulsa juga dapat menghalangi pertumbuhan gulma dan menyangga buffer suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin WAC, 2013. Peletakan pelepah secara utuh tanpa penanganan lebih lanjut menyebabkan proses konservasi tanah berlangsung secara tidak optimal karena tinggi mulsa tidak merata menutupi tanah. Perancangan model pengelolaan limbah biomassa berupa serasah tebu pada lahan perkebunan gula telah dilakukan oleh Iqbal et al. 2011. Hasil penelitian menjelaskan bahwa model pengelolaan serasah tebu secara mekanis merupakan kajian rekayasa yang dapat digunakan untuk merancang usaha pengelolaan serasah tebu pada budidaya lahan kering. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam model pengelolaan serasah tebu terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar komponen yang terlibat dalam pengelolaan serasah tebu, baik komponen on farm maupun off farm. Selanjutnya Iqbal et al. 2012 melakukan penelitian mengenai aspek teknologi dan analisis kelayakan pengelolaan limbah serasah tebu pada perkebunan tebu lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan kompos untuk lahan perkebunan sendiri akan mengurangi biaya produksi di lahan dan dengan dosis pemupukan urea 600 kgha, maka pemberian kompos 15 tonha dapat menghemat pupuk urea hingga 17.8. Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian dengan fokus pada pengembangan sistem mekanisasi pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit yang dihasilkan selama proses produksi dilahan perkebunan. Penelitian ini dilakukan diperkebunan kelapa sawit PT Agro Sinergi Nusantara Aceh Barat. Permasalahan yang terjadi pada perkebunan tersebut diantaranya adalah pembakaran pelepah yang menyebabkan pencemaran udara dan tumpukan pelepah yang menggunung pada gawangan mati. Penumpukan limbah pelepah sawit di gawangan dapat menghambat aktifitas penerapan mekanisasi di lahan perkebunan sawit dan dapat juga sebagai penyebab timbulnya serangan hama penyakit pada perkebunan sawit.