Sifat-sifat tanah Perbandingan Kualitas Tempat Tumbuh antara Daur Pertama dengan Daur Kedua pada Hutan Tanaman Acacia mangium Willd
8
Faktor lingkungan adalah faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tegakan hutan yaitu iklim, bentuk lahan, ketinggian tempat dan topografi, dimana secara umum sangat sulit
untuk dikendalikan atau dikelola. Upaya yang dilakukan pada kegiatan budidaya tanaman yaitu melalui pendekatan kepada kesesuaian lahan. Peningkatan pertumbuhan pohon atau tanaman
dapat dilakukan melalui perbaikan kesuburan tanah. Tanah merupakan faktor edafis yang penting bagi pertumbuhan perakaran pohon dan
perkembangannya. Kegiatan kehutanan dan pertanian memerlukan tanah yang subur bagi berhasilnya usaha penanaman. Kesuburan tanah diartikan sebagai kesuburan kimiawi dan fisika,
yang memungkinkan pohon tumbuh dengan baik dan menghasilkan kayu produk lainnya. Kesuburan tanah ditentukan oleh sifat kimia, fisika dan biologis tanah. Kesuburan tanah
merupakan kekuatan di dalam budidaya hutan tanaman, tanah yang subur akan memberikan peluang keuntungan yang besar dalam pengusahaan hutan tanaman Tobing, 1995.
a. Sifat kimia tanah
Tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama unsur-unsur hara. Unsur hara esensial
dapat berasal dari udara, air dan tanah. Penelitian hubungan kualitas tempat tumbuh dengan peninggi tegakan A. mangium
menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi peninggi yaitu umur dan kandungan K Chaerudy, 1994. Sedangkan menurut Rukmini 1996 faktor yang mempengaruhi adalah
umur, kandungan P, C organik, pH dan tebal lapisan A. Hasil penelitian Kusnadi 1998 pada hutan tanaman A. mangium secara tegas mendiagnosis unsur hara K dan P masing-masing
sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua sehingga direkomendasikan untuk memberi input baik berupa pupuk maupun pengapuran. Tanaman cepat tumbuh diduga
memerlukan unsur hara yang banyak untuk pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat terkuras. Pemberian pupuk fosfat TSP terbukti berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan biomassa anakan A. mangium dan telah menyebabkan terjadinya
9
peningkatan pertumbuhan biomassa sebesar 34,2 pada dosis 300 ppm Kusumawati, 1998.
Tanah masam umumnya dijumpai di daerah tropis dengan iklim basah. Kandungan Al, Fe dan Mn yang tinggi pada tanah masam merupakan salah satu penghambat pertumbuhan
tanaman. Di samping itu pada tanah masam ketersediaan hara seperti : N, P, K, Ca, Mg dan hara mikro seperti boron B, seng Zn, dan molibdenum Mo bagi tanaman sangat rendah
Sanchez, 1976. Keracunan Al lebih sering terjadi pada lahan-lahan bereaksi masam. Pada kisaran pH
4,7 – 6,5 bentuk Al yang dominan adalah AlOH
3
dan AlOH
+ 2
Bohn, Mc Neal dan O’Connor, 1979. Tan 1993 menyatakan tanah-tanah masam umumnya dijumpai di daerah
iklim basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi ion H
+
melebihi konsentrasi ion OH
-
. Tanah- tanah ini dapat mengandung Al, Fe dan Mn terlarut dalam jumlah besar sehingga dapat meracuni
tanaman. Fosfor adalah hara penting kedua terbesar setelah N, dan dikatakan bahwa P sebagai
kunci kehidupan karena berfungsi sebagai transfer energi dan penyusun asam nukleat. Jika N dapat ditambat dari udara, namun P hanya dari batuan, sedangkan air hujan sedikit sekali
mengandung P Soerianegara, 1973; Tan, 1993; Taylor, 1995. Kalium merupakan unsur hara terpenting ke tiga dimana umumnya tanah-tanah di Indonesia memiliki kandungan K yang
rendah. Sedangkan Ca merupakan unsur hara makro yang berperan dalam penyusun dinding sel, termasuk unsur hara tidak mobile sehingga akan terus diambil dari tanah .
Kekurangan unsur hara yang umum sering terjadi adalah fosfor, tetapi pada tanah-tanah bergambut dan bertekstur kasar di daerah beriklim basah humid kekurangan N dan K
kadang-kadang dapat merupakan pembatas yang nyata mempengaruhinya. Untuk mengatasi rendahnya kandungan hara perlu dilakukan pemupukan Suparna dan Purnomo, 2004.
Pemberian kompos bokashi pada tanah podsolik merah kuning secara nyata meningkatkan pertumbuhan A. mangium Susilawati, 2000.
Pemanenan hutan mempunyai resiko yang tinggi dalam mengurangi produktifitas lahan pada satu dan beberapa daur. Pemanenan hutan pinus di Minnesota, USA dan Ontario,
Canada menyebabkan pemiskinan unsur hara N, P, K, Ca dan Mg Binkley, 1987.
10
Hasil penelitian Waluyo 2003 menunjukkan bahwa unsur hara yang hilang pada hutan sekunder akibat pembakaran lahan dari aliran permukaan selama 3 bulan adalah 1.050,15 gram
Nha, 21,69 gram Pha, 1.084,31 gram Kha, 13,01 gram Ca ha Ca dan 3,8 gram Mgha. Rata-rata produksi serasah A. mangium di KPH Majalengka adalah sebesar 9,34
tonhatahun. Kontribusi hara dari serasah tersebut pada lahan hutan sebesar 83,1 kg N hatahun, 2,8 kg Phatahun, 21,35 kg Khatahun, 54,18 kg Cahatahun dan 13,08 kg
Mghatahun Mindawati, 1999.
b. Sifat fisika tanah
Sifat fisika tanah terutama penting dalam hubungannya dengan kandungan air, aerasi, drainase dan kandungan hara. Pada tanah yang padat aerasi menjadi buruk. Dalam kondisi
demikian pengambilan oksigen dan pembuangan karbondioksida tidak berjalan dengan baik. Keadaan sifat fisika tanah sangat mempengaruhi kesuburan tanah terutama dalam perbaikan
tekstur dan struktur tanah. Penelitian Soedomo 1984 menunjukkan bahwa sifat fisika tanah merupakan
komponen yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan tegakan hutan, dan diyakini bahwa sifat fisika tanah lebih penting pengaruhnya dibandingkan dengan sifat kimia dan biologi
tanah. Penelitian di lahan kritis Padang Lawas menunjukkan bahwa sifat fisika tanah yaitu
tekstur tanah dan pengolahan tanah dibandingkan sifat kimia lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman muda A. mangium Butarbutar, Mas’ud dan Suhada,
1993. Pertumbuhan tinggi A. mangium yang terbaik sampai dengan umur dua tahun didapat melalui pengolahan tanah total yaitu setinggi 6,83 m dan paling rendah pertumbuhannya dengan
perlakuan land clearing yaitu sebesar 3,83 m. Pengolahan tanah akan memperbaiki sifat fisika tanah dan menekan pertumbuhan alang-alang sehingga tidak timbul terjadinya persaingan hara
dan air dengan tanaman pokok Kusnandar, 1996.
11
Hasil penelitian Soedomo 1984 pada tegakan pinus menunjukkan bahwa sifat fisika tanah yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tegakan adalah : ketebalan lapisan A,
penetrabilitas tanah, tekstur tanah, kadar air tersedia dan bulk density limbak. Penelitian di tegakan jati menunjukkan bahwa sifat fisika tanah yang mempengaruhi
terhadap pertumbuhan tegakan adalah persentase lereng dan ketebalan horison A Sjahid, 1981; Sunarto, 1989.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan. Oleh karenanya, tekstur tanah merupakan salah satu faktor penentu
kualitas tapak site quality yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah bonita. Jenis pinus lebih menyukai tanah bertekstur sedang sampai ringan, sedangkan jati lebih sesuai dengan tanah
bertekstur berat Soedomo, 1984. Faktor ketebalan tanah lapisan atas top soil merupakan salah satu faktor penentu
pertumbuhan tanaman. Lapisan ini merupakan zona perakaran tanaman dan tempat hidup berbagai makro dan mikro organisme tanah. Lapisan atas horison A umumnya memiliki
kandungan bahan organik yang lebih tinggi, lebih subur dan memiliki sifat fisika tanah yang lebih baik dibandingkan lapisan lainnya Soedomo, 1984.
Kadar air tersedia adalah kondisi air pada kapasitas lapang field capacity sampai dengan kondisi titik layu permanen. Kapasitas lapang adalah jumlah kandungan air di dalam
tanah sesudah air gravitasi turun semua, sampai batas akar tanaman tidak mampu mengisap air tanah lagi. Menurut penelitian Ang, Maruyama, Mullins dan Seel 1997 tanaman A. mangium
yang tumbuh pada tanah yang kekeringan akan mempunyai fotosintesa lebih rendah dibandingkan dengan yang tumbuh pada lahan yang basah.
c. Sifat biologi tanah
12
Seperti kebanyakan jenis polong-polongan A. mangium memiliki bentuk simbiose yang saling menguntungkan dengan bakteri tanah dari genus Rhizobium. Bakteri ini menembus akar-
akar muda di dalam permukaan tanah dan menggandakan diri dalam bentuk nodul yang membengkok pada permukaan akar. Di dalam nodul ini bakteri menyerap gas nitrogen dari
udara dalam tanah dan memindahkan dalam bentuk nitrogen organik dan senyawa organik Dulsalam, 1987; Cruz dan Yantasath, 1993.
Beberapa pohon polong potensial yang dapat dikembangkan dengan bantuan Rhizobium diantaranya adalah A. mangium, Paraserianthes falcataria, Leucaena
leucacephala dan lain-lain, yang jenis-jenis pohon tersebut secara teoristis laju pertumbuhannya dapat ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Rhizobium dapat
meningkatkan bobot kering dan jumlah bintil akar sebesar 162 persen dan pertumbuhan biomassa anakan tanaman sengon rata-rata sebesar 26 persen serta menyumbangkan unsur N
ke tanah setara 100 kgha Wasis, 1996. Penanaman A. mangium pada lahan baru harus memperhatikan peranan mikroorganisme. Populasi mikroorganisme tanah paling banyak
umumnya dijumpai pada kedalaman tanah 0 – 10 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa masa depan hutan tanaman industri khususnya A. mangium sangat tergantung kepada sifat biologi
tanah, sementara itu penelitian ini belum dilakukan pada skala lapangan. Umumnya bintil akar A. mangium berukuran besar, berbentuk panjang, berlekuk-lekuk
dan kadang bercabang-cabang . Bintil akar tersebut tersebar di seluruh bagian akar baik di akar utama maupun akar cabang. Apabila dipecah bagian tengahnya berwarna merah
kecoklatan yang menandakan bahwa bakteri Rhizobium yang berada di dalam bintil akar sel tersebut efektif dalam menambat nitrogen Sumiasri et al, 1990. Inokulasi mikoriza dan
Bradyrhizobium sp meningkatkan penambatan N aktifitas nitrogenase pada semai A. nilotica Saravanan dan Natarajan, 2000.
Pemberian inokulasi VA-mikoriza dan inokulasi Rhizobium dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter dan bobot kering total anakan A. mangium Suwarto, 1991.
Hasil penelitian Irawan 1997 menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi cendawan endomikoriza MVA memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan
13
yang diamati yaitu tinggi, diameter, berat kering total, jumlah panjang daun dan indeks mutu bibit semai A. mangium.
Dekomposisi serasah A. mangium di lapangan umumnya berjalan sangat lambat. Laju dekomposisi serasah A. mangium dapat dipercepat dengan penambahan inokulum cendawan
Trichoderma viride apabila kondisi lingkungannya mendukung. Nilai rasio CN optimal dalam selang kritis antara 20 - 30 dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat yaitu 8 minggu
Rohiani, 1996.
Fungsi dan Peranan Unsur Hara di Hutan Tanaman A. mangium
Unsus hara tanaman adalah bahan kimia yang dibutuhkan atau diserap oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan proses metabolisme. Unsur hara tersebut sangat penting karena
menentukan kemampuan hidup tanaman. Mengel dan Kirby, 1982. Bila salah satu atau beberapa unsur hara tidak berada dalam jumlah yang cukup atau salah satu unsur berlebihan
sedangkan lainnya sangat kurang, maka tanaman akan menunjukkan gejala-gejala kekurangan unsur hara. Gejala kekurangan unsur hara cepat atau lambat akan terlihat pada bagian tanaman
seperti pada daun, cabang, batang, bunga, buah bahkan pada seluruh bagian tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali menunjukkan tanda kekurangan dan ada pula yang lambat Fisher
dan Binkley, 2000. Berdasarkan kebutuhan bagi tanaman maka unsur hara dibedakan menjadi dua yaitu
unsur hara makro macro nutrient dan unsur hara mikro micro nutrient. Unsur hara makro terdiri dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S, sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Mn, Cu,
Zn, Mo, B, Cl da Fe.